Konten Media Partner

Ratusan Rumah Warga Desa Mbengu, NTT Terancam Abrasi

14 Februari 2020 22:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu rumah warga di Kampung Mauloo, Desa Mbengu yang terancam abrasi. Foto: Mario WP Sina.
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu rumah warga di Kampung Mauloo, Desa Mbengu yang terancam abrasi. Foto: Mario WP Sina.
ADVERTISEMENT
MAUMERE - Ratusan rumah warga di wilayah pesisir Pantai Selatan Kabupaten Sikka tepatnya di Kampung Mauloo, Desa Mbengu, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, terancam roboh akibat terjangan abrasi air pantai. Ratusan rumah yang terancam abrasi ini berada di pesisir pantai di wilayah Dusun Mauloo Barat dan Dusun Mauloo Timur.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, abrasi yang cukup tinggi ini, sampai saat ini belum ditangani oleh pemerintah daerah atau pusat untuk membangun tanggul atau tembok pemecah gelombang.
Kepala Desa Mbengu, Deo Erasmus Dela Roy, menuturkan warga yang tinggal di pesisir pantai Paga terutama yang ada di dua Dusun Mauloo Barat dan Mauloo Timur, Desa Mbengu, rumahnya terancam abrasi. Sebab, rumah warga jaraknya hanya 2-3 meter dari bibir pantai.
Rumah warga yang terancam roboh akibat abrasi pantai. Foto: Mario WP Sina.
"Kalau musim gelombang, pasti beberapa warga langsung mengungsi. Air laut tersebut langsung masuk ke rumah warga. Sekitar lima puluh rumah yang sudah kena dampak," ungkapnya, saat ditemui wartawan, Rabu (12/02/20) di lokasi rumah warga yang terancam abrasi.
Kepala Desa Mbengu, sapaan akrabnya, Dedi Roy menyampaikan tempat tinggal warganya setiap tahunnya memang terdampak abrasi.
ADVERTISEMENT
"Kalau musim tenggara, gelombang besar sewaktu-waktu akan mengancam rumah warga. Kedua dusun tersebut yakni Mauloo Barat dan Mauloo Timur saat ini yang paling terkena dampaknya dari gelombang pasang air laut," ungkap Dedi Roy.
Kepala Desa Mbengu mengatakan kalau musim abrasi, pasti pihak dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) datang memberikan bantuan bagi masyarakat yang terkena dampak abrasi. Kendati demikian, bantuan yang diberikan bersifat darurat dan jangka pendek yakni berupa bahan sembako.
"Ironisnya setiap tahun abrasi, pemerintah datang memberikan bantuan sembako berupa sarimi, ikan sarden, telur, dan terpal. Bantuan ini sifatnya hanya darurat dan tidak pernah menyelesaikan masalah abrasi yang tiap tahun terus terjadi," kata Kades Dedi Roy.
Dirinya mengungkapkan, persoalan abrasi ini secara terus menerus ia sampaikan melalui forum Musrebang kecamatan dan kabupaten untuk membangun tanggul pengamanan. Namun usulan itu, selalu saja ditolak karena alasan anggaran untuk pembangunan tanggul ini membutuhkan anggaran yang besar sehingga hanya pemerintah pusat yang bisa merealisasikannya.
Kepala Desa Mbengu, Deo Erasmus Dela Roy
"Setiap anggota DPRD kabupaten, provinsi hingga pusat yang datang serap aspirasi di desa kita, selalu saja kita angkat agar mereka bisa perjuangkan untuk pembangunan tanggul pengamanan gelombang laut. Tetapi sampai saat ini, tidak pernah ada jawaban. Mungkin tunggu ada korban jiwa dulu," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Selain rumah warga, ia mengatakan jalan negara Maumere - Larantuka tepatnya di Kampung Mauloo juga akan terkena dampak dari abrasi, jika terus dibiarkan.
"Kalau tidak dibangun tanggul pengamanan sewaktu-waktunya jalan negara ini pasti putus," jelas Kades Dedi Roy.
Ia menambahkan, proyek pemecah gelombang memang sudah ada yang dibangun. Proyek tersebut hanya dibangun di Desa Paga saja. Sedangkan sampai, di Desa Mbengu, proyek itu tidak dilanjutkan lagi.
"Saya menyampaikan keluhan warganya tersebut kepada pemangku kepentingan hanya lewat media yang menyuarakan saja. Biar mereka di pemerintah pusat dengar keluhan kami, karena ini menyangkut hajat hidup mereka," ungkap Dedi Roy ini.
Sementara itu, seorang warga di Dusun Mauloo, Desa Mbengu yang terdampak abrasi, Krispina mengatakan, saat gelombang air laut, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.
ADVERTISEMENT
"Setiap tahun kalau gelombang air laut. Pasti, air laut masuk sampai di rumahnya hingga ke beberapa rumah warga. Kami hanya nonton saja. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," paparnya
Dengan kejadian ini, ia meminta pemerintah untuk membangun tanggul pengamanan pemecah gelombang sehingga tidak langsung menghantam pemukiman warga termasuk rumahnya.
Hal yang sama juga ditambahkan, Abdulah Hamid Bone warga Dusun Mauloo Timur, Desa Mbengu yang juga terkena dampak abrasi. Ia mengaku, awalnya ia tinggal sedikit menjorok ke laut, namun karena abrasi terus menghantam dari tahun ke tahun, ia pun membangun rumah jauh dari bibir pantai. Namun, tetap saja terkena hantaman gelombang.
"Air laut tiap tahun naik terus. Dulu kami tinggal di bawah yang sekarang tempatnya sudah tergenang air laut. Saat kami pindah, gelombang air laut terus menerus sehingga kami ada menanam beberapa pohon. Tetapi sama saja. Jebol semua,"ujarnya
ADVERTISEMENT
Ia mengaku, kalau air lautnya gelombang, maka bisa mengenai rumah sampai masuk ke kamar. Sehingga jendela kamar di rumahnya pasti ditutup karena takut air laut masuk.
"Sejauh ini, abrasi air laut telah mengikis rumahnya hingga 8 meter. Bila abrasi terus berlanjut, maka rumahnya bukan tidak mungkin bakal habis. Sehingga perlu perhatian pemerintah membangun tanggul pengamanan pemecah ombak ini,” tandasnya.
Abdulah Hamid Bone berharap ada perhatian Pemkab maupun Pemprov untuk membangun tembok pemecah gelombang sehingga warga di Mauloo bisa terhindar dari bahaya abrasi yang mengancam.