Konten Media Partner

Penyakit Busuk Buah Resahkan Petani Kakao di Manggarai Barat

25 Maret 2019 9:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buah kakao yang terserang penyakit busuk buah. Sumber foto : alamtani.com
zoom-in-whitePerbesar
Buah kakao yang terserang penyakit busuk buah. Sumber foto : alamtani.com
ADVERTISEMENT
Para petani di Kabupaten Manggarai Barat mengeluh karena tanaman coklat atau kakao milik para petani selama ini digerogoti penyakit. Akibatnya, produksi Komoditas kakao menurun dratis.
ADVERTISEMENT
Warga Desa Golo Damu, Kecamatan Mbeliling, Rikardu Jeranu yang ditemui media ini di Labuan Bajo,Minggu (24/3) mengungkapkan selama ini para petani di desa Golo Damu tidak lagi mengurus tanaman kakao karena penyakit yang menyerang tanaman tersebut. Padahal komoditas kakao menjadi sumber pendapatan ekonomi masyarakat di wilayah itu.
Dia menuturkan penyakit yang menyerang kakao membuat hasil panen komoditas tanaman kakao tahun ini diprediksi menurun. Sehingga para petani hampir meninggalkan tanam kakao sebagai sumber pendapatan.
" Saya sudah tidak mengurus tanaman kakao karena banyak penyakit yang menyerang kakao. Penyakit tersebut menyebabkan hasil kakao juga menurun," tutur Rikardus.
Warga Desa Liang Ndara, Kecamatan Mbeliling, Doroteus Hanu mengatakan serangan penyakit kakao mulai terjadi sekitar bulan November 2018 lalu. Terhadap persoalan itu tidak ada satu petani di Desa Liang Ndara yang mengetahui penyebab penyakit tersebut. Hampir setiap tahun sejumlah pohon kakao diserang penyakit.
ADVERTISEMENT
Penyakit Kakao di Desa Liang Ndara adalah buah Kakao busuk dan warna hitam. Akibatnya, produksi buah Kakao yang menjadi salah satu komoditas unggulan masyarakat Desa Liang Ndara menurun.
" Buah kakao pada tahun 2018 sangat sedikit, beda tahun sebelumnya. Sebagian besar membusuk akibat penyakit itu, " tutur Doroteus.
Doroteus mengaku, hingga saat ini para petani kesulitan memberantas penyakit tersebut. Serta menjadi kendala masyarakat Desa Liang Ndara untuk meningkatkan produksi kakao yang harganya hanya perkisan Rp 15.000 per kilogram. Rata-rata seluruh masyarakat memiliki lahan Kakao, selain tanaman buah-buahan.
Petani lainnya di Desa Liang Ndara,Wendelinus Sabinus mengatakan Desa Liang Ndara sangat cocok ditanami kakao dan tanaman komoditas lainnya. Namun rata-rata kendala utama masyarakat adalah serangan penyakit busuk buah yang belum juga dapat diatasi oleh petani setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Dia mengaku puluhan batang tanaman kakao miliknya sebelum tidak diserang penyakit panen normal bisa menghasilkan 30 - 100 kilogram setiap bulannya, tapi saat ini biji kakao yang dihasilkan paling banyak 5 kilogram.
Untuk itu dia berharap petugas PPL atau pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat dapat membantu masyarakat di Kecamatan Mbeliling untuk mencari tahu jenis penyakit dan cara penanganannya.
Hal itu sangat penting mengingat tanaman kakao banyak ditanam oleh warga di sejumlah desa di Kecamatan Mbeliling. Serta sejumlah petani menjadikan tanaman kakao menjadi tanaman unggulan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi.
Sementara itu, ketua Kelompok Tani (Poktan) Maju Bersama di Desa Kombo, Kecamatan Pacar, Andreas Ambut saat dihubungi via telepon menuturkan di wilayahnya banyak petani meninggalkan tanaman kakao.
ADVERTISEMENT
Hal itu disebabkan penyakit yang tidak dapat dikendalikan tersebut. Apalagi para petani belum memiliki pengetahuan tentang mengatasi tanaman kakao yang diserang penyakit.
Menurut Ambut, selama ini banyak buah kakao yang rusak sebelum dipanen. Kulit buah kakao berubah menjadi hitam. Selain itu buah kakao yang masih kecil juga berubah warna menjadi putih dan lambat laun menjadi kering dan gugur. Namun dirinya tidak mengetahui penyakit apa sebenarnya yang menyerang tanaman kakao di wilayah itu.
Saat ditanya mengenai harga kakao di wilayahnya, dia mengaku bahwa harga kakao di Desa Kombo berkisar Rp 16.000 - Rp 18.000 per kilogram. (FP – 04).