Kisah Guru di Ende, NTT: Tak Ada Rasa Takut untuk Jadi Sahabat ODGJ

Konten Media Partner
28 Agustus 2020 23:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maria Fransiska Du'a Ika saat bersama seorang ODGJ di Kota Ende. Foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Maria Fransiska Du'a Ika saat bersama seorang ODGJ di Kota Ende. Foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
ENDE - Ketika bertemu Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), banyak orang akan merasa risih, takut, dan bahkan lari menghindar.
ADVERTISEMENT
Rasa jijik, takut dan acuh, membuat banyak ODGJ yang masih berkeliaran tanpa ada perhatian dari sesama, seperti dikucilkan dari pergaulan sosial di tengah masyarakat.
Sejauh ini, hanya sebagian kecil orang-orang yang peduli akan nasib ODGJ. Memperhatikan, melayani bahkan mendampingi mereka hingga sembuh.
Itulah yang dilakukan oleh Maria Fransiska Du'a Ika, ibu dua anak, yang juga seorang guru ASN asal Kabupaten Sikka yang sudah 22 tahun tinggal di Kota Ende dan saat ini berdomisili di Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Paupire, Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten Ende, Provinsi NTT.
Bersama Kelompok Kasih Insani (KKI) Kabupaten Ende, Maria Fransiska yang juga merupakan seorang guru agama Katolik di SMK NEGERI 1 Ende ini aktif melakukan kunjungan (visitasi) terhadap ODGJ di Kota Ende dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Ketika bertemu ODGJ, ada kedamaian, ada ketenangan dan ditemukan kejujuran dibalik mereka yang dengan gangguan jiwa. Itulah pengakuan ibu dua anak ini kepada florespedia saat ditemui di Ende pada Jumat (28/8/2020) sore.
"Saya suka berbagai dan saya mungkin orang yang agak aneh, karena saya lebih suka bergaul dan bersahabat dengan orang-orang yang dianggap sebelah mata oleh orang lain. Bersahabat dengan ODGJ itu, memang saya rasa bersyukurnya itu lebih tinggi. Karena ketika berada bersama mereka itu, saya temukan nilai kejujurannya itu tinggi sekali karena kepekaan hati seorang ODGJ itu lebih tinggi," ucap perempuan yang mengaku sebagai anak yatim-piatu.
Hal itu, menurut Maria Fransiska, merupakan pengalaman yang ia dapatkan selama 3 tahun mendampingi ODGJ bersama KKI Kabupaten Ende.
Maria Fransiska Du'a Ika. Foto: istimewa.
"Kalau kita dekati dia dengan hati yang ikhlas, maka dia juga akan sangat welcome dan dia akan membuka diri," tutur Maria Fransiska.
ADVERTISEMENT
Kedekatannya dengan para ODGJ di Kabupaten Ende berawal dari rasa kedekatan secara emosional yang lahir dari dalam hati kecil perempuan lulusan IPI Malang ini. Kemudian, dirinya berinisiatif untuk bergabung bersama Komunitas Kasih Insani (KKI) Kabupaten Ende.
"Ketemu mereka itu (red : ODGJ) rasa cape, stres, beban hidup saya terasa hilang," ucap istri Sekretaris Lurah Onekore ini.
Maria Fransiska mengaku, aktivitasnya bersama KKI dalam mendampingi ODGJ, tidak mengganggu aktivitasnya sebagai seorang guru dan juga sebagai ibu rumah tangga.
Bahkan, dirinya mampu meyakinkan dan mengajak sang suami dan kedua buah hatinya yang saat ini sedang menyelesaikan pendidikan tinggi untuk bersama-sama berbagai dengan para ODGJ.
Kecintaannya terhadap kaum ODGJ membuat Maria Fransiska tak pernah merasa jijik atau sungkan bahkan takut ketika dirinya berada bersama para ODGJ.
ADVERTISEMENT
"Kalau merasa jijik itu sama sekali tidak, saya malah mau mendekatkan diri, pengennya saya peluk mereka dan perlakuan mereka seperti orang normal," ungkap alumni SMA Negeri 2 Maumere ini.
Awalnya, Maria Fransiska mengaku sang suami dan anak-anaknya merasa risih dengan aktivitas barunya. Namun, dirinya tak pernah menyerah dan putus asa dan bahkan mengajak sang suami bersama anak-anaknya untuk menjadi sahabat ODGJ.
"Bahkan, sekarang, pakaian bekas suami dan anak yang masih layak pakai itu dikasih ke mereka. Jadi kepuasan batin saya ketika dekat dengan ODGJ itu yang membuat suami dan anak juga jadinya seperti itu, lebih kepada rasa empati," ujarnya.
Dikisahkan bahwa selama masa pandemi COVID-19, dirinya bersama Komunitas Kasih Insani (KKI) Kabupaten Ende tetap melakukan pendampingan terhadap ODGJ tanpa ada rasa takut.
ADVERTISEMENT
Pola pendampingan yang dilakukan terhadap para ODGJ berupa penanganan secara medis dan model penanganan dan pendampingan lainnya dengan terus melihat perkembangan ODGJ itu sendiri. Bahkan, ada yang sudah dinyatakan sembuh.
Maria Fransiska kemudian mengajak kaum muda di Kabupaten Ende untuk memiliki rasa empati terhadap kaum terpinggirkan khususnya terhadap para ODGJ di Kabupaten Ende.
"ODGJ itu adalah sahabat kita, saudara kita dan sebagai saudara, selayaknya bagaimana cara kita, mungkin dengan hal yang sederhana yang bisa kita buat yang menjadikan ODGJ itu sahabat kita," ajak Maria Fransiska Du'a Ika yang mengaku aktivitasnya bersama KKI dalam menangani ODGJ ini tidak diketahui banyak orang termasuk teman-teman guru di tempat ia mengabdi.
Kontributor : Albert Aquinaldo
ADVERTISEMENT