news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Potret SD Kujuwongga, NTT: Berdinding Pelupuh dan Beralaskan Tanah

Konten Media Partner
9 Januari 2020 14:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa SDN Kujuwongga mengikuti kegiatan belajar mengajar di ruang kelas yang rusak. Foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Siswa SDN Kujuwongga mengikuti kegiatan belajar mengajar di ruang kelas yang rusak. Foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
MAUMERE-Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kujuwongga, Desa Lidi, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT sampai saat ini masih memiliki ruangan kelas yang berdinding pelupuh bambu dengan kondisi yang sudah mengalami kerusakan. Ruang kelas berdinding pelupuh bambu ini juga masih beralaskan tanah.
ADVERTISEMENT
Selain memiliki ruangan kelas yang berdinding pelupuh bambu, karena memiliki ruangan kelas yang terbatas, sekolah masih mempergunakan rumah warga yang dimanfaatkan sebagai ruangan kelas.
Demikian disampaikan oleh salah seorang Guru Kelas SDN Kujuwongga, Hendrik Reng, yang dihubungi pada Kamis (9/1/2020).
Kondisi ruang kelas SDN Kujuwongga yang minim fasilitas. Foto: istimewa.
Hendrik Reng mengatakan SD ini memiliki 3 ruangan kelas yang permanen yang dibangun tahun 2019 lalu dan 2 ruangan darurat berdinding pelupuh bambu. Untuk ruangan perpustakaan dan ruang guru serta ruang kepala sekolah, SDN Kujuwongga belum memilikinya.
Ruangan kelas permanen dimanfaatkan oleh siswa kelas 1, kelas 6 dan kelas 3. Sedangkan kelas 2, kelas 4 dan kelas 5 mempergunakan ruang kelas darurat dan rumah warga.
ADVERTISEMENT
"Yang masih gunakan rumah penduduk itu ruang kelas 5. Kalau ruang guru dan ruang perpustakaan kami belum punya sehingga gabung saja dengan ruang kelas," jelas Hendrik Reng.
Siswa SDN Kujuwongga berdiri di ruangan kelas mereka yang berdinding pelupu bambu yang sudah mengalami kerusakan. Foto: istimewa.
Lanjut Hendrik Reng, pihaknya pernah mengakali keterbatasan ruangan dengan menggabungkan dua kelas yang berbeda dalam satu ruangan. Dua kelas yang digabungkan ini hanya dibedakan dengan tempat duduk siswa.
Namun karena dirasa tidak efektif dan guru yang mengajar tidak bisa fokus maka ada orang tua murid yang meminjamkan salah satu rumahnya untuk dipergunakan sebagai ruangan kelas dan sebagai kantor sekolah.
"Kami gunakan rumah penduduk sebagai ruang kelas. Ini diberi warga untuk digunakan sampai sekolah sudah ada ruangan kelas permanen baru pindah," kata Hendrik Reng.
Tampak depan SDN Kujuwongga yang masih memiliki ruangan kelas darurat. Foto: istimewa.
Hendrik Reng juga mengatakan SDN Kujuwongga yang berada di Dusun Langgaliwu ini memang sudah sering dimasukkan usulan kepada pemerintah untuk perbaikan sekolah, namun sampai hari ini belum terealisasi.
ADVERTISEMENT
Terkait jumlah siswa, Hendrik Reng menjelaskan total siswa ada 89 orang siswa yang tersebar di kelas 1 sampai di kelas 6. Dengan jumlah guru sebanyak 9 orang terdiri dari 5 orang guru honorer dan 4 guru PNS.
Guru SDN Kujuwonga yang berdiri di depan ruang kelas darurat. Foto: Istimewa.
Terkait gaji guru honorer, Hendrik Reng menjelaskan saat ini dirinya dan teman guru honorer menerima penghasilan sebesar Rp 375.000 yang diterima setiap 3 sampai 4 bulan sekali.
Walaupun bekerja dengan gaji yang minim, dirinya mengaku senang karena latar belakang pendidikan guru dan mau mengabdi sebagai seorang pendidik.
Story ini merupakan bagian dari campaign kumparanDerma. Ayo berderma sekarang.
Untuk info, saran dan kritik mengenai kumparanDerma, sila kirim ke [email protected]
ADVERTISEMENT