Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Kisah Andreas, Nelayan Tradisional Penangkap Gurita di Hewuli Sikka
31 Maret 2022 7:57 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
MAUMERE-Rabu, 23 Maret 2022 lalu, media ini menemui seorang nelayan spesial penangkap gurita (Octopus spp.) di Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka.
ADVERTISEMENT
Pagi itu, sekitar pukul 07.00 Wita, media ini telah tiba di halaman rumah nelayan Andreas Capa (52 tahun), satu dari puluhan nelayan yang fokus menangkap gurita di perairan Hewuli yang masuk dalam kawasan perairan Teluk Maumere.
Usai berbincang singkat di teras Gedung Pertemuan KB yang berhadapan dengan rumah Andreas, kami pun menuju ke pesisir Pantai Hewuli yang bersebelahan dengan bangunan bekas Hotel Gading Beach.
Di pesisir Pantai Hewuli yang tergerus abrasi itu, sampan kecil milik Andreas dan perahu-perahu motor milik nelayan lainya diparkir.
Kepada media ini, Andreas menuturkan, dirinya sudah 10 tahun lebih menjadi nelayan penangkap gurita. Harga jual gurita yang terus mengalami kenaikan karena merupakan salah satu produk ekspor perikanan, membuat dirinya lebih tertarik untuk menangkap biota laut dengan 8 lengan itu.
Lanjutnya, untuk menangkap gurita, dirinya menggunakan 3 alat tangkap tradisional dan dilengkapi dengan 1 sampan kecil.
ADVERTISEMENT
Berbekal 3 alat tangkap tradisional dan sedikit bekal makanan yang dimasak istrinya, setiap paginya, Andreas menyusuri pesisir Pantai Hewuli sampai di pesisir Pantai Waturia dan Tanjung untuk mencari gurita.
Selain menangkap gurita, jika ada ikan karang, ia pun menangkap untuk lauk makan siang di rumah. Sedangkan gurita selalu dijual ke pengepul gurita di Wuring, Kelurahan Nangahure.
Biasanya untuk menangkap gurita, sebelum matahari terbit, dirinya sudah keluar rumah. Menurutnya, gurita biasa berada di pagi hari. Sehingga, waktu menangkap terbaik saat di pagi hari.
"Saya biasa keluar rumah jam 6 pagi dan biasa di laut 6 jam begitu," ungkap Andreas.
Untuk menangkap gurita, ia menggunakan 3 alat tangkap tradisional yang dibuatnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Pertama, disebut pocong. Pocong ini berupa potongan perca kain yang yang dijahit menyerupai tubuh gurita. Untuk kepala gurita pada pocong ini, menggunakan campuran semen yang dibulatkan dan ditutupi dengan kain merah. Demikian halnya perca kain pun berwarna merah. Pada bagian kepala gurita, dilengkapi dengan mata dari kelereng yang ditempelkan.
Nantinya pocong ini akan diturunkan di batu karang yang memiliki gurita. Gurita itu akan berenang mengikuti pocong tersebut. Saat itulah baru bapak Andreas memanah gurita dengan panah yang dibawa.
Alat tangkap tradisional kedua yakni, umpan udang. Ini berupa udang imitasi yang dibeli di toko. Kemudian yang ketiga adalah dengan menyelam dan memanah memanah gurita yang ada di balik batu karang.
"Kalau rejeki, saya bisa menangkap 6 ekor gurita. Dari 6 ekor ini memiliki besar kecil ukuran yang berbeda. Tapi Kalau sedikit ya paling 1 ekor yang berhasil saya tangkap," ungkap Andreas.
ADVERTISEMENT
Jika beruntung, ia menangkap gurita dengan Grade A yang mana ukurannya diatas 2 kg dengan harga jual Rp. 75 ribu per Kg. Untuk Grade B dari 8 ons sampai 1 Kg dengan harga jual Rp.65ribu per kg dan Grade C biasanya gurita berukuran kecil 2-3 ekor barulah mencapai 1 Kg dengan harga jual Rp. 55 ribu per Kg.
Menurut Andreas, hasil tangkapan gurita yang diperoleh dirinya maupun nelayan lain akan banyak yakni pada bulan Juni sampai bulan Agustus sedangkan di bulan Maret saat ini biasanya sedikit gurita yang berhasil ditangkap.
"Gurita banyak saat musim naik, di bulan Maret sampai bulan Mei masih kurang. Kalau bulan Juni mulai banyak," ungkap Andreas.
ADVERTISEMENT
Lanjut Andreas, pihaknya selama ini menangkap gurita dengan menggunakan alat penangkap tradisional. Sedangkan alat tangkap gurita secara modern belum diketahui pihaknya.
"Kami tangkap gurita lokasinya tidak begitu jauh karena kami pakai sampan dan alat tangkap juga terbatas begini. Ini alat tradisional yang kami sudah pakai dari dulu," ungkap Andreas.
Sebagai nelayan spesialis penangkap gurita, Andreas berharap Pemkab Sikka dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan bisa memperhatikan harga jual gurita agar bisa lebih meningkat.
Selain itu, pihaknya berharap ada perhatian dari DKP Sikka berupa perahu motor dan pelatihan untuk menangkap gurita secara modern karena penangkapan dengan cara tradisional ini hasilnya terbatas dan wilayah jangkauan tangkapan terbatas tidak jauh dari Pantai Hewuli dan di sekitaran karang , sedangkan gurita besar hidupnya di perairan dalam.
ADVERTISEMENT
"Kami harap ada bantuan alat tangkap gurita yang modern biar hasil tangkapan kami lebih meningkat," harap Andreas.