Konten Media Partner

Kakek Penderita Stroke Ini Hidup Sebatang Kara, Makan dari Belas Kasih Tetangga

13 Maret 2021 19:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto : Damianus Nembot (60), warga Dusun Tolok, Desa Lenang, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, sejak Maret 2020 hingga sekarang menderita stroke. Sumber foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Damianus Nembot (60), warga Dusun Tolok, Desa Lenang, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, sejak Maret 2020 hingga sekarang menderita stroke. Sumber foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
BORONG- Damianus Nembot (60), warga Dusun Tolok, Desa Lenang, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, sejak Maret 2020 hingga sekarang menderita strok. Kaki kanan dan tangan kirinya mati. Tidak bisa bergerak.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, ia tidak bisa berdiri. Kakek Damianus mengisi hari-harinya dengan duduk dan tidur di tanah beralaskan tikar usang. Bantalnya tidurnya juga terbuat dari karung bekas berisi kapuk.
Lebih ironisnya, lantaran tak bisa jalan, kakek Damianus juga membuang air kecil dan besar di tikar tidurnya.
Sejak menderita strok, kondisi kakek Damianus tidak terurus. Ia tidak punya siapa-siapa.
Isteri tercinta telah lama meninggal dunia. Sementara tiga anak perempuan telah bersuami. Mereka semua tinggal jauh.
Malam hari, ia dan seisi rumah diterangi lampu sollar sell pemberian tetangga. Ia tidak punya biaya untuk memasang meteran listrik.
Angga Epat, saudara kakek Damianus, menuturkan, sang kakak hidup mulai menderita strok pada Maret 2020 lalu.
Sejak mulai sakit hingga sekarang, kakek Damianus belum pernah diantar ke rumah sakit.
ADVERTISEMENT
"Kami semua keluarga ekonomi pas-pas. Semua petani. Mau antar kakak ini ke rumah sakit uang tidak ada. BPJS juga dia tidak punya. Makanya sampe sekarang diam begini saja. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," tutur Angga kepada media ini melalui sambungan telepon, Sabtu.
Angga mengaku, saat ini, ia bersama keluarga tidak bisa berbuat banyak untuk kesembuhan kakak Damianus. Yang mereka bisa bantu sekarang adalah memberinya makan dan minum. Itu pun kalau tidak sibuk.
Rumah kediaman Kakek Damianus. Sumber foto: istimewa.
"Kalau kami pergi kerja, berarti dia tunggu tetangga yang baik hati untuk bisa makan. Kalau tidak, biasanya tahan lapar," ungkap Angga.
Lebih menyedihkan lagi, kata Angga, karena tak bisa berjalan, sang kakak membuang air besar dan kecil langsung di tikar yang ia tidur.
ADVERTISEMENT
Kadang keluarga membersihkan. Kadang juga kotoran itu dibiarkan jadi teman tidurnya.
"Sedih memang untuk diceritakan. Tapi ini sudah kenyataan hidup. Mau bilang apa. Kami menunggu keajaiban Tuan untuk sembuhkan dia," kata Angga.
Angga mengungkapkan, sejak dulu hingga keluarga Damianus belum mendapatkan bantuan sosial (Bansos) dari pemerintah. Baik itu bantuan program keluarga harapan (PKH) maupun Sembako. Padahal sebelumnya keluarga Damianus memiliki kartu penjamin sosial (KPS) seperti penerima PKH lainnya.
Beruntungnya, di tengah Pandemi Covid-19, Damianus masuk dalam penerima BLT Dana Desa. Dana itu sedikitnya bisa membantu keberlangsungan hidup Damianus.
Angga pun berharap, ke depan, Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur melalui dinas terkait agar memasukkan Damianus dalam daftar program PKH dan Sembako.
"Saat ini yang sangat dibutuhkan kakak Damianus adalah kursi roda tongkat. Kalau ada kursi roda dia bisa keluar dari rumah dan ke toilet. Kasian sekali setiap hari duduk dan tidur terus di tikar," ungkap Anggga.
ADVERTISEMENT
"Semoga saja ada orang-orang baik yang peduli dengan kakak Damianus," sambungnya.