Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Tempat Peristirahatan Belanda di Area Danau Kelimutu, NTT, Tarik Minat Wisatawan
30 Agustus 2020 7:48 WIB

ADVERTISEMENT
ENDE - Danau Tiga Warna di Kawasan Taman Nasional Kelimutu (TNK) Kabupaten Ende, Provinsi NTT sudah menjadi ikon wisata Kabupaten Ende yang mendunia dengan keindahan serta kisah mistis tiga kawah danau berwarna yang selalu berubah warna tersebut.
ADVERTISEMENT
Ternyata, selain Danau Kelimutu, ada objek wisata sejarah yang menarik minat wisatawan di lokasi tersebut, yakni tempat pesanggrahan atau peristirahatan Belanda.
Kepala Pengelola Taman Nasional Kelimutu, Agus Sitepu, menjelaskan, tempat pesanggrahan atau tempat peristirahatan itu merupakan sebuah bangunan yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda.
Bangunan tersebut bisa anda temukan saat menuju Danau Kelimutu.
"Tempat persinggahan itu terletak area parkir jalan menuju Danau Kelimutu. Saat ini kita sering sebut tempat ini anjungan pesanggrahan," tutur Agus.
Dikatakan, bangunan tersebut merupakan tempat peristirahatan dan persinggahan pegawai Pemerintah Hindia Belanda saat berkunjung ke Danau Kelimutu atau transit ketika bepergian dari atau ke Kota Ende, sebelum ada akses jalan raya.
Dikatakan, saat ini belum banyak wisatawan yang melirik bangunan yang pada tahun 2015 lalu pernah direhab oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Ende.
ADVERTISEMENT
"Pesanggrahan ini memang situs sejarah, saat ini kita mencoba mempublikasikan kembali dan mencari bentuk arsitektur kunonya sehingga bisa dipasang pada papan informasi," ujarnya.
Gaya Arsitektur Pesanggrahan Belanda
Gaya arsitektur bangunan pesanggrahan tersebut merupakan gabungan antara arsitektur Belanda dan arsitektur suku Lio, salah suku di Pulau Flores.
"Arsitektur Belanda nampak pada material semen sebagai fondasi dinding setengah tembok. Sementara, material kayu dan alang-alang sebagai penutup atap bangunan sangat kental dengan model bangunan suku Lio," ungkap Agus.
Bangunan tersebut memiliki dua lantai. Pada lantai pertama terdapat kamar tidur, ruang perapian gaya arsitektur Belanda, dapur, toilet, dan kamar mandi. Sedangkan di lantai kedua, terdapat ruangan tanpa sekat yang digunakan untuk tidur dan juga menyimpan bahan makanan dan barang-barang penting. Kedua lantai ini dihubungkan oleh tangga kayu yang diletakkan di samping perapian.
ADVERTISEMENT
Bangunan pesanggrahan tersebut menyerupai sebuah pondok dan tampak seperti ada gudang, sumur. Lokasi tersebut juga merupakan tempat peristirahatan Bangsa Belanda pada masa itu ketika hendak melintas ke Maumere maupun ke Ende.
"Setelah kemerdekaan dan Bangsa Belanda pergi meninggalkan Indonesia, khususnya Kabupaten Ende dan Flores, bangunan ini digunakan sebagai pos pengamatan gunung api oleh pemerintah Indonesia. Tetapi ditinggalkan, karena sudah dibangun pos fulkanologi dan danau kelimutu masuk taman nasional," ujarnya.
Kini, bangunan tersebut hanya tersisa puing-puing minimnya pemeliharaan sehingga rumah pesanggrahan tersebut tidak dapat dipakai lagi.
Belakangan, pengelola Taman Nasional Kelimutu membenahi bangunan tersebut untuk dijadikan salah satu spot wisata pendukung, khususnya wisata sejarah.
Selain itu, Pesanggrahan Belanda tersebut juga dimanfaatkan oleh pengelola sebagai lokasi beberapa acara penting, seperti workshop Elang Flores yang diselenggarakan pada tahun 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Anjungan Pesanggrahan
Sejak dibukanya kembali Taman Nasional Kelimutu pada masa new normal beberapa waktu lalu, Anjungan Pesanggrahan menjadi salah satu perhatian pengunjung. Anjungan Pesanggrahan yang letaknya tepat di samping areal parkir, dekat jalan menuju objek wisata sejarah pesanggrahan tepatnya di areal Kelimutu Market yang telah diresmikan Bupati Ende, Achmad H. Djafar saat pembukaan kembali Taman Nasional Kelimutu.
Sebelumnya, tempat tersebut tidak terlalu diperhatikan karena karena tertutup semak-semak dan alang-alang dari pinggir parkiran. Dalam perencanaan penataan pedagang Taman Nasional Kelimutu, lokasi ini kemudian ditata menjadi anjungan sebagai tempat duduk di area pedagang kuliner.
Pepohonan hutan tua dengan paku-pakuan di sekitar anjungan membuat suasana menjadi teduh. Tidak hanya sebagai tempat makan sambil bersantai, anjungan ini dijadikan tempat berfoto ria oleh sejumlah pengunjung.
ADVERTISEMENT
Pemandangannya sangat instagramable sehingga keberadaan Anjungan Pesanggrahan sejauh ini telah membagi konsentrasi pengunjung di Taman Nasional Kelimutu. Sasaran pengunjung tidak hanya di Tugu Puncak tetapi juga di area Kelimutu Market.
Rencananya, pihak Balai Taman Nasional Kelimutu akan mengembangkan wisata tematik, seperti menikmati keindahan binatang seperti burung, sebab di Kelimutu banyak sekali burung dengan berbagai jenis.
"Kita juga sudah buat dengan papan informasi, seperti jalur pendidikan sejarah dan budaya lewat pesanggrahan dan jalur flora dan fauna lewat argoretum. Sehingga pengunjung yang datang ke danau tidak hanya menikmati danau kelimutu, tetapi bisa juga melewati situs sejarah atau tempat flora dan fauna," tandasnya.
Kontributor : Albert Aquinaldo