Konten Media Partner

Puluhan Tahun Pakai Lampu Pelita, Warga Dusun 3, Desa Nangadhero, Minta Listrik

3 Oktober 2020 16:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga gunakan lampu pelita sebagai penerangan di malam hari. Sumber: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Warga gunakan lampu pelita sebagai penerangan di malam hari. Sumber: istimewa.
ADVERTISEMENT
MBAY-Warga Dusun 3, Desa Nangadhero, Kabupaten Nagekeo, sudah puluhan tahun gelap gulita, tanpa penerangan lampu listrik dari PLN.
ADVERTISEMENT
Dusun 3, terletak di Desa Nangadhero, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo dan merupakan salah satu desa yang masuk dalam wilayah pinggiran kota Mbay, yang juga menuju pelabuhan Marapokot.
Wilayah Dusun 3, merupakan pemekaran dari Desa Aeramo sekitar tahun 2000. Apabila malam tiba, warga hanya mengandalkan lampu pelita yang dibuat dari kaleng bekas susu untuk membuat penerangan seadanya.
Kampung Dusun 3 ini dihuni oleh 31 Kepala Keluarga (KK). Mata pencaharian masyarakat pada umumnya adalah petani sawah dan sebagian nelayan.
Salah satu tokoh masyarakat di Dusun 3 Desa Nangadhero, Vinsensius Nuwa kepada media ini, Sabtu (3/10/2020) mengatakan bahwa Dusun 3 sangat tertinggal dan terisolir dari beberapa dusun di desa di wilayah itu.
ADVERTISEMENT
"Sejak tahun 1995 atau sudah 25 tahun kami yang berdomisili di dusun 3 di Desa Nangadhero ini belum pernah sama sekali menikmati arus listrik yang berasal dari jaringan PLN," ungkapnya.
Menurut Vinsensius sejak dia lahir hingga sekarang, belum pernah sekalipun mereka merasakan adanya aliran listrik ke rumah.
“Tolonglah kami pak. Sudah berpuluh-puluh tahun kami seperti ini pak. Kalau tidak percaya lihat sendiri ke tempat kami. Kalau belajar ya harus siang hari, kalau malam cucu mana bisa belajar," katanya.
Ia berharap agar persoalan tersebut bisa menjadi perhatian khusus Bupati Nagekeo.
"Tolong adakan listrik di kampung kami, agar mudah juga anak-anak kami belajar," ucapnya.
Ia menyebutkan, sudah banyak anggota dewan dan calon bupati jelang pemilihan umum berkunjung serta beraudiensi dengan masyarakat, apa menjadi keinginan masyarakat. Tapi ketika sudah duduk dan terpilih, mereka lupa dengan janji-janjinya.
ADVERTISEMENT
Sehingga kata dia, ketika para kandidat berkunjung, bersosialisasi mengkampanyekan dirinya, kadang sudah tidak terlalu ditanggapi.
Sementara itu, seorang warga lain Mus menjelaskan dalam sebulan biaya untuk membeli bahan bakar genset untuk penerangan listrik mencapai Rp500 ribu. Itu pun yang menggunakan genset hanya beberapa KK yang mampu.
"Penggunaan mesin genset itu hanya dilakukan pada malam hari selama 4 jam, di samping untuk penerangan sesaat, penggunaannya dilakukan juga untuk proses belajar bagi anak-anak yang masih bersekolah," jelas Mus.