Kisah Warga Adonara Sembuh dari Stroke Setelah Lari Selamatkan Diri saat Bencana

Konten Media Partner
23 April 2021 22:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Hendrikus Hengki Boi, warga Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur yang sembuh dari sakit setelah berusaha menyelamatkan diri dari banjir bandang.
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Hendrikus Hengki Boi, warga Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur yang sembuh dari sakit setelah berusaha menyelamatkan diri dari banjir bandang.
ADVERTISEMENT
ADONARA- Di balik bencana alam di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT yang menelan 72 korban jiwa, ada saja kejadian di luar logika dialami beberapa korban selamat saat badai di malam Paskah itu.
ADVERTISEMENT
Selain bocah dua tahun bernama Selo yang ditemukan selamat, mukjizat juga dialami oleh seorang pensiunan guru di Desa Waiburak, Drs. Hendrikus Hengki Boi.
Hendrik yang mengalami stroke dan tidak mampu berjalan sejak Maret 2020 lalu, kini sembuh total dan berjalan seperti sediakala.
Kepada wartawan, Kamis (22/2), Hendrik yang dipercayakan sebagai koordinator posko pengungsian SDI Waiwerang ini menuturkan, sekitar bulan Maret 2020, ia terserang sakit dan tak mampu berjalan hingga memasuki masa pensiunnya pada 1 Oktober 2020.
Sejak saat itu, ia hanya mampu duduk dan tertidur lesu di rumahnya persis di samping Puskesmas Waiwerang. Jangankan berjalan, untuk ke kamar mandi saja, ia harus digendong sang istri.
"Saya memang stroke berat, sudah hampir setahun. Kalau mau ke MCK harus ditatih. Apalagi kalau lama di MCK, harus digendong," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Di malam kejadian, ia sendirian di rumah. Istri dan anak-anaknya pergi ke Larantuka merayakan pesta Paskah di rumah orangtua.
Malam itu, sungguh mencekam. Hujan disertai angin kencang membuat listrik padam. Gelap dan sepi. Jaringan telepon pun tiba-tiba hilang.
Sekitar pukul 23.30 WITA, ia mendengar gemuruh dari sungai yang tak jauh dari rumahnya.
Ia pun berusaha untuk tetap tidur dalam kegelapan. Namun, ia semakin gelisah mendengar suara gemuruh yang semakin membesar.
Hingga pukul 01.30 WITA, ia memutuskan bangun dan berdoa. Setelah berdoa, ia mendengar jeritan minta tolong dari tetangga rumahnya. Ia berusaha bangkit dari tempat tidur menuju jendela rumah. Ia semakin panik saat melihat rumah tetangganya sudah hanyut terbawa banjir.
"Dalam ketakutan saya berdoa, Tuhan, jika mau memberi cobaan, saya mohon jangan lewat batas kemampuan saya," begitu doa saya.
ADVERTISEMENT
Dalam kegelapan, ia melihat warga lain berlarian menyelamatkan diri. Ia berusaha tenang di rumahnya, karena kondisi fisiknya yang membuat ia pasrah. Namun, melihat dinding rumahnya yang jebol dihantam batu, spontan, ia lompat dari rumah dan berlari ke luar halaman.
"Di luar sudah penuh dengan air, lumpur dan batu serta kayu-kayu besar. Saya sempat berpikir, apakah saya sembuh? Saya berusaha terus berlari di tengah air, tapi sudah tidak kuat, saya jatuh. Tiba-tiba ada tetangga yang datang menolong saya. Dia tarik tangan saya berlari," kenangnya.
"Saya bersyukur, dalam posisi itu Tuhan memberi tetangga untuk selamatkan saya. Syukur sampai hari ini saya bisa jalan normal," sambungnya.
Ia meyakini apa yang dialaminya merupakan suatu mukjizat. Tuhan memberi cobaan dan Tuhan memberi saya kesembuhan.
ADVERTISEMENT
"Saya memaknai peristiwa ini bukan saja kejadian alam, tapi saya lebih melihat dari sisi Tuhan. Saya yakin, malam itu Tuhan mau menguji kita. Siapa saya sampai saya bisa selamat? Tapi kekuatan Tuhan membuat saya mampu lompat. Akhirnya saya selamat dan sembuh dari sakit. Saya yakin, Tuhan tidak akan meninggalkan saya," tandasnya.
Ia berterima kasih kepada pemerintah yang sudah berkontribusi membantu semua warga yang terdampak bencana.