Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten Media Partner
Petani Cengkeh di Sikka Keluhkan Anjloknya Harga & Kurangnya Tenaga Kerja
16 Juli 2020 12:40 WIB
ADVERTISEMENT
MAUMERE - Ratusan petani cengkeh di Desa Baomekot, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT mengaku kesulitan mendapatkan pekerja sebagai pemanen cengkeh saat musim panen cengkeh tahun ini.
ADVERTISEMENT
Panen cengkeh yang mulai berlangsung pada pertengahan Juli 2020 ini, ratusan petani kesulitan mendapatkan pemanen yang biasa berdagangan dari Kampung Hale, Kewapante maupun desa lainnya.
Demikian disampaikan oleh Kepala Desa Baomekot, Laurensius Sai kepada media ini, Kamis (16/7/2020) pagi.
Para petani kesulitan mendapatkan pemanen cengkeh dikarenakan pandemi COVID-19 yang mana para pekerja dibatasi untuk keluar rumah atau aktivitas di rumah saja. Sehingga sekarang hanya mengandalkan tenaga kerja di Desa Baomekot yang terbatas jumlahnya.
"Pandemi COVID-19 ini kami kesulitan dapatkan tenaga kerja yang biasa berdatangan dari Hale, Kewapante, Waiblama dan Mapitara," ungkap Laurensius Sai.
Lanjutnya, sekarang hasil panen bunga cengkeh membaik tetapi terkendala tenaga kerja. Sehingga dengan sulitnya tenaga kerja ini maka bunga cengkeh bisa berubah menjadi buah cengkeh. Hal ini tentu semakin merugikan petani.
ADVERTISEMENT
Para pekerja pemanen bunga cengkeh dalam sekali musim panen biasa berdatangan 100 - 200 pekerja. Parah buruh pemanen bunga cengkeh ini diupah per Kg cengkeh yakni 1 Kg Rp.4.000.
Selain kesulitan mendapatkan tenaga pemanen bunga cengkeh, kata Laurensius Sai, petani juga mengeluhkan turunnya harga jual bunga cengkeh kering di pedagang komoditas di Geliting.
Lanjut Laurensius Sai yang juga seorang petani cengkeh, harga cengkeh kering saat ini Rp.57 ribu per Kg. Harga ini merosot jauh dari harga tahun lalu yakni mencapai Rp.115 ribu per Kg. Merosotnya harga cengkeh ini membuat para petani cengkeh di Desa Baomekot sekitar 315 Kepala Keluarga (KK) semakin mengalami kesusahan.
Lanjutnya walaupun para petani sekarang pada umumnya mendapatkan bantuan BLT, namun ini sifatnya hanya sebagai bantuan stimulan.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, selain komoditi cengkeh, petani di Desa Baomekot juga bergantung dari hasil komoditas kakao dan pala.