Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten Media Partner
Janji Manis Investasi VB Data 'Gajian Tiap Hari' Berujung Pahit
13 Juni 2019 18:01 WIB

ADVERTISEMENT
KUPANG - Bisnis investasi Cryptocurrency atau mata uang digital BDIG/VB Data (Big Data International Groups/Very Big Data) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) kini menuai persoalan. Tawaran manis yang sering digaungkan para leader dan upline selaku perekrut bisnis berjenjang kepada downline (member di bawahnya) kini berubah jadi pahit.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, sejumlah member yang tergiur iming-iming 'gajian setiap hari' dari bisnis ini tidak bisa lagi melakukan withdraw (penarikan atau pencairan) profit yang dijanjikan yakni bunga 1 persen per hari dari total investasi.
Cindy Seran, salah satu korban dari investasi ini mengaku mengenal VB Data dari kerabatnya di Dinas Kehutanan Provinsi NTT. Kerabatnya itu mendapat informasi tentang investasi ini dari pegawai UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) TTU, Bernadetha Salem dan Corly Arystin Tatengkeng.
Tergiur dengan tawaran manis, terhitung sejak 4 Februari 2019, dia akhirnya mengikuti bisnis VB Data dan bergabung dalam grup Telegram 'VB Data Flobamora' agar bisa berkomunikasi dengan leader, upline dan ratusan member lainnya.
"Upline saya itu paman saya. Di atasnya ada ibu Corly dan di atasnya lagi ada ibu Bernadetha. Setiap kali pengajuan withdraw, ibu Bernadetha dan suaminya (Donatus Mauloe) sebagai Leader 01 yang melakukan proses pencairan uang dan bukti transfernya dikirim ke grup," ujar warga Kelurahan Alak, Kecamatan Alak Kota Kupang itu saat diwawancara Rabu (12/6).
ADVERTISEMENT
Cindy menyebutkan, nominal uang yang dia investasikan saat jadi member VB Data adalah sebesar Rp 10 juta. Dan saat melakukan top up (deposit) untuk membesarkan nilai investasi, setiap member harus membeli PIN.
"Setiap kali top up, uang yang diinvestasikan akan tampil pada akun VB Data dalam bentuk dolar dan tertera di kolom FCS (Financial Coin Saving). Dulu kalau mau top up cukup butuh satu PIN yang harganya Rp 16 ribu. Sekarang meski keuntungan tidak bisa dicairkan, top up malah butuh lima PIN dan harga satu PIN Rp 18 ribu," terang dia.
"Setiap harinya ada profit satu persen dari total investasi. Profit ini masuk pada FC (Financial Coin) juga dalam bentuk dolar. Nominal FC inilah yang bisa kita lakukan withdraw atau di-top up kembali untuk memperbesar nilai investasi (FCS). Sedangkan FCS tidak bisa dilakukan withdraw, meski di awal mereka (perekrut/upline, red) bilang bisa tarik kalau mau berhenti dari VB data," sambung Cindy.
ADVERTISEMENT
Sejak bergabung, Cindy mengaku pernah melakukan beberapa kali withdraw dengan total pencairan mencapai Rp 10 juta lebih. Namun keuntungan yang dicairkan dari profit investasi hanya Rp 1.080.000. Sisanya adalah bonus dari perekrutan downline.
"Saya punya 18 downline. Total investasi semua downline mencapai Rp 300 juta, termasuk suami saya yang masuk pada 7 Februari 2019 dengan investasi sebesar Rp 10 juta. Jadi ada bonus setiap kali kita mendapatkan downline. Bonus yang saya cairkan sudah Rp 10 juta lebih. Sedangkan dari profit investasi baru dicairkan dua kali dengan total Rp 1.080.000," kata Cindy.
"Suami saya punya delapan downline, termasuk bapak saya dengan nilai investasi Rp 100 juta. Downline yang lain, rata-rata investasinya sebesar Rp 10 juta. Suami saya juga hanya cairkan bonus dari perekrutan downline, sedangkan profit dari investasi langsung di-top up kembali untuk memperbesar investasi (FCS)," lanjut Cindy.
ADVERTISEMENT
Sejak awal April 2019, kata Cindy, semua member VB Data tidak bisa lagi melakukan withdraw profit investasinya (FC). Sejak saat itu pula, Bernadetha dan suaminya mulai jarang berkomunikasi di grup Telegram.
"Jadi sejak withdraw tidak bisa diproses, ibu Bernadetha dan Pak Don seperti tarik diri. Tidak ada komunikasi sama sekali dalam grup. Hanya ibu Corly yang sampaikan ke grup agar member menunggu verifikasi data supaya bisa langsung proses withdraw ke perusahaan," katanya.
Mengingat investasi bapaknya cukup besar (Rp 100 juta dan baru mendapatkan profit sebesar Rp 10 juta, Cindy mengaku sempat berkomunikasi secara pribadi dengan Bernadetha. Namun pesan maupun telepon tidak pernah direspon. Hingga akhirnya dia marah-marah di grup Telegram.
ADVERTISEMENT
"Karena saya marah di grup, ibu Corly coba komunikasi dengan Pak Donatus. Akhirnya Pak Don hubungi saya dan sampaikan persoalan. Tapi karena saya desak terus, mereka kemudian transfer uang secara bertahap. Transfer pertama dan kedua masing-masing sebesar Rp 10 juta dan transfer ketiga sebesar Rp 20 juta. Mereka janji akan kembalikan modal. Akunnya bapak sudah mereka ambil tapi sisa modal belum dikembalikan," katanya.
"Grup Telegram akhirnya dihapus karena saya tanya-tanya terus di grup. Sabtu kemarin saya pergi ke Kefa bertemu ibu Bernadetha dan suaminya untuk minta uang, tapi tidak dikasih. Saya bilang mau lapor polisi, mereka bilang silahkan lapor. Sekarang, semua downline saya dukung kalau saya lapor mereka ke polisi," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara Bernadetha Salem saat dikonfirmasi via sambungan selular terkait persoalan ini mengaku, perusahaan VB Data masih ada. Hanya saja, pengajuan withdraw dari member tidak lagi diproses sejak April karena masih dilakukan verifikasi data seluruh member.
"Pencairan FC memang berakhir di Maret 2019. Leader kita memberitahu bahwa untuk sementara berhenti dulu pencairannya guna verifikasi data. Upline kami Pak Rahman di Jakarta. Kami belum bertemu secara langsung tapi karena kami rasa bisnis ini baik, makanya kami ikut. Di atasnya Pak Rahman ada Pak Dimas. Mereka yang biasa kasih informasi dan kita teruskan informasi lewat grup," jelasnya.
Bernadetha mengaku tidak pernah menjanjikan sesuatu yang muluk-muluk saat merekrut member VB Data. Dia hanya membagikan informasi dan tidak pernah memaksa orang untuk join ke dalam bisnis VB Data.
ADVERTISEMENT
"Kita hanya berbagi informasi. Bila saudara-saudara tidak keberatan dan mau join, ya silahkan. Kalau tidak, juga tidak apa-apa," katanya.
Sebagai bagian dari member VB Data, Bernadetha mengaku tidak bisa menjamin kapan pengajuan withdraw dari para member di bawahnya bisa diproses oleh perusahaan VB Data.
"Saya juga member dan invest uang cukup besar. Jadi pada dasarnya saya juga merasa dirugikan. Bukan saja ibu Cindy dan member yang lain. Awalnya kita masih semangat 45 dan kita juga tidak pernah tahu hasil akhirnya seperti ini," katanya.
"Dengan Pak Rahmat, masih komunikasi sampai sekarang. Sedangkan dengan Pak Dimas, saya sms dan WA berulang kali tetap tidak dibalas," sambung Bernadetha seraya mengaku siap memberikan keterangan di polisi jika Cindy Seran cs membawa persoalan ini ke jalur hukum.
ADVERTISEMENT
Kepada media ini, Kamis (13/6), Bernadetha kembali mengaku bahwa perusahaan VB Data sudah memproses pengajuan withdraw dari beberapa member yang sudah terverifikasi.
"Jadi sementara ada pencairan untuk member yang terverifikasi dari Desember 2018-Januari 2019. Yang lain menunggu antrian uangkapnya.(FP-05).