Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Pengurus Asosiasi RS Swasta Indonesia Cabang NTT Dilantik
12 Januari 2020 10:42 WIB

ADVERTISEMENT
KUPANG - Pengurus Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Cabang NTT periode 2020- 2023 yang diketuai oleh dr. Herly Soedarmadji dilantik oleh Ketua Umum Pengurus Pusat ARSSI, drg. Susi Setiawaty. Acara pelantikan yang berlangsung di Aula Utama Sahid T-More Hotel Kupang, Sabtu (11/1) dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, drg. Dominikus Minggu Mere serta pengurus organisasi profesi kesehatan dan tamu undangan lainnya.
ADVERTISEMENT
Ketua ARSSI NTT, dr. Herly dalam sambutan mengatakan, ososiasi yang dipimpinnya itu akan berupaya menghimpun semua rumah sakit swasta yang ada di wilayah NTT untuk bersama-sama meningkatkan mutu dan profesionalitas pelayanan serta sistem rujukan rumah sakit.
"Kami pengurus ARSSI NTT periode 2020-2023 telah mengikrarkan janji dan berkomitmen untuk saling bekerja sama di wadah ini guna memajukan pelayanan rumah sakit swasta yang ada di NTT," sebut Direktur RS St. Carolus Borromeus Kupang itu.
Kedepannya, lanjut Herly, ARSSI NTT juga berusaha meningkatkan koordinasi, baik antara rumah sakit swasta dengan rumah sakit pemerintah, maupun dengan organisasi profesi kesehatan lainnya yang ada di NTT.
Mewakili seluruh pengurus, Herly mengucapkan limpah terima kasih kepada Ketua Umum Pengurus Pusat ARSSI yang berkenan hadir dan melantik pengurus ARSSI NTT periode 2020-2023. Dia juga berterimakasih kepada Kadis Kesehatan Provinsi NTT yang selalu mensuport rumah sakit swasta.
ADVERTISEMENT
"Terimakasih kepada semua mitra kerja yang mendukung ARSSI NTT. Semoga ke depan kita mampu meningkatkan kerja sama satu sama lain demi kemajuan pelayanan kesehatan di NTT," sebut Herly.
Sementara Ketua Umum Pengurus Pusat ARSSI, drg. Susi Setiawaty dalam sambutan menjelaskan, ARSSI didirikan pada tahun 1998 dan baru diaktakan pada tahun 2000. Saat itu negara diperhadapkan dengan krisis moneter, sehingga rumah sakit swasta kesulitan membeli alat kesehatan (alkes) yang harganya terbilang mahal. Atas dasar inilah, beberapa direktur rumah sakit swasta di Jakarta menyatukan tekad untuk mendirikan sebuah wadah sehingga dapat berkolaborasi dan membeli alkes yang sama.
"Organisiasi ini didirikan untuk memudahkan kita berkolaborasi dengan semua stakeholder rumah sakit di wilayah masing-masing," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Dan untuk diketahui, NTT merupakan cabang ARSSI yang ke-24. Namun anggota kita ada di semua provinsi karena ada rumah sakit swasta yang mendaftar sebagai anggota ARSSI," sambung Susi.
Dia menyebutkan, dari total rumah sakit di Indonesia, 67,7 persen diantaranya merupakan rumah sakit swasta. Pertumbuhan rumah sakit swasta di Indonesia juga cukup tinggi yakni sekitar 6-10 persen. Namun, mayoritas rumah sakit swasta masih tipe C.
"Jadi selain kita mengolah rumah sakit agar tetap survive di era JKN, tentunya motto kita adalah meningkatkan mutu pelayanan," katanya.
Susi menerangkan, problem yang dihadapi rumah sakit swasta berbeda dengan rumah sakit pemerintah. Sebab rumah sakit swasta harus padat karya dimana semua urusan dikelola sendiri agar tetap survive. Apalagi di era JKN seperti sekarang ini, semua rumah sakit harus sudah terakreditasi. Menurutnya, ada beberapa kendala yang kerap dihadapi rumah sakit swasta dalam melayani peserta JKN dan yang paling sering dihadapi adalah soal ketesediaan obat. Sebab, dari sekitar 1200 rumah sakit yang bekerja sama hingga kini masih banyak rumah sakit swasta belum memakai e-purchasing.
ADVERTISEMENT
"Dari 1200 rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, yang bisa e-purchasing sekitar 500 rumah sakit. Kedepannya seluruh rumah sakit swasta didorong untuk memberikan RKO (Rencana Kebutuhan Obat). Selama ini rumah sakit swasta sering tidak mendapatkan obat karena RKO yang dibuat tidak menggambarkan rumah sakit secara keseluruhan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Jadi ini harus jadi perhatian ARSSI NTT ke depan," jelasnya.
Selanjutnya, Kadis Kesehatan Provinsi NTT drg. Dominikus Minggu Mere dalam sambutan mengatakan, ARSSI merupakan mitra pemerintah untuk ikut serta dalam upaya peningkatan aksesibilitas maupun peningkatan layanan kesehatan di NTT. Untuk itu, pengurus ARSSI NTT harus bisa menjadi partner pemerintah dan ikut serta memberikan masukan serta terlibat dalam pengambilan kebijakan. Khususnya hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kinerja pelayanan di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
"Kita semua, baik di organisasi PERSI, ARSSI maupun ARSADA, tugas kita adalah mewujudkan kualitas layanan dan keselamatan pasien di rumah sakit masing-masing," ujarnya.
Sebagai Penasehat, mantan Direktur RSU W.Z. Johannes itu berkomiten untuk ikut serta dalam upaya peningkatan kinerja ARSSI NTT ke depan. Dan sebagai Kadis Kesehatan, dia akan mendukung pemenuhan tenaga dokter umum di rumah sakit swasta.
Berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas layanan di rumah sakit, mantan Kadis Kesehatan Kabupaten Ende itu mengingatkan ARSSI untuk selalu mendorong semua rumah sakit swasta di NTT agar secara periodik melakukan akreditasi. Apalagi di era JKN, semua rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus sudah terakreditasi.
Di akhir sambutan, dia juga mengapresiasi penyelenggaran workshop dengan tema "Meningkatkan Kompetensi Rumah Sakit Swasta Dalam Penyusunan RKO dan E-Purchasing di Tahun 2020' yang dirangkai bersama dengan kegiatan pelantikan pengurus ARSSI NTT periode 2020-2023. (Tommy Aquino)
ADVERTISEMENT