Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Kisah Kornelis, Pebisnis Hotel yang Beralih Jadi Petani Sayur Saat Wabah Corona
19 Agustus 2020 11:48 WIB

ADVERTISEMENT
BORONG- Kornelis Dola (53), warga Toka, Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, NTT, memilih menjadi petani sayur di tengah pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
Pensiunan PNS itu menjadi petani sayur demi memenuhi kebutuhan keluarga selama pandemi Covid-19. Ia juga menanam sayur agar tetap produktif di masa pandemi Covid-19 ini.
Kornelis menuturkan, ia mulai menggarap lahan kosong yang berada di dekat rumahnya sejak bulan Mei 2020. Tanah di lahan kosong itu dibuat bedeng dan digembur, lalu tanam berbagai macam sayur.
Jenis sayur yang ditanam antara lain, Sawi, Pare, Bayam, Terung dan Tomat.
"Sejak Januari hingga Maret, saya bingung mau buat apa. Hotel sebagai sumber pendapatan sudah sepihak bahkan tidak ada tamu. Suatu hari, saya diskusi dengan isteri dan kami memutuskan untuk memulai tanam sayur," tutur Kornelis kepada media ini, Selasa (18/8/2020).
ADVERTISEMENT
Kornelis mengatakan, sejak bulan Mei, sayur yang ditanamnya sudah 2 kali panen. Satu kali panen 28 bedeng. Itu menghasilkan uang Rp.6.000.000.
Sayur yang ditanamnya pane 1 kali dalam 3 minggu. Dan saat ini sudah mulai panen yang ketiga.
"Setelah 3 kali panen, kebutuhan hari-haru sudah bisa terpenuhi di tengah pandemi Covid-19," katanya.
Kornelis menyebut, sayur-sayur yang ditanam ini diberikan pupuk organik yakni serbuk kayu, sekam padi, dan kotoran hewan.
Targetnya Jadi "Dapur Kita"
Kornelis mengungkapkan, dirinya menargetkan sayur-sayurnya itu menjadi "Dapur Kita". Artinya semua kebutuhan sayur lengkap disedikan untuk masyarakat kota Borong dan sekitarnya.
Kornelia melanjutkan, selama 3 bulan berlalu, sayur-sayur dipromosikan di media sosial seperti facebook dan whattsapp. Ada memang yang bertugas promosi sayur-sayur di media sosial.
ADVERTISEMENT
Pembeli, bisa pesan via online. Sayurnya akan dihantar sesuai alamat pembeli. Ada juga pembeli yang datang langsung ke tempat itu.
"Yang datang langsung itu pilih dan cabut sendiri sayur sesuai keinginan.
Yang datang sendiri itu pada umumnya pingin beli sambil rekreasi," ungkap Kornelis.
Kornelis mengatakan, agar bisa hidup di tengah pandemi, semua orang dituntut harus kreatif untuk bisa menghasilkan sesuatu. Salah satunya adalah memanfaatkan tanah dengan menanam sayur-sayuran.
Kornelis mengaku, dirinya bisa menanam sayur hanya andalkan nonton tipsnya di youtube.
"Kalau omong ilmu dan pengalaman pertanian, tentu saya tidak ada. Tetapi, saya manfaatkan teknologi yang kini serba canggih. Di youtube kan jelas tips-tips tanam sayur. Saya belajar dari situ saja," kata Kornelis.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, dirinya menanam sayur karena ada sumber daya seperti tanah, air, dan tenaga.
Selain itu juga, ia menanam sayur karena melihat peluang. Saat ini sayur menjadi kebutuhan utama bagi manusia seperti halnya nasi.
"Di situ kuncinya. Kreatif dan berani memanfaatkan peluang," ungkap Kornelis.
Tinggalkan Gengsi
Kornelis mengaku, dirinya sudah puluhan tahun menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dan pebisni hotel. Setiap hari ia kerjanya di kantor dan mengurus tamu di hotel.
Setelah pensiun di akhir tahun 2019 lalu, ditambah lagi saat ini hotel sepih, ia sama sekali tidak gengsi untuk beralih ke pekerjaan lain.
Baginya, pensiun bukan berarti berhenti bekerja. Pandemi juga bukan hambatan untuk tidak produktif.
ADVERTISEMENT
Kornelis pun berani bertani yang sering dianggap orang itu pekerjaan kotor. Ia menepis anggapan itu.
Ia menuturkan, Manggarai itu identik dengan pertanian. Karena itu, selayaknya orang Manggarai harus memanfaatkan potensi pertanian.
"Kerja itu bukan dilihat dari prosesnya. Bukan malah kita lihat kotor dan tidak. Motivasi kerja kita itu menghasilkan uang dan resiko bahayanya kecil," tutur Kornelis.
"Saat ini, kita tidak boleh gengsi. Tinggalkan kata gengsi dalam hidup. Kuncinya, kerja apa saja yang penting halal dan menghasilkan uang," sambungnya.