Mama Maria, Single Mom yang Berjuang Melawan Tumor Lidah

Konten Media Partner
10 Desember 2019 18:09 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mama Maria Ursula, penderita tumor lidah yang menjalani operasi pengambilan jaringan lunak di leher di RSUD TC.Hilers Maumere. Foto: Mario WP Sina
zoom-in-whitePerbesar
Mama Maria Ursula, penderita tumor lidah yang menjalani operasi pengambilan jaringan lunak di leher di RSUD TC.Hilers Maumere. Foto: Mario WP Sina
ADVERTISEMENT
MAUMERE - Mama Maria Ursula sudah lebih dari 8 bulan lamanya terbaring akibat sakit tumor lidah yang dideritanya. Sebelum menderita sakit, Mama Maria Ursula adalah seorang pedagang di Pasar Alok Maumere. Karena sakit tumor lidah yang diderita sejak Desember 2018, Mama Maria Ursula berhenti berdagang sirih pinang dan hanya terbaring tidur di rumah.
ADVERTISEMENT
Sang adik, Tomianus Moa Buluk yang akrab disapa Tomi mengisahkan, dengan berjualan sirih pinang, Mama Maria Ursula bisa menyekolahkan anak perempuannya di SMK Keperawatan di Kota Maumere dan anak bungsu di bangku kelas 1 SD. Sedangkan ketiga anaknya sudah lama berhenti sekolah akibat terkendala biaya.
Aktivitas berdagang Mama Maria Ursula terhenti sejak April 2019 lalu. Padahal, Mama Maria adalah tulang punggung keluarga. Sejak ditinggal pergi sang suami yang memilih menikah dengan wanita lain, Mama Maria Ursula berjuang membesarkan kelima anaknya seorang diri.
Saat menderita sakit, pihak keluarga, dengan segala keterbatasan biaya hanya mengandalkan pengobatan melalui obat kampung dengan mendatangi dukun. Namun, dikarenakan sakit yang diderita tak kunjung sembuh, pada 21 September 2019, pihak keluarga pun membawa Mama Maria ke Rumah Sakit St.Gabriel Kewapante untuk menjalani rawat inap dan pemeriksaan medis.
ADVERTISEMENT
Menurut Tomi, sesuai rekam medis riwayat penyakit, awalnya hanya berupa bintik luka di lidah. Lalu bertambah besar lebih dari 1 sentimeter sehingga lidah menjadi hancur dan terbelah. Hasil diagnosa dokter menunjukkan kalau ia menderita tumor lidah.
Lanjut Tomi, selama perawatan 6 hari di rumah sakit, Mama Maria tertolong secara biaya karena ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Kendati demikian, dokter menyarankan untuk menjalani kemoterapi di rumah sakit di luar Kabupaten Sikka, tetapi karena terkendala biaya, saran dokter ini belum mampu disanggupi oleh keluarga. Sehingga, sampai hari ini hanya menjalani perawatan di rumah.
"Kami terkendala biaya sehingga sampai hari ini, Mama Maria Ursula hanya menjalani perawatan seadanya di rumah," ungkap Tomi, saat ditemui tim florespedia di rumahnya di Kampung Baosak, Dusun Kloangaur, Desa Heopuat, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka.
Mama Maria Ursula
Tomi menuturkan, saat Mama Maria Ursula sakit, praktis dirinya yang bekerja sebagai seorang guru honorer di SMP dengan gaji sebulan Rp 1 juta, tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga yang besar karena ditambah untuk biaya makan minum.
ADVERTISEMENT
"Gaji saya kecil. Hasil kebun juga terbatas. Kalau kios sebelum Mama Maria Ursula sakit, selalu dibuka tetapi sekarang tutup terus karena habis modal dipakai untuk urusan rumah dan beli obat," ungkap Tomi.
Di halaman rumah juga dibuka sebuah kios kecil. Tetapi, lebih sering tutup karena modal usaha dipakai untuk biaya berobat dan biaya hidup sehari-hari.
Sementara itu, Erista Vivianti (20), anak sulung Mama Maria Ursula mengatakan setiap harinya ia merawat sang mama karena hanya bisa terbaring tidur. Untuk makan sang mama, ia menyiapkan bubur SUN, menyeduh dengan air panas, dan menyuapi makan.
"Setiap kami makan, mama hanya sanggup minum 1 gelas bubur SUN. Kami tidak kasih makanan lain karena lidahnya sakit sekali. Tidak bisa kunyah makanan,"ungkap Erista Vivianti.
ADVERTISEMENT
Lanjutnya, ia sudah tamat SMK, namun karena sang mama sebagai tulang punggung keluarga sakit, ia pun pasrah dan memendam impian untuk bisa berkuliah.
Jalani Operasi Pengambilan Sampel
Erista Vivianti mengatakan pada Senin, 2 Desember 2019 lalu, pihak Pemerintah Kecamatan Hewokloang dan Puskesmas Hewokloang mendatangi rumah mereka untuk melihat kondisi sakit yang dialami sang mama.
Setelah melihat kondisi sakit Mama Maria, mereka kemudian merujuk Mama Maria ke RSUD. TC Hilers Maumere untuk menjalani perawatan medis. Di rumah sakit itu, Mama Maria kemudian menjalani operasi pengambilan sampel jaringan lunak di leher.
"Operasi berlangsung 3 jam lamanya. Saya khawatir dengan kondisi mama yang lemah," ungkap Erista.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan perawatan medis dan pengambilan sampel jaringan lunak di rumah sakit, pihaknya tidak membayar karena ditanggung BPJS.
Rumah tinggal Mama Maria Ursula dan anggota keluarga di Kampung Baosak, Desa Heopuat, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka. Foto: Mario WP Sina.
"Kami hanya membayar Rp 600 ribu untuk biaya pengiriman dan pemeriksaan sampel jaringan lunak di Surabaya. Dua minggu mendatang, sudah diketahui hasilnya," ungkap Erista.
Lanjut Erista, usai menjalani operasi, Mama Maria Ursula masih dirawat sampai pada tanggal 6 Desember. Sekarang, Mama Maria Ursula sudah kembali di rumahnya di Kampung Baosak, Desa Heopuat.
Dirinya berharap dengan pemeriksaan sampel jaringan lunak, pihak keluarga bisa mengetahui lebih dalam kondisi sakit sang mama.
Story ini merupakan bagian dari campaign kumparanDerma. Ayo berderma sekarang.
Untuk info, saran dan kritik mengenai kumparanDerma, sila kirim ke [email protected]
ADVERTISEMENT