Konten Media Partner

Melihat Pesona Kampung Tradisional Kawa di Nagekeo, NTT

5 Oktober 2019 16:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wisatawan asing mendatangi kampung tradisional Kawa di Nagekeo. Foto: Arkadius Togo,florespedia.
zoom-in-whitePerbesar
Wisatawan asing mendatangi kampung tradisional Kawa di Nagekeo. Foto: Arkadius Togo,florespedia.
ADVERTISEMENT
MBAY - Bagi anda yang ingin menenangkan diri dari hiruk pikuk perkotaan Kabupaten Nagekeo atau ingin mencari pedesaan yang tenang, belum terjamaah penerangan listrik dan sentuhan teknologi modern lainnya, Kampung Tradisional Kawa di Desa Labolewa, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, NTT layak menjadi salah satu destinasi yang patut anda kunjungi saat berakhir pekan.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Kampung Kawa masih sangat tradisional dengan warga yang menjunjung tinggi adat istiadat setempat. Secara geografis, Kampung Kawa terletak di bagian barat Desa Labolewa dengan jarak tempuh kurang lebih 10 Km dari Desa Labolewa dan 15 Km dari Kota Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo.
Untuk mencapai Kampung Kawa dari Desa Labolewa, anda hanya bisa berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua. Untuk kendaraan roda empat (mobil) belum bisa karena jalanan yang dilewati sempit dan bermedan sulit.
Kampung yang dihuni oleh 18 KK ini dominan warganya bermata pencaharian sebagai petani dan memelihara ternak. Berada di kampung ini, anda akan disuguhkan dengan kebiasaan warga setempat seperti berkebun, memelihara ternak dan lainnya.
Wisatawan mancanegara saat mengunjungi Kampung tradisional Kawa. Foto: Arkadius Togo,florespedia.
Anda benar benar menikmati suasana hening dimana tidak akan menikmati fasilitas teknologi seperti penerangan listrik, televisi dan teknologi modern lainnya. Setiap rumah warga di kampung ini menggunakan lampu pelita sebagai penerangan utama. Ada juga beberapa rumah yang menggunakan listrik tenaga surya dan generator bantuan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Jumlah rumah adat di Kampung Kawa sebanyak 13 rumah adat. Rumah tradisional ini didesain unik, yakni atap di buat dari alang - alang sehingga di dalam rumah tidak kepanasan.
Sementara dinding rumah dibuat dari bambu atau pelupuh dan di dinding rumah itu di ukir gambar - gambar simbol kebudayaan setempat. Sementara tangga masuk dalam rumah, disusun menggunakan batu alam (ceper) sehingga nampak terlihat seperti batu yang dicor menggunakan semen.
Warga di kampung ini, menerima wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang ingin menginap di rumah adat dan merasakan keheningan dan suasana damai di kampung ini. Tarif yang dikenakan biasanya sesuai kesepakatan dengan pemilik rumah adat. Biasanya, dalam sebuah rumah adat dihuni 1 - 2 Kepala Keluarga (KK).
ADVERTISEMENT
Pada malam harinya, susanana kampung tradisional terasa sunyi dan tenang. Yang terdengar hanyalah bebunyian jangkrik dan binatang malam ditambah satu dua warga yang duduk bercakap - cakap di masing - masing rumah adat.
Untuk merasakan keheningan malam tanpa diinterupsi oleh gadget dan teknologi modern, ada baiknya anda menginap saat berkungjung ke kampung tradisional ini. Selain ketenangan, anda akan disuguhkan dengan berbagai pemandangan alam padang savana yang mempesona. bentuk rumah adat yang unik akan menambah keindahan kampung adat Kawa. 
Minta Pemda Prioritas Infrastruktur
Ketua DPC HPI Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Nagekeo, Yohanes Niku mengatakan Kampung Tradisional Kawa diminati oleh wisatawan asing karena menawarkan wisata yang alamiah. Wisatawan dapat belajar kebudayaan Nagekeo sekaligus menikmati pesona keindahan alam dan kehidupan tradisional warganya di Kampung Kawa.
ADVERTISEMENT
Dikatakan Yohanes Niku, dirinya sangat mendukung Pemda Nagekeo dalam hal ini terkait destinasi pariwisata. 
Dikatakan Yohanes Niku, di Nagekeo memiliki banyak kekayaan pariwisata baik alam maupun budaya serta kearifan lokal yang selama ini banyak orang belum tahu.
"Selama ini saya bawa tamu dari manca negara kurang lebih sudah ratusan orang. Pengakuan mereka lebih suka pariwisata di Nagekeo, karena mereka melihat masih alamiah. Sehingga ketika datang ke Nagekeo mereka betah tidur di kampung-kampung, seperti Kampung Kawa di Lambo dan Kampung Tutubhada di Rendu," ujarnya.
Pemandangan rumah adat dengan latar perbukitan di Kampung tradisional Kawa. Foto: Istimewa.
Namun kendala yang ia alami adalah infrastruktur. Oleh karena itu, sebagai pelaku pariwisata, ia meminta kepada Pemda Nagekeo untuk mempromosikan pariwisata dengan utamakan membangun infrastruktur menuju tempat-tempat pariwisata.
ADVERTISEMENT
"Misalnya dari Raja menuju Boanai. Karena jalur itu secara pariwisata sangat mahal kita promosi. Karena jalur itu akan menuju air terjun Ngabatata dan langsung menuju Kampung Kawa," ujarnya. (FP-03).