Konten Media Partner

Pandemi Membuat Guide di Maumere ini Beralih Jadi Penjual Lekun

19 Februari 2022 15:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hasil olahan Lekun yang siap dipasarkan. Foto : Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Hasil olahan Lekun yang siap dipasarkan. Foto : Istimewa
ADVERTISEMENT
MAUMERE - Pandemi COVID-19 sukses meruntuhkan bisnis pariwisata sehingga sebagian pelaku wisata harus berani berubah untuk bisa bertahan hidup. Salah satunya adalah Maria Yasinta Nenti yang memiliki usaha travel dan juga seorang tour guide atau pemandu wisata di PT Mamai.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Maria Yasinta Nenti tidak menyerah begitu saja. Ia sadar harus berani berubah agar bisa ada pendapatan. Akhirnya terbesit ide untuk merintis usaha bisnis kuliner lekun.
“Masa pandemi tak ada wisatawan yang datang jadi kami harus mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan hidup kami dengan mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang. Karena itu, saya mencari ide,” ungkap Maria Yasinta Nenti saat ditemui di rumahnya di kompleks Cemara Gang lV, Belakang SMAK Bhaktyarsa Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Sabtu (19/2).
Proses pembuatan lekun
Nenti sapaannya mulai membuka usaha kuliner Lekun dengan konsep tradisional. Disamping itu juga bisa mempromosikan makanan khas daerah Maumere Timur.
"Kuliner lokal adalah pilihan saya dengan menjual Lekun untuk mendapatkan sesen dua tapi di samping itu saya dapat mempromosikan makanan khas daerah maumere Timur. Semuanya konsep tradisional ," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dipilihnya kuliner Lekun, kata Nenti, karena merupakan salah satu makanan lokal khas masyarakat Maumere timur, wolet maupun Tana Ai. Lekun biasanya disuguhkan dalam acara-acara adat seperti antar belis, pernikahan dan acara adat lainnya.
Saat ini, lekun sudah mulai dijual dan mulai banyak dikonsumsi masyarakat Kabupaten Sikka serta dijadikan oleh-oleh bagi warga dari luar daerah yang datang ke wilayah ini.
Hasil olahan lekun
"Banyak warga di Kota Maumere mulai tertarik membeli dan mengkonsumsi lekun yang saya jual. Selain warga Sikka, Lekun yang saya buat ini sudah di konsumsi sama para pengunjung dari Jakarta saat ada kegiatan di Maumere seperti di ajang Motor Jeep Nusantara yang bertempat di Capa Hotel, Lekun yang saya buat menjadi snack pagi para peserta," sebut Penjual Kuliner ini.
ADVERTISEMENT
Nenti mengatakan Lekun dijual untuk ukuran satu ruas bambu sepanjang sekitar 65 sentimeter dengan harga Rp 50.000 sementara bila sudah dipotong dijual seharga Rp 20.000 untuk ukuran panjang 15 sentimeter.
Perempuan yang berprofesi sebagai guide Bahasa Inggris dan Bahasa Italia ini mengaku dirinya menjual Lekun melalui media sosial dan biasanya hanya menjual 10 sampai 15 bambu saja, kadang tergantung pesanan.
"Awalnya saya biasa menjual 10 bambu lekun tetapi karena banyak yang membeli sehingga saya membuatnya sebanyak 15 bambu bahkan lebih tergantung banyaknya pesanan "ungkapnya
Nenti menyebutkan,Lekun yang dijualnya menggunakan bahan-bahan yakni beras ketan,beras putih,santan kelapa,pisang dan gula merah dan gula pasir serta bambu yang berukuran sedang dengan ukuran ruas sekitar 65 hingga 70 sentimeter.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan pertama -tama bambu dipotong sesuai jarak ruasnya lalu dibersihkan bagian dalamnya mengunakan daun kelapa sambil di cuci dengan air hingga benar-benar bersih dan siap di gunakan.
"Beras direndam didalam air selama 30 menit setelah itu ditiriskan. lalu ditumbuk di lesung hingga halus baru diayak. Setelah jadi tepung lalu kita mulai proses pembuatan dicampur dengan santan kelapa. Aduk tepung beras merah,beras putih dan santan,tambahkan gula pasir,gula merah dan pisang masak, aduk hingga merata sambil ditambahkan sedikit air," jelasnya.
Setelah adonan lembek, lanjut Nenti dimasukan dalam bambu dan dipadatkan setelah itu dibakar dengan nyala api sedang sehingga bagian luar bambu tidak cepat hangus dan matangnya merata.
Saat penyajian, bambu bagian luar dibersihkan. Nenti mengakui, Lekun yang dibakar dalam bambu bisa bertahan lama hingga satu minggu dibanding dengan yang dikukus.
ADVERTISEMENT
"Lekun bagi kami orang Wolet merupakan kue yang biasa dimakan sebagai teman saat minum kopi atau teh pada pagi atau sore hari," kata Nenti
Berbekal resep dan ketekunannya usaha dan kerja kerasnya kuliner Lekun Mamai makin banyak pelanggan berdatangan. Selain usaha kuliner Lekun, ia juga membuka usaha kuliner ikan dalam bambu.
“Motivasi saya untuk berjualan Lekun di masa pandemi ini ya karena tanggung jawab saya terhadap keluarga. Inilah motivasi saya berani berubah dari guide ke kuliner," ujarnya,
Nenti menambahkan berkat usaha kuliner ia bersama para UMKM lainya bisa mengikuti pameran di depan SCC pada saat Lomba putra dan putra Nusantara.
" Saat itu lekun saya juga di beli oleh rombongan dari Jakarta,mereka bilang sangat enak ,"ujar Nenti.
ADVERTISEMENT
Kontributor : Athy Meaq