Takut Badai Seroja, Puluhan Warga di Lembata Bangun Pondok untuk Evakuasi Diri

Konten Media Partner
23 September 2021 15:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pondok semi permanen atau hunian sementara warga Ile Ape dan Ile Ape Timur di lokasi perkebunan Parek Walang, Waisesa, Pukai Onen, Koliwolor dan Wai Gokok. Kamis (23/9). Foto : Teddi Lagamaking
zoom-in-whitePerbesar
Pondok semi permanen atau hunian sementara warga Ile Ape dan Ile Ape Timur di lokasi perkebunan Parek Walang, Waisesa, Pukai Onen, Koliwolor dan Wai Gokok. Kamis (23/9). Foto : Teddi Lagamaking
ADVERTISEMENT
LEWOLEBA - Menjelang musim hujan di awal bulan Oktober 2021, ratusan warga dari beberapa desa di Kabupaten Lembata mulai membangun pondok di kawasan perkebunan di wilayah Ile Ape.
ADVERTISEMENT
Tujuan mereka membangun pondok-pondok itu, bukan saja untuk lumbung tempat menyimpan hasil kebun, tapi juga untuk tempat tinggal sementara selama musim hujan.
Selain itu, ada alasan mendasar lainnya yakni mereka ingin mengamankan diri dari ancaman bahaya tanah longsor yang berasal dari lereng gunung Api Ile Lewotolok.
Antonius Tena, mengatakan bahwa dirinya harus sejak dini mendirikan pondok. Hal itu semata-mata untuk mengevakuasi diri sewaktu terjadi hujan lebat.
"Semua orang masih takut sekali sampai saat ini jadi sudah pasti keluar kampung," kata warga desa Lamawara ini ketika ditemui wartawan di Parek Walang, Kamis (23/9).
Menurut dia, lebih aman tinggal sementara di kebun atau pondok ketimbang menetap di kampung karena potensi bencana tanah longsor dan banjir masih cukup tinggi.
Pondok semi permanen atau hunian sementara warga Ile Ape dan Ile Ape Timur di lokasi perkebunan Parek Walang, Waisesa, Pukai Onen, Koliwolor dan Wai Gokok. Kamis (23/9). Foto : Teddi Lagamaking
"Mungkin tiga puluh orang sedang bangun, ada yang sudah selesai ada juga belum, walaupun semua tinggalnya jauh-jauh, semua itu sekitar tujuh desa," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Walau begitu Antonius menyebut bahwa rata-rata hunian sementara itu terbilang nyaman untuk menetap selama beberapa bulan hingga musim hujan berakhir.
Bukan hanya itu, para warga dari beberapa desa yang memilih menetap di kebun juga rupanya sangat bahagia, karena setiap hari mereka bisa melakukan banyak kegiatan.
"Tinggal di Lewoleba jauh sekali, biar disini saja, supaya dekat dengan kebun, bisa tanam jagung, urus ternak dan lain-lain, waktu kan banyak," paparnya.
Apolonaris Goran, warga desa Waimatan juga memilih untuk tetap tinggal di pondok. Dia merasa sudah betah ketimbang di Lewoleba, ibu kota kabupaten Lembata.
Menurut dia, sejak tragedi kelam 4 April 2021 itu, banyak penduduk meninggal dunia, termasuk tiga orang saudaranya pun hilang tidak ditemukan hingga saat ini, dan itu membuat dia menderita luka batin yang dalam.
Pondok semi permanen atau hunian sementara warga Ile Ape dan Ile Ape Timur di lokasi perkebunan Parek Walang, Waisesa, Pukai Onen, Koliwolor dan Wai Gokok. Kamis (23/9). Foto : Teddi Lagamaking
"Biar tinggal disini saja supaya musim hujan nanti sekalian bisa kerja kebun dan tanam jagung. Mau lari jauh juga sama nanti kebun, ternak siapa urus," terangnya kepada wartawan, Rabu (22/9).
ADVERTISEMENT
Disebutkannya, pasca bencana Seroja menerjang wilayah Ile Ape dan Ile Ape Timur, banyak lahan pertanian dan ternak amblas disapu material longsor.
Akibat itu, menurut dia, sekitar lima puluhan keluarga alami kerugian materil dan korban jiwa yang besar.
"Sekarang pemerintah sedang bangun perumahan di Waisesa. Waimatan punya di Tanah Merah", kata dia.
"Musim hujan tinggal di pondok saja, kalau sudah selesai bisa pulang tinggal di kampung," tambahnya lagi.
Sementara itu, Kalak BPBD Kabupaten Lembata, Sipri Meru hanya mengatakan bahwa saat ini pemerintah dan NGO/LSM bekerja membantu para penyintas.
Kalak Sipri Meru tidak mengatakan jelas ihwal apa yang harus dilakukan pemda untuk membantu para warga dalam upaya mendirikan pondok hunian itu.
"Pemerintah hanya adalah memastikan pembangunan RISHA tetap berjalan, untuk NGO/LSM adalah memastikan agar hunian sementara dibangun," ucapnya ketika dikonfirmasi wartawan, Kamis (23/9).
ADVERTISEMENT
Pantauan media, puluhan hunian sementara atau pondok semi permanen itu dibangun di beberapa lokasi yang berbeda.
Sebagin di lokasi perkebunan Wai Sesa, Pukai Onen, Koliwolor, sisanya lagi di Parek Walang dan Wai Gokok.
Puluhan pondok tersebut milik beberapa desa seperti Waowala, Tanjung Batu, Amakaka, Lamawara, Bungamuda di kecamatan Ile Ape dan Lamagute dan Waimatan di kecamatan Ile Ape Timur.
Konstruksi hunian sementara itu bervariasi, ada yang beratap seng dengan dinding triplek, ada yang beratap dan dinding lontar. Namun sebagian besar berlantai tanah.
Di dalam pondok terdapat lumbung, tempat simpan hasil kebun, dan juga beberapa bale-bale bambu sebagai tempat tidur ketika musim hujan.
Sementara itu di sekitar pondok terdapat hamparan lahan kosong yang digunakan sebagai tempat berkebun ketika musim hujan tiba.
ADVERTISEMENT