Konten Media Partner

Manggrove adalah Rumah Bagi Buaya, Leluhur Orang Malaka

3 April 2019 18:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Solidaritas Masyarakat NTT di Yogyakarta Minta Selamatkan Manggrove Malaka

Solidaritas Masyarakat NTT di Yogyakarta.
zoom-in-whitePerbesar
Solidaritas Masyarakat NTT di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
KUPANG - Gelombang penolakan terhadap aktivitas PT Inti Daya Kencana (IDK) yang diduga melakukan pembabatan manggrove demi membangun tambak garam di Desa Weseben dan Desa Weoe, Kecamatan Wewiku, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT, makin kuat.
ADVERTISEMENT
Kali ini, penolakan datang dari Solidaritas Masyarakat NTT di Yogyakarta yang di dalamnya tergabung beberapa organ. Antara lain, Ikatan Keluarga Malaka Yogyakarta (IKAMAYO), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) St. Thomas Aquinas Yogyakarta, INTAN, Ikatan Keluarga Mahasiwa Adonara Yogyakarta (KAMAY), Kelompok Mahasiswa Pasca Sarjana UGM Asal NTT, Kelompok Dosen Asal NTT Lintas Universitas di Yogyakarta, GAFARTA, Ikatan Keluarga TTU (IKTTU), Ikatan Keluarga Belu (IKB), GEMBEL Yogyakarta, dan JANABADRA. Turut bergabung di dalamnya, WALHI Yogyakarta, Komunitas Indonesia Hijau (KIH), dan Forum Batu Tulis Nusantara Yogyakarta (FBTN).
Dalam release yang diterima media ini dari Yakobus Fahik selaku Koordinator Aksi, Rabu (3/4), Solidaritas Masyarakat NTT di Yogyakarta menggaungkan satu tekad bersama yakni 'Selamatkan Manggrove Malaka'. Berikut pernyataan sikap mereka.
ADVERTISEMENT
Solidaritas Masyarakat NTT di Yogyakarta, “Selamatkan Manggrove Malaka”
Bumi adalah rumah bersama. Oleh karena itu, siapa saja berkewajiban untuk menjaganya. Tindakan pengrusakan adalah tindakan tercela. Efek dari tindakan pengrusakan itu akan mengenai siapa saja tanpa memandang status kaya-miskin, laki-perempuan, tua-muda, politisi-warga sipil, pengusaha-pengkonsumsi. Ini artinya efek dari pengrusakan bumi berdampak pada semua manusia tanpa pandang bulu.
Hari-hari ini, tindakan merusak bumi  semakin menjadi-jadi. Atas nama pembangunan dan peningkatan kesejahteraan, maka alam dieksploitasi secara besar-besaran. Eksploitasi ini menyebabkan adanya korban dan yang korban sudah pasti yang tidak memiliki sumber daya entah modal maupun kuasa. 
Pengrusakan yang paling parah dan membuat bumi ini semakin terbeban adalah pengrusakan terhadap manggrove. Manggrove adalah tumbuhan yang bisa menghisap karbondioksida dalam jumlah yang besar yaitu 110 kg dan tidak ada pada pohon atau jenis tumbuhan yang lain. Sungguh luar biasa. Maka dari itu kita harus menjaganya agar oksigen yang kita hirup sungguh menyegarkan. Selain menghisap karbon, manggrove juga berguna untuk menahan pergerakan tanah dari darat. Tanah yang telah tertahan ini lama kelamaan akan menebal dan berfungsi untuk menahan rembesan air laut ke darat. Dengan sendirinya air di sekitar pesisir pantai tidak menjadi asin atau yang kita kenal air payau. Tanah yang telah ditumpuk diakar manggrove, lama-kelamaan akan membesar dan akan memperluas wilayah daratan.
ADVERTISEMENT
Pohon ini pun mempunyai kegunaan yang sungguh luar biasa lagi karena menahan terpaan ombak dan juga menjadi  dinding penahan bagi terpaan angin kencang ke daratan. Peran lain ketika ada ancaman bencana seperti tsunami, manggrove dapat menahan pergerakan dan menahan laju gelombang yang disebabkan oleh tsunami. Pada intinya manggrove itu memberi manfaat yang luar biasa bagi manusia itu sendiri.
Manfaat yang luar biasa  dari manggrove tersebut, tidak dipedulikan oleh Pemda Malaka. Hari ini, pemda memberikan izin bagi PT Inti Daya Kencana untuk melakukan pembabatan manggrove demi membangun tambak garam. Motivasi pemda  adalah menjadikan kabupaten ini sebagai pemasok garam nasional. Ambisi ini, membuat pemda kurang mempertimbangkan manfaat dari Manggrove tersebut sehingga hari ini, pembabatan Manggrove oleh PT IDK sudah mencapai 400 hekta are. Hal ini diakui sendiri oleh Pimpinan Cabang PT IDK, Natalia Seuk Seran.
ADVERTISEMENT
Atas tindakan pembabatan manggrove itulah maka kami yang bergabung dalam Solidaritas Masyarakat NTT di Yogyakarta, “Selamatkan Manggrove Malaka”, melihat bahwa tindakan pembabatan itu telah merusak ekosistem yang ada di Kabupaten Malaka sendiri.
Secara topografi kabupaten ini setiap tahunnya mengalami banjir. Ini berarti akan terus mengalami erosi dan abrasi besar-besaran dan tidak ada yang bisa menahan lagi erosi dan abrasi tersebut karena Manggrovenya telah dibabat.
Efek yang langsung dialami oleh masyarakat dari tindakan pengrusakan Manggrove adalah bahwa buaya sudah berkeliaran di sekitar wilayah Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, dan Kecamatan Wewiku dan telah menyebabkan empat orang per Maret 2019 meninggal dunia. Selain itu, saat ini juga kera-kera banyak berkeliaran di sekitar bibir pantai dan membuat masyarakat sekitar takut untuk ke Pantai entah untuk mencari ikan atau hanya sekedar menikmati semburan ombak di sana. Semua ini adalah karena dirusaknya ekosistem mereka. Hal ini terjadi di titik desa Weoe kecamatan Wewiku.
ADVERTISEMENT
Pengrusakan manggrove secara langsung adalah merusak ekosistem buaya. Dan ini artinya merusak leluhur dari orang Malaka maupun orang Timor seluruhnya sebab orang Timor meyakini Buaya adalan leluhurnya. Dari sini dapat kita katakan bahwa pengrusakan manggrove itu adalah penghilangan identitas orang Malaka dari tanahnya sendiri. Leluhurnya sudah diusir, maka tak lama kemudian anak cucunya pun akan mengikuti. Inilah simbol kuat yang dilupakan oleh PT IDK.  
Menyikapi tindakan pengrusakan oleh PT IDK tersebut maka kami yang bergabung dalam Solidaritas Masyarakat NTT di Yogyakarta menyatakan sikap sebagai berikut:
Pertama, PT IDK segera menghentikan pengrusakan atau pembabatan terhadap Manggrove Malaka. Manggrove bagi kami orang Malaka adalah tumbuhan yang mampu memperluas daratan dan memberikan manfaat yang besar bagi kami. Karena itu, kami mengungkapkan dengan istilah “Rai Tara Kelen dan Kamelin”. Secara sederhana istilah ini artinya tanah yang tersangkut dan meluas sekaligus menopang sebagaimana paha manusia itu tumbuh dan berkembang untuk menopang tubuh manusia dan kamelin artinya keharuman.
ADVERTISEMENT
Keharuman inilah yang bagi kami adalah kebaikan dari manggrove itu sendiri yakni menyerap karbon dioksida, menahan angin deras dari laut, menahan pukulan ombak yang keras dan besar sebagaimana sifat laut selatan.
Kedua, manggrove bagi kami juga adalah obat. Daunnya bagi kami adalah obat yang mujarab untuk menyembuhkan luka gigitan Buaya atau Naibei dan juga untuk menyembuhkan patah tulang.
Ketiga, manggrove bagi kami orang Malaka adalah rumah bagi para leluhur kami yaitu Beinai atau buaya.  Oleh karena itu, jangan sekali-kali menghancurkan rumah leluhur kami.
Keempat, manggrove  bagi kami orang Malaka adalah sumber energi. Dari sana akan bermunculan jenis ikan, kepiting dan udang yang akan memberikan kelimpahan bagi kami orang Malaka. (FP - 06).
ADVERTISEMENT