Konten Media Partner

Suhu Ruteng di NTT Capai 9,2 Derajat Celsius, Ada Apa?

30 Juni 2019 21:36 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampak Gereja Katedral Lama di Ruteng yang merupakan salah satu ikon kota. Foto oleh:Elvis,florespedia/kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Tampak Gereja Katedral Lama di Ruteng yang merupakan salah satu ikon kota. Foto oleh:Elvis,florespedia/kumparan.com
ADVERTISEMENT
Ruteng, Ibu Kota Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, menjadi kota terdingin di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir. Kota dengan julukan "kota seribu biara" ini terletak di bawah kaki Pegunungan Mandosawu dan berada pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu udara terendah di kota ini mencapai 9,2 derajat celcius pada 15 Juni 2019. BMKG menyatakan suhu tersebut merupakan suhu yang paling rendah yang pernah terekam di stasiun Meteorologi di seluruh Indonesia.
"Untuk stasiun-stasiun pencatat cuaca atau stasiun meteorologi di Indonesia, tanggal 15 Juni itu Ruteng terendah di seluruh Indonesia, yakni mencapai suhu 9,2 derajat celcius," kata prakirawan Stasiun Meteorologi Frans Sales Lega Manggarai, Dyah Safitri Maharani, Kamis (27/6).  
Kota Ruteng, ibukota Manggarai terlihat dari udara.Sumber foto : Istimewa.
Penurunan suhu, kata Maharani, mulai terjadi sejak tanggal 14 Juni atau sehari sebelum suhu udara menyentuh 9,2 derajat. Hingga saat ini, suhu di Kota dengan luas 7136,4 kilometer persegi ini berada pada kisaran 9,2 hingga 13 derajat celcius setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Ada pun kelembaban atau kadar air dalam udara berkisar antara 58% sampai 70% pada siang hari dan 80% sampai 98% pada sore hingga pagi hari.
Meskipun kelembaban udara hingga 98% sudah biasa di kota Ruteng, namun perbedaan yang tinggi antara siang-sore hingga pagi hari, membuat suhu dingin sangat terasa.
Gereja Santu Vitalis Cewonikit - Ruteng, salah satu ikon di Kota Ruteng. Sumber foto : Istimewa.
Menurut BMKG, suhu ekstrem yang terjadi di kota Ruteng merupakan fenomena alam normal. Kondisi ini terjadi setiap tahun pada puncak musim kemarau, yakni pada Juni, Juli, sampai Agustus. Hal serupa terjadi di wilayah-wilayah puncak di Indonesia bagian selatan ekuator.  
Selain itu, suhu seperti ini terjadi akibat adanya aliran massa udara dingin dan kering dari wilayah benua Australia yang dikenal sebagai aliran monsun dingin Australia. Secara klimatologi, monsun dingin Australia aktif pada periode bulan Juni, Juli sampai Agustus bersamaan dengan puncak musim kemarau di wilayah Nusa Tenggara Timur. (FP-06).
ADVERTISEMENT