Konten Media Partner

Petani Jahe di Manggarai Ini Raup Penghasilan hingga Belasan Juta Rupiah

8 September 2021 16:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani Jahe, Martinus R. Delano saat merawat tanaman. Foto : Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Petani Jahe, Martinus R. Delano saat merawat tanaman. Foto : Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
RUTENG - Tanaman rempah sejenis jahe sepertinya tidak asing lagi didengar dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sejak masa kolonial, tanaman jahe ini sudah sering dipakai sebagai bahan obat-obatan herbal dan jamu.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, dalam perjalanan waktu, budidaya rempah jenis jàhe di kalangan masyarakat petani mulai kendor karena harga dan permintaan pasar yang kurang stabil.
Demikian ungkap Delano, petani Jahe asal Sambi, Desa Sambi, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai, NTT, kepada jurnalis media ini pada Rabu, (8/9).
Lebih lanjut putra bernama lengkap Martinus R. Delano itu juga menjelaskan bahwa, pandemi COVID-19 seperti sekarang sebetulnya menjadi semangat tersendiri bagi sebagian petani untuk terus berkarya, termasuk budidaya tanaman rempa jenis jahe. Bagaimana tidak? Dalam hubungannya dengan COVID-19, tanaman jahe menurutnya menjadi tanaman primadona karena dipercaya memiliki khasiat dalam meningkatkan imunitas tubuh.
"Yah, untuk saat ini permintaan tanaman rempah jenis jahe mulai meningkat karena tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa tanaman ini juga setidaknya mampu menangkal virus corona karena memiliki khasiat tersendiri yakni meningkatkan imunitas tubuh," ungkap Delano.
ADVERTISEMENT
Melihat hal tersebut, lanjut Delano, dirinya berusaha untuk mengembangkan tanaman rempah jenis jahe tersebut.
"Sejak musim tanam tahun 2019 dan dimulai dengan sekala kecil. Pada tahun 2020 saya sempat panen juga. Jumlah akumulasinya mencapai 675 kg. Jumlah uangnya kemaren Rp 13. 500.000 pak. Namun, pada musim tanam berikutnya, ada penambahan lahan budidaya lagi menjadi 1/2 hektar dan juga budidaya manfatkan karung bekas kurang lebih seribu karung bekas ( polybag). Dan itu masih dalam proses," terang Delano.
"Pada musim tanam tahun ini juga renacananya ada penambahan lahan budidaya lagi dengan luas lahan mencapai 3/4 hektar," imbuh Alumni Sarjana Pertanian/Agronomi Unipa Maumere itu.
Lebih lanjut, petani jahe itu juga mendorong petani-petani muda untuk tidak tinggal diam dan terus bergerak mengingat sebagaian besar wilayah Manggarai memiliki potensi untuk budidaya tanaman jahe maupun tanaman rempah lainnya.
ADVERTISEMENT
"Pada prinsipnya, kita tidak boleh mengedepankan gengsi bila kita ingin berusaha untuk melakukan hal-hal yang produktif," tandas Delano.
Pada porsi lain, Delano juga mengingatkan kalangan muda agar memiliki inovasi tersendiri dengan berupaya mengembangkan keterampilan berwirausaha dari tanaman rempah jenis jahe, seperti kopi jahe, susu jahe, roti aroma jahe dan jenis lainnya dan juga teknologi lain, seperti pengolahan hasil pertanian jahe dan obat herbal.
"Komoditas jahe tentunya akan menjadi salah satu hal yang bisa membantu beban ekonomi jika mampu dikembangkan dengan baik," terang Delano.
Ia berharap agar pemerintah daerah bisa memberikan perhatiannya kepada para petani rempah jenis jahe, seperti halnya juga dengan memberikan edukasi dan pemberdayaan bagi orang muda, khususnya pada kegiatan di sektor pertanian.
ADVERTISEMENT
"Yakinlah bahwa hal ini juga mampu meningkatkan semangat kerja kalangan muda sehingga dengan sendirinya angka pengangguran di daerah bisa berkurang, khususnya juga di masa pandemi virus corona ini," tutup Delano.