Sakralnya Ritual Ahik Koke Bala Suku di Lewotala Flores Timur

Konten Media Partner
27 September 2021 17:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Flores Timur, Antonius Gege Hadjon saat dipercayakan memotong hewan kurban di depan rumah adat suku Lewotala. Foto : Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Flores Timur, Antonius Gege Hadjon saat dipercayakan memotong hewan kurban di depan rumah adat suku Lewotala. Foto : Istimewa
ADVERTISEMENT
LARANTUKA-Masyarakat Flores Timur (Flotim) masih menjunjung tinggi adat istiadat yang menjunjung tinggi kekerabatan antara suku. Banyak sekali budaya atau tradisi yang diwariskan leluhur, hingga kini masih terus dilestarikan.
ADVERTISEMENT
Satu tradisi yang sampai sekarang terus dijaga adalah pembangunan rumah adat atau koke bale. Di Lewotala, Kecamatan Lewo Lema, ritual ini biasa disebut "Ahik". Ahik merupakan pesta adat yang digelar setelah proses pengerjaan rumah adat selesai.
Ritual ini melibatkan semua suku yang ada di Lewotala. Ritual ini dilakukan jika rumah adat atau koke bale sudah rusak dan dibangun kembali.
Ritual itu digelar dengan pemotongan hewan kurban yang disiapkan beberapa suku di wilayah itu.
"Ahik merupakan pesta kemenangan. Kita resmikan rumah adat setelah dibangun kembali. Semua suku ikut mengambil bagian dengan membawa bagiannya masing untuk pesta adat," ujar tokoh adat sekaligus Kebel,eng Lewo desa Lewotala, Agustinus Pati Hurint kepada wartawan, Sabtu 25 September 2021.
ADVERTISEMENT
"Kami memberikan kepercayaan kepada Bupati Flores Timur Anton Hadjon untuk memotong Hewan kurban di depan rumah adat, sekaligus mengangkatnya sebagai anak suku di lewotanah ini," tambahnya.
Koke Bale berbentuk berupa rumah panggung yang tidak berdinding dan ditopang oleh sejumlah tiang dengan lukisan motif khas suku setempat.
Di dalam Koke Bale, disimpan seperangkat gong gendang yang digunakan saat ritual adat. Ada juga tulang-tulang hewan kurban yang dipajang di keliling Koke Bale.
Rumah adat ini memiliki fungsi sebagai tempat berkumpulnya tetua adat dalam melaksanakan ritual adat serta melaksanakan pertemuan untuk merencanakan seluruh rangkaian kegiatan di masyarakat seperti upacara membersihkan dan memperbaiki rumah adat. Selainitu, rumah adat ini juga menjadi tempat pemujaan atau sejenis kuil.
ADVERTISEMENT
Rawat Warisan Leluhur
Acara peresmian koke bale itu dihadiri, Bupati Flores Timur, Antonius Gege Hadjon dan Direktur Kepercayaan akepada Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Samsul Hadi.
Bupati dipercayakan memotong hewan kurban di depan rumah adat (koke bale). Sebelumnya, mereka disambut dengan sapaan adat dan tarian adat khas daerah Lewotala.
"Obyek budaya tidak ada tawar menawar, karna ini sudah dilaksanakan secara turun temurun dan diyakini oleh masyarakat. Itulah yang disebut budaya di bumi Lamaholot. Budaya kita bersifat tetap. Jika ada pergeseran, itu terjadi karna ada hal-hal baru atau ada hal lain yang mempengaruhi tatanan budaya kita yang ada," katanya.
Sebagai bukti pelestarian budaya, kata dia, sejak dilantik menjadi bupati Flores Timur, ia bersama wakilnya mengeluarkan peraturan daerah tentang penggunaan pakaian tradisional di kalangan PNS.
ADVERTISEMENT
"Nowing untuk laki laki dan kwatek untuk wanita. Itu berlaku untuk hari Senin minggu pertama dalam bulan. ASN wajib mengenakan itu," katanya.
Menurut dia, meski terjadinya pergeseran atau perubahan karena arus teknologi, namun budaya di Flores Timur tidak akan berubah.
"Ketika budaya lolos dari gesekan itu maka ia akan semakin kuat dan semakin kaya. Orang Lewotala sudah bersatu bersama suku-suku di sini dan pada akhirnya membangun koke bale. Maka orang Lewotala harus mampu menjaga gesekan-gesekan itu. Mari kita menghormati perbedaan itu sebagai kekayaan dan kekuatan lewotanah.
Perbedaan itu tidak untuk menghilangkan tapi untuk saling melengkapi," jelasnya.
"Kalau orang Lewotala mengakui tentang adanya Koke Bale, maka orang Lewotala harus mampu menjaga perbedaan. Karena dengan ada Koke Bale, semua perbedaan diselesaikan di sini dan menjadi kekuatan bersama," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Sementara Direktur Kepercayaan akepada Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Samsul Hadi mengapresiasi upaya masyarakat melestarikan kemajuan budaya di wilayah Flores Timur.
Ia berharap para pemuda dan tokoh adat tetap merawat dan menjaga nilai nilai leluhur yang sudah jadi turun temurun.
"Saya juga mengapresiasi bupati Flores Timur karena salah satu programnya adalah melestarikan budaya lokal dan dituangkan dalam peraturan daerah. Itu suatu kemajuan yang sangat luar biasa. Generasi muda harus mampu dan bisa melanjutkan tradisi adat istiadat. Jangan samapai pudar," tutupnya.