Konten Media Partner

Mengenal Sosok Pendamping Penderita HIV/AIDS di Labuan Bajo, NTT

5 Januari 2022 21:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keterangan foto: Paul Palma, Pendamping Penderita HIV/AIDS. Foto : Engkos Pahing.
zoom-in-whitePerbesar
Keterangan foto: Paul Palma, Pendamping Penderita HIV/AIDS. Foto : Engkos Pahing.
ADVERTISEMENT
LABUAN BAJO - Di tengah geliat kemajuan industri Pariwisata Prioritas Nasional di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, membuat seluruh lapisan masyarakat berlomba-lomba bersaing untuk mengecup kenikmatan keuntungan dari kemajuan Pariwisata.
ADVERTISEMENT
Namun ada sebagian orang yang tidak menginginkan untuk berada di barisan tersebut, mereka lebih memilih untuk berdiam diri dalam keheningan, berharap nafas kehidupan yang diberikan oleh sang Maha Kuasa tetap ada pada dirinya. Sebab saat ini mereka sedang berjuang melawan penyakit yang bagi semua orang tidak ingin mendapatkannya, yaitu virus HIV/AIDS.
Bagi para penderita HIV/AIDS di Manggarai Barat yang saat ini berjumlah 181 orang  kasus aktif, yang dengan rincian 90 orang positif HIV dan 91 orang mengidap AIDS, dalam beberapa tahun ini berjuang bersama seseorang yang Tuhan titipkan untuk selalu mendampingi, memberikan semangat agar bangkit dari keterpurukan sehingga bisa bertahan hidup lebih lama.
Sosok tersebut yaitu Paul Palma, pria berusia 32 tahun itu sudah kurang lebih 5 tahun ia mengabdikan dirinya untuk menjadi pendamping lapangan bagi penderita HIV/AIDS di Kabupaten Manggarai Barat, di bawah naungan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Manggarai Barat.
ADVERTISEMENT
Berbekal ilmu yang didapatkan lewat pelatihan di Rumah Sakit Umum Dr. Tc Hillers Maumere, untuk mendampingi ODHA (sebutan bagi para penderita HIV/AIDS), pria lulusan Sastra Inggris itu mulai menekuni tugasnya sebagai pendamping ODHA.
Pendekatan dari hati ke hati, dan rasa mencintai kepada sesama manusia membawanya bertemu dengan setiap ODHA, memberikan motivasi berupa dorongan semangat hidup terus ia berikan kepada setiap penderita HIV/AIDS agar selalu memiliki semangat untuk melawan penyakit tersebut.
“Hidup untuk mencintai semua orang itu yang pertama kali yang saya tanamkan pada diri saya. bagaimana kita sebagai manusia ciptaan Tuhan, harus saling berbagi cinta kasih kepada siapa saja”, ungkap Paul kepada media ini, Rabu (05/01).
Dirinya mengungkapkan, menjadi pendamping lapangan bagi ODHA yang setiap hari bertemu dan berkomunikasi, baik secara langsung maupun melalui komunikasi di media sosial, ia dihadapkan dengan begitu banyak kisah yang membuatnya semakin terpanggil untuk terus menekuni profesi ini.
ADVERTISEMENT
“Satu hal yang membuat saya terus menekuni tugas ini, yaitu disaat para ODHA yang saya dampingi mengucapkan suatu kalimat yang membuat saya menjadi semangat, mereka katakan adalah saya akan sembuh Paul dan saya akan memulai kehidupan baru yang jauh lebih baik dari yang kemarin. Ucapan itu yang selalu membuat hati saya tersentuh dan memberikan saya semangat untuk selalu ada dengan mereka, karena saya yakin God used me for them (Tuhan memakai saya untuk mereka)”, ungkapnya.
Selain dihadapkan dengan kisah yang membuatnya semangat, kerap kali juga ia terkadang larut dalam kesedihan yang dirasakan oleh para ODHA. Sering kali ada pasien ODHA yang merasa putus asah dengan penyakit yang dideritanya dan tekanan lingkungan sekitar ODHA yang tidak menerimanya untuk berada dengan masyarakat lainya.
ADVERTISEMENT
“ Ada saat tertentu dimana perasaan hati saya harus larut dalam kesedihan yang para ODHA ini rasakan. Rasa itu datang, ketika misalnya salah satu dari mereka mengatakan pasrah dan memilih untuk tidak sanggup melawan virus itu, yang mana saat itu mereka katakan secara langsung dihadapan saya sambil meneteskan air mata, di momen itu melihat air mata mereka jatuh, saat itu juga saya terkadang tidak mampu membendung air mata saya yang sebenarnya saya harus kuat untuk memberikan semangat kepada mereka but I’m only human (tapi saya hanyalah manusia biasa) yang juga memiliki rasa sedih ketika dihadapkan oleh keadaan itu,” tutur Paul sambil jemarinya meraba secangkir gelas kopi yang menemaninya berbagi kisah kepada penulis.
ADVERTISEMENT
Ketika dihadapkan dengan situasi tersebut, pendekatan yang dilakukan paul dengan mengajak pasien tersebut untuk berdiskusi membincangkan hal-hal yang mampu membuat penderita HIV/AIDS merasa tenang dan kembali memiliki semangat untuk tetap berusaha melawan penyakit tersebut.
Kisah pilu lainya yang ia rasakan adalah disaat ada para penderita yang ia tangani harus meninggal dunia, lantaran ganasnya virus HIV/AIDS yang diderita oleh para ODHA. Seperti yang ia sampaikan kepada penulis bahwa telah ada 8 kematian yang terjadi sejak bulan Desember 2021 sampai Januari 2022.
Namun Lewat dedikasinya, tidak sedikit dari beberapa ODHA yang ia dampingi sekarang ini keadaanya sudah jauh lebih baik dan telah kembali beraktivitas seperti biasanya. Meskipun untuk selamanya harus mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV).
ADVERTISEMENT
Di akhir wawancaranya, Paul berpesan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Manggarai Barat, untuk selalu menerapkan pola hidup sehat, terlebih khusus saat melakukan hubungan seksual bersama lawan jenis yang bukan dalam status hubungan suami istri untuk selalu menggunakan alat kontrasepsi yaitu kondom.
Ia juga berpesan kepada kelompok beresiko, seperti pekerja seks komersial dan kelompok beresiko lainya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin di layanan kesehatan, untuk mengetahui kondisi kesehatan dalam diri masing-masing. Baginya kesehatan adalah hal paling utama dan sangat prioritas.