Konten Media Partner

Tapa Kolo, Tradisi Unik Memasak Gunakan Bambu di Manggarai, Flores

6 April 2019 21:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi unik memasak mengunakan  batangan bambu. Sumber foto : Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi unik memasak mengunakan batangan bambu. Sumber foto : Istimewa.
ADVERTISEMENT
Mabar - Meski peradaban telah berubah, memasak menggunakan batangan bambu masih biasa dilakukan oleh orang Manggarai-Flores. Cara memasak tradisional ini memiliki kekhasan dan cita rasanya tersendiri. Sajian pun tetap lezat nan higienis.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini merupakan warisan turun temurun dari para leluhur. Masak dengan alat bantu batangan bambu yang diisi makanan lalu di panggang di dekat api masih terpelihara hingga saat ini.
Orang Flores umumnya memasak menggunakan batang bambu berusia setengah tua, biasa dilakukan dalam ritual adat tertentu. Seperti para petani memulai masa tanam, hajatan syukuran hasil panen atau perisitiwa penting membangun rumah adat dan melangsungkan pertunangan secarah adat.
Di Kabupaten Manggarai Barat masakan untuk nasi yang di isi dalam bambu disebut "Kolo". Sedangkan Tapa Kolo merupakan tradisi memasak dengan cara membakar kolo. Tapa Kolo biasanya dilakukan saat ritual syukuran adat orang Manggarai memasuki masa tanam bagi petani ladang. Sedangkan untuk daging di masukan dalam batangan bambu lalu di panggang di sebut Ted"du.
ADVERTISEMENT
Tokoh masayarak Desa Mburak, kecamatan Komodo, Donatus Dosi, Jumat (5/4) menuturkan memasak dengan alat bantu batangan bambu adalah sebuah tradisi sejak dahulu kala sebelum orang- orang di zaman itu menemukan alat masak berupa periuk tanah atau panci yang terbuat dari aluminum.
"Bayangkan betapa cerdasnya nenek moyang kita di ratusan tahun lalu.Merekalah menemukan cara masak higienis sehingga makanan yang di makan terbebas dari debu maupun kotoran lain,"terang Donatus.
Donatus menceritakan proses masak mengunakan ruas bambu yakni bambu di potong berumur setengah tua, dipotong ruas bambunya sesuai ukuran. Rongga dalam ruas bambu di bersihkan. Untuk memasukan makanan baik itu beras maupun daging, terlebih dahulu daun pisang dijadikan pelapis utama di bungkus nasi atau daging.
ADVERTISEMENT
"Jika nasi di masukan dalam bambu biasanya orang kampung mencampurnya dengan santan kepala lalu di masukan dengan daun pewangi (pandan). Bambu berisi beras itu di letakan dekat bara api sehingga menunggu matang. Saat matang ketika di buka nasi tersebut cukup harum aromanya,"tutur Donatus.
Lanjut Donatus, jika acara adat penti (syukuran) daging dicuci kemudian di racik berbagai aneka bumbu, baik itu bawang merah, bawang putih, kunyit, bombay, marica, cabai, jeruk nipis, garam diaduk rata dengan daging lalu di masukan dalam bambu yang siap di panggang.Jangan lupa tutup di bagian mulut bambu.
Acarah itu biasanya kata Donatus, diikuti dengan berbagai macam bahasa adat, disusul dengan bunyi gong gendang dan di peragakan tarian tradisional.
ADVERTISEMENT
"kalau orang Manggarai namanya Tarian Caci dan sandak tergantung kesiapan warga setempat " ungkapnya.
Menariknya, sebut Donatus, makanan lain selain masakan dari bambu tidak ada. Masakan bambu itu di siapkan hampir semua keluarga. Keunikan ini sebagai ungkapan rasa kebersamaan dan di lakukan makan bersama secarah masal atau bisa bergilir tiap hari sesuai ketentuan adat.
Sejumlah wisatawan pencita budaya yang di temui  di hotel Theodor Labuan Bajo, James scoth Wich menuturkan masakan orang orang di pedalaman pulau Flores lebih asli dan alamiah. Sejumlah makanan yang di makan dibuat alami sehingga tidak banyak mengandung kolesterol.
"Saya pernah menghadiri pesta adat di perkampungan megalitik Bena. Pada pesta ada tersebut disajikan makanan lokal. Kita menginginkan di Labuan Bajo juga ada pusat makanan lokal Manggarai Barat," kata James. (FP-04).
ADVERTISEMENT