Konten Media Partner

Motif Belah Ketupat Jadi Pilihan di Tenun Massal Festival Lamaholot

13 September 2019 7:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atraksi tenun massal 50 penenun Festival Lamaholot dari Desa Bantala, Kabupaten Flores Timur. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Atraksi tenun massal 50 penenun Festival Lamaholot dari Desa Bantala, Kabupaten Flores Timur. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
LARANTUKA - Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya Lamaholot Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT, telah dua hari diselenggarakan.
ADVERTISEMENT
Di hari kedua Kamis (12/9), beberapa atraksi seni dan budaya, telah ditampilkan mewarnai semaraknya event akbar masyarakat Flores Timur tersebut. Salah satunya atraksi tenun masal yang ditampilkan 50 Penenun dari Desa Bantala, Kecamatan Lewolema Kabupaten Flores Timur.
Menariknya, dalam tenun masal itu, Motif Belah Ketupat menjadi pilihan para Penenun untuk difestivalkan.
Tenunan bermotif Belah Ketupat, memberikan arti tersendiri bagi masyarakat Flotim khususnya masyarakat adat Lewohala tentang persatuan antara pemerintah dan rakyat.
"Festival kali ini semakin menarik. Seni dan budaya Flotim kian dihidupkan. Seperti motif Belah Ketupat yang ditampilkan dalam tenun masal ini. Motif ini punya arti bagi masyarakat Flotim tentang persatuan antara pemerintah dan rakyat. Semoga festival tahun depan, motif-motif lain ditampilkan juga," ungkap Marta Lete Lein warga Gege Flotim, Kamis (12/9).
ADVERTISEMENT
Kata Marta Lete, tenunan khas Flotim harus terus dihidupkan. Sehingga tidak dilupakan generasi saat ini dan mendatang untuk mencintai seni dan budaya sendiri. Mengingat semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Ini langkah yang baik untuk mengingatkan dan membuat kita masyarakat Flotim, mencintai seni, budaya dan tradisi kita. Biar anak-anak kita tidak lupa," kata Marta Lete.
Hal senada diungkapkan Penenun Maria Peni Hekin. Katanya, tenunan masal ini tidak saja untuk memeriahkan acara festival tetapi juga sebagai ajang promosi seni dan budaya masyarakat Flotim. Sehingga sangat diharapkan, Pemda Flotim memberikan perhatian kepada para penenun untuk menghidupi tenun khas Flotim.
"Kami butuh perhatian Pemda untuk kelompok tenun. Seperti peralatan tenun dan bahan-bahannya. Saat ini tenunan sudah banyak yang gunakan bahan dasar benang toko dan tidak gunakan pewarna lokal," ungkap Maria Hekin.
ADVERTISEMENT
Kata Maria Hekin, selama ini hasil tenun para penenun, khususnya dari Desa Bantala hanya bisa dipasarkan di sekitar wilayah Lewolema dan Kota Larantuka. Sehingga hal ini bisa menjadi perhatian Pemda Flotim.
”Pemda bisa bantu kami untuk pasarnya. Selama ini hasil tenun, kami jual hanya di desa dan sekitar Larantuka. Dan untuk tenun motif Belah Ketupat ini, biasanya kami jual dengan harga Rp 1 juta,"ungkapnya.
Selain itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Flotim, Apolonia Corebima mengatakan, potensi tenun di Kabupaten Flotim merupakan warisan budaya serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan menjadi sumber penghasilan bagi keluarga.
"Ini merupakan warisan budaya dan menjadi sumber penghasilan.Dan untuk Kabupaten Flotim, ada sekitar 10 motif yang dominan dan tersebar di Flores daratan, Adonara dan Solor," kata Apolonia.
ADVERTISEMENT
Katanya, untuk menjaga dan menghidupkan seni dan budaya masyarakat Flotim, Pemda Flotim selalu menghadirkan atraksi tenun di setiap festival. Dengan harapan agar anak-anak muda atau generasi muda Flotim, dapat tertarik untuk belajar menenun. Pasalnya, sejauh ini hanya para ibu-ibu yang dapat menenun. Sementara anak-anak muda sangat jarang ditemukan dapat menenun.
“Dengan adanya atraksi menenun, kami ingin hidupkan dan menggaraikan kaum muda agar mulai menenun. Menunan berpotensi menjadi sumber penghasilan.Yang jadi kendala, belum ada semangat atau keinginan untuk belajar menenun. Belum ada niat jadikan tenunan sebagai pekerjaan pokok dan sumber penghasilan,"pungkas Apolonia.(FP-08).