Konten Media Partner

Warga di Ruteng Antre Dapatkan Minyak Tanah, Banyak Tak Kebagian

23 November 2022 20:56 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keterangan foto: Saat sejumlah warga mendatangi pangkalan minyak tanah di Kota Ruteng. Foto: Engkos Pahing.
zoom-in-whitePerbesar
Keterangan foto: Saat sejumlah warga mendatangi pangkalan minyak tanah di Kota Ruteng. Foto: Engkos Pahing.
ADVERTISEMENT
RUTENG - Minyak tanah langka di Kota Ruteng, Ibukota Kabupaten Manggarai. Puluhan warga di salah satu pangkalan minyak tanah yang terletak di Kelurahan Pitak, Kecamatan Langke Rembong pada, Rabu (23/11) terjebak dalam antrean.
ADVERTISEMENT
Banyak diantara mereka antrean berjam-jam tapi tak dapat kebagian karena stok yang sedikit.
Mereka antrean membawakan jerigen berukuran kecil hingga besar. Mereka mengeluh minyak tanah sulit didapat dan jatah yang didapat tidak sesuai dengan kebutuhan.
Herlin, Seorang warga yang ikut antrean mengungkapkan kelangkaan minyak tanah di kota Ruteng sejak minggu lalu. Saya sudah bolak balik ke beberapa pangkalan minyak tanah, tetapi stoknya habis
"Saya sudah dari tadi pagi cari minyak tanah. Dan barusan, saya ke pangkalan mbaumu namun yang di bawah itu tadi sudah habis," ungkap Herlin, seorang warga yang mengaku berasal dari Cucosangge, Desa Bangka Kenda, Manggarai.
Dirinya mengaku, kelangkaan minyak tanah ini sangat menghambat ekonomi warga. Ada warga yang sehari-harinya berjualan kue dan gorengan sementara ini pasti tidak lagi produksi
ADVERTISEMENT
"Ini kan musim hujan setengah mati cari kayu bakar, apalagi yang kerja sehari-harinya berjualan kue dan gorengan itu pasti susah dengan keadaan minyak tanah yang semakin hari semakin susah cari ini," terangnya.
Tati, Warga Kelurahan Watu juga mengaku senada. Ia menjelaskan bahwa dirinya sudah sejak dua Minggu mencari minyak tanah tersebut. Namun, sudah habis.
"Sudah 2 minggu kami keliling cari. Tapi sudah habis. Lebih parah 2 minggu," ujar Tati.
Ketika ditanyai terkait harga minyak tanah, Tati mengungkapkan bahwa harga minyak tanah per jerigen kecil yang dijual di kios itu senilai Rp 30 ribu. Namun kalau di pangkalannya hanya Rp 25 ribu.
"Kalau di kios Rp 30 ribu. Dan kalau di pangkalannya itu senilai Rp 25 ribu," cetusnya.
ADVERTISEMENT
Berhasil dikonfirmasi, Belasius Sahusatar selaku owner pangkalan minyak tanah yang berlokasi di Jl Komodo. No 9 Kelurahan Pitak, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai mengungkapkan, sebelumnya, pangkalan minyak tanah miliknya tersebut menerima 5 drom dan bahkan lebih per hari. Namun, sejak bulan September, dirinya menerima 3 drom saja.
"Sekarang kami terima tiap hari itu 3 drom. Dan 3 drom melayani orang bagaimana kan tidak mampu to. Dan sekarang sudah habis. Ini tadi tidak sampai 1 jam sudah habis. Yang datang ini tidak hanya yang ada di seputaran kota saja tetapi juga dari kampung. Kasian juga kan mereka bawa hanya 1 jerigen namun biaya ongkos kesini itu sudah berapa," cetus pria berusia 57 tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dan tadi, saya layani masyarakat satu-satu jerigen kecil. Ini sudah tidak bisa layani. Mau tidak mau, kami tolak lagi ke pangkalan yang lain; dimana ada minyak tolong ambil disitu," sambungnya.
Ketika disentil terkait penyebab krisis minyak tanah yang ada, pria yang mengaku sudah 20 tahun menjadi pangkalan minyak tanah tersebut mengaku bahwa sepengetahuannya, hal tersebut terjadi karena ada kontrak yang turun dari pusat.
"Penyebab krisis ini pengaruh kontrak yang turun dari pusat. Jadi, biasanya kontrak ini 150 ke atas tetapi kasih turun dari pusat hanya 105 ton ke agen. Memang saya bukan agen tetapi kami inikan pangkalan. Kami terima tiap hari 3 drom," ujarnya.
Berhasil dikonfirmasi Kabag Ekonomi Kabupaten Manggarai, Baharuddin Abbas mengungkapkan bahwa terkait hal tersebut, pihaknya telah mengadakan rapat dengan agen minyak dan juga utusan dari pertamina Reo.
ADVERTISEMENT
Ia mengklaim berdasarkan rapat yang diadakan, lanjutnya, diketahui bahwa kelangkaan ini sebetulnya terjadi karena ada pengurangan alokasi dari pusat.
"Dari agen-agen bilang bahwa memang ada pengurangan sampe 50 Kilo Liter," ungkap Baharuddin, Rabu (23/11) melalui sambungan telepon
Dikatakanya, Pengurangan tersebut sebetulnya bervariasi. Dari empat agen besar di kota Ruteng ini, pengurangannya bervariasi.
"Kita tidak tau juga. Dan sempat ditanya pada mereka namun mereka juga tidak tahu soalnya sampai ada pengurangan seperti itu. Dan pengurangan itu terjadi di bulan November ini. Kalau di bulan Oktober itu masih normal," terangnya
Lebih jauh, Baharuddin Abbas menjelaskan bahwa atas persoalan tersebut, pihaknya diminta untuk membuat surat ke Kementrian SDM, Pertamina, Gubernur dan BPH Migas. Dan saat ini, pihaknya sementara memproses permintaan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kami sementara proses karena kami masih kumpul data yang kurang itu berapa. Kita lihat dulu di lapangan," tutupnya.