Konten Media Partner

Sudah Puluhan Tahun Warga Desa Alorawe, NTT, Seberangi Sungai Tanpa Jembatan

12 Februari 2020 19:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Desa Alorawe, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, melewati Sungai Aesesa yang berarus deras saat musim hujan karena tak ada jembatan. Foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Warga Desa Alorawe, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, melewati Sungai Aesesa yang berarus deras saat musim hujan karena tak ada jembatan. Foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
MBAY - Warga Desa Alorawe, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyebut mereka belum 'merdeka' selayaknya daerah-daerah lain di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebanyak lebih dari 469 penduduk tinggal di desa yang letaknya 40-an kilometer dari Kota Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo, itu sangat mengharapkan terpenuhinya infrastruktur dasar seperti jembatan.
Jika bertandang ke Desa Alorawe, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, anda pasti menyaksikan kisah pilu.
Betapa tidak, sudah puluhan tahun lamanya jembatan penghubung Desa Alorawe dan Desa Dhereisa belum dibangun oleh pemerintah. Selain itu, pada malam hari warga menggunakan lampu pelita yang dibuat dari kaleng susu bekas untuk menerangi jalanan mereka.
Warga yang hendak ke Kota Mbay maupun ke Pasar Boawae dan sekitarnya terpaksa harus berjalan kaki melintasi Sungai Aesesa yang lebarnya kurang lebih 100 meter dengan kedalaman sekitar dua meter.
"Kami sudah puluhan tahun sudah biasa melintasi kali ini. Karena kali ini jalan satu-satunya kami lewati. Mau silih tidak bisa. Kalau banjir pasti kami tidak bisa lewat,” kata Jon, warga Alorawe, yang ditemui media baru-baru ini.
Warga melewati Sungai Aesesa karena ketiadaan jembatan penghubung. Foto: istimewa.
Jon mengatakan lebih dari 469 KK tinggal di Desa Alorawe. Sungai Aesesa merupakan satu-satunya jalan menuju ibu kota Kecamatan Boawae maupun ke Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo.
ADVERTISEMENT
Dia mengaku, warga kesulitan melintasi Sungai Aesesa saat memasuki musim hujan.
"Masuk musim hujan kita tidak bisa jalankan pasar untuk jual hasil komoditi kita, karena banjir. Kalau banjir kita tidak bisa berbuat apa-apa. Sampai saat ini belum ada korban jiwa. Hanya nyaris arus bawah. Namun bisa tertolong oleh warga setempat,” ujarnya.
Hal yang sama disampaikan Adrianus Aku, seorang warga Desa Alorawe. Ia mengatakan warga yang hendak melintas di Sungai Aesesa menuju Kampung Alorawe maupun sebaliknya pasti menyiapkan pakaian ganti karena harus melewati air sungai yang dalam dan pakaian tentu saja basah. Kedalaman air sungai saat musim hujan bisa mencapai 2 meter.
Sementara, warga yang menggunakan kendaraan roda dua, kata Adrianus Aku, ada yang memarkir di sebelah sungai. Ada pula yang bergotong-royong memikul sepeda motor mereka untuk menyeberangi Sungai Aesesa munuju Desa Alorawe maupun sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, apabila jembatan penghubung dua desa tersebut dibangun, pasti akses transportasi bakal lancar. Perekonomian masyarakat pun bisa dipastikan meningkat.
Dia berharap pemerintah Kabupaten Nagekeo, Pemerintah Provinsi NTT, dan Pemerintah Pusat, ‎bisa membangun jembatan di Sungai Aesesa.