Konten Media Partner

Wajah TPA Wae Rii, Tak Terurus dan Banyak Ternak Makan Sampah

22 Februari 2019 2:11 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ternak babi milik salah satu warga yang dibiarkan mencari makanan di area TPA Wae Rii, Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka. Foto oleh Mario WP Sina, florespedia/kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Ternak babi milik salah satu warga yang dibiarkan mencari makanan di area TPA Wae Rii, Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka. Foto oleh Mario WP Sina, florespedia/kumparan.com
ADVERTISEMENT
Kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Wae Rii di Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka tampak tak terurus. Sampah buangan warga Kota Maumere yang diangkut oleh mobil – mobil pengangkut sampah dari Badan Lingkungan Hidup, dibuang begitu saja di lahan terbuka seluas 5 hektar.
ADVERTISEMENT
Pantauan media ini pada Rabu (20/2) sore, sehari sebelum pelaksanaan kegiatan pembersihan dan upacara peringatan Hari Peduli Sampah Nasional oleh Polres Sikka pada Kamis (21/2), tampak dari pintu masuk tidak ada papan penanda bahwa lokasi tersebut adalah lokasi TPA.
Yang terlihat adalah tumpukan sampah yang berserakan baik di badan jalan maupun di sisi kiri dan kanan jalan yang berbatasan langsung dengan kebun warga.
Sampah plastik aneka rupa, dedaunan, batang pohon, pecahan kaca, dan sampah lainnya ditumpuk begitu saja. Kurang lebih ada 5 titik penumpukan sampah yang tersebar merata di atas lahan yang luas.
Salah seorang pemulung, Rahman tengah memungut sampah plastik di dalam area TPA Wae Rii. Foto oleh Mario WP Sina,florespedia/kumparan.com
Ada pula salah satu rumah warga yang berada persis di punggung bukit yang merupakan rumah permanen. Rumah yang ditempati salah satu dari kurang lebih 20 pemulung ini banyak memiliki hewan ternak yang dibiarkan mencari makanan di tumpukan sampah. Ada ternak babi, ada kambing dan ayam dibiarkan mengais - ngais sampah untuk mencari makanan.
ADVERTISEMENT
Salah seorang Pemulung Rahman (15) kepada media menyampaikan, dirinya setiap hari bekerja memungut sampah plastik di TPA kemudian nanti kalau sudah banyak barulah dijual.
Saat ini, ia sudah tidak bersekolah lagi dan sehari – harinya bekerja membantu orang tua memungut sampah plastik sambil menjaga puluhan ternak peliharaan orang tuanya di rumah tersebut.
Kedua orang tuanya bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi TPA, masih dalam wilayah Desa Kolisia. Rumah permanen yang berdiri di tengah TPA, hanya sebagai rumah menampung barang bekas dan juga untuk tempat memelihara ternak.
Tak jauh darisitu, Ada pula 2 bangunan darurat beratap seng dan tidak berdinding yang dijadikan sebagai tempat mengumpulkan sampah plastik dan jenis sampah lainnya yang bisa dijual.
LImbah buangan yang dipenuhi dengan aneka sampah di salah satu area TPA. Foto oleh Mario WP Sina.florespedia/kumparan.com
Sepelemparan batu dari bangunan darurat, tepatnya di titik pengumpulan sampah utama, ada 2 Bak Penampung Air Limbah yang dibiarkan terbuka. Ada pula 3 bak penampung dengan ukuran lebih kecil yang bersisian dengan bak penampung limbah yang besar.
ADVERTISEMENT
Salah seorang warga yang kami temui, Maria Yustina, warga Dusun Nangarasong, Desa Kolisia, menuturkan, lokasi TPA seluas 5 hektar, berbatasan langsung dengan area tanah milik keluarganya. Sehari – hari, dirinya juga memelihara ternak di area ini bahkan jumlah ternak babi miliknya mencapai puluhan ekor.
“ Saya punya pernah sampai 40 ekor. Hanya waktu tahun lalu ada serangan hama penyakit, banyak yang mati dan sekarang tersisa 20 ekor lebih “ ungkap Mama Yustina.
Ternak babi yang berukuran kecil dan besar selain diikat pada batang pohon persis di pinggir kolam air buangan sampah, juga dibiarkan untuk mencari makanan dengan mengais sampah buangan di TPA.
Dirinya bahkan memberikan sepetak tanahnya untuk dijadikan tempat pembuang sampah agar ternak babi bisa mencari makanan di area sampah buangan itu.
ADVERTISEMENT
Koordinator Trash Hero Sikka, Susilowati menyayangkan sikap pemerintah yang membiarkan warga memelihara ternak di dalam area TPA Wae Rii.
Menurutnya, jika dibiarkan begitu saja tanpa dikandangkan maka ternak yang berkeliaran dapat dipastikan akan memakan segala yang tersedia, termasuk plastik pun dimakan.
Susilowati dari Trash Hero Sikka berdiri membelakangi tumpukan sampah yang tengah dibakar. Foto oleh Mario WP Sina,florespedia/kumparan.com
Jika terus menerus dibiarkan, maka ternak yang ada berpotensi mengandung logam berat dan bisa meracuni konsumen yang mengkonsumi ternak tersebut.
Dirinya meminta Pemkab memberi himbauan kepada warga agar tidak melepas liarkan hewan ternak di area TPA.
Selain itu, dirinya juga meminta agar kebiasaan membakar sampah terutama sampah plastik, logam dan sampah anorganik lainnya di TPA mesti dikurangi karena residu dari sampah akan menganggu kesehatan.
ADVERTISEMENT
Susilowati menjelaskan, jika sampah dibakar maka akan menghasilkan asap beracun berbahaya yang terurai di udara sebagai dioksin. Asap dari pembakaran plastik sangat berbahaya jika tercium dan ujungnya bisa memicu timbulnya penyakit.. (FP – 01).