Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Sering Kali Kita Tersakiti karena Ekspektasi Diri Sendiri
19 Desember 2021 16:02 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Aida Novisya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
“Masalah aku jauh lebih berat, kamu masih mending.”
“Gausah lebay, segitu doang!”
ADVERTISEMENT
Hmm, siapa di sini yang pernah dapat jawaban seperti ini? Ketika kalian sedang curhat ke teman, apa sih yang kalian harapkan dari respons mereka? Kebanyakan dari kita pasti berekspektasi mereka akan menenangkan kita. Akan tetapi, seringnya kita malah mendapatkan respons yang sebaliknya. Membuat kita justru merasa dibandingkan atau diremehkan. Tenang teman-teman, ini bukan berarti masalah kita yang lemah ataupun niat mereka ingin menjatuhkan atau menyakiti perasaan kita, melainkan karena kita yang berekspektasi terlalu tinggi terhadap respons dan tindakan yang akan mereka berikan. Siapa tahu mereka juga sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Hayoo, sampai di sini sudah ada yang sadar belum?
Banyak dari kita yang tidak sadar akan ekspektasi ini. Aku pribadi sering sekali merasa sakit hati dan mudah menilai orang lain hanya karena ekspektasiku terhadap orang lain terlalu tinggi. Tahu gak sih? Ada satu studi yang menjelaskan tentang fenomena ini, lho. Studi ini mengatakan bahwa seringnya kita tersakiti karena kita tidak sepenuhnya menghargai apa yang kita miliki. Justru seringnya kita berharap lebih atau membandingkan apa yang kita punya dengan hal yang kita ekspektasikan. Coba diingat lagi, yuk! Sudah berapa kali kalian kehilangan sesuatu atas apa yang sebenarnya belum kalian punya?
ADVERTISEMENT
Lantas, apa itu ekspektasi?
Ekspektasi adalah keyakinan pribadi tentang kejadian yang mungkin terjadi di masa depan. Ekspektasi akan mengarahkan bagaimana kita mengartikan sebuah peristiwa. Kita akan lebih memperhatikan sesuatu yang sesuai dengan ekspektasi yang kita punya. Jika kita tidak bisa mengatur ekspektasi dengan baik, ekspektasi itu akan membawa kita pada jebakan kehidupan. Maka dari itu, setiap manusia harus belajar untuk mengatur ekspektasinya, sehingga ekspektasi tidak akan mengatur kita. Lalu, bagaimana caranya? Yuk simak tips berikut ini agar kamu bisa belajar mengatur ekspektasimu!
Manajemen Ekspektasi
1. Hindari Berasumsi
Ketika kamu sedih, coba jelaskan pada orang sekitarmu. Jelaskan pada mereka apa yang sebenarnya kamu butuhkan dalam situasi tertentu. Jangan sampai kamu berasumsi terlebih dahulu dan berekspektasi mereka akan tahu begitu setelah kamu menjelaskan keadaanmu. Jika respons mereka tidak sesuai ekspektasimu, ini akan membawamu pada kekecewaan.
ADVERTISEMENT
2. Latihlah Beradaptasi terhadap Perubahan Ekspektasi
Ketika sesuatu berjalan ke arah sebaliknya atau situasi berubah, cobalah untuk tidak bertindak secara emosional. Sangat mudah untuk merasa gagal ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai harapan. Sebaiknya, kamu ambil napas dalam-dalam dan ini saatnya untuk berhenti sejenak, kemudian pertimbangkan kembali pilihan kamu dan bingkai ulang ekspektasi awal kamu dalam konteks situasi yang baru.
3. Jangan Terlalu Menghakimi Diri Sendiri
Ketika hidup kita diatur oleh ekspektasi pribadi, itu akan membuat setiap hari yang kita miliki menjadi sulit. Kita mengkritik diri sendiri terlalu keras atas kegagalan yang kita alami. Perasaan kecewa muncul karena kita tidak bisa hidup seperti apa yang kita ekspektasikan. Anggap dirimu adalah seorang penjelajah yang sedang menjelajah jalan hidupmu. Berhasil atau gagal, ekspektasi yang kamu punya hanya untuk belajar selagi jalan. Hal ini akan lebih baik daripada menganggap dirimu sudah memiliki jalan yang sempurna dengan ekspektasimu.
ADVERTISEMENT
4. Berikan Dirimu Waktu
Sebagai manusia kita selalu menginginkan sesuatu dan memiliki ambisi untuk mendapatkannya. Ambisi yang sehat memiliki dosis yang tepat. Akan tetapi, jika kita memiliki ekspektasi untuk mendapatkan sesuatu secara instan, itu akan membuat konflik internal. Cobalah mindful atas perjalanan yang sedang kamu lalui. Buat target yang realistis agar kamu bisa mencapainya. Ingat! Setiap manusia memiliki jalannya masing-masing. Jadi, jangan bandingkan jalanmu dengan jalan orang lain, ya!
Sebagai manusia yang hidup di Bumi, pasti pernah mengalami kegagalan. Kadang, kegagalan justru membuat kita merasa gagal menjadi manusia. Tenang teman-teman, untuk merasakan emosi seperti itu manusiawi, kok. Perasaan sedih, marah, dan kecewa sangat normal kita rasakan ketika mengalami kegagalan. Merasakan emosi tersebut, itulah yang menjadikan kita manusia. Jika kita menyangkal emosinya, apa bedanya kita dengan sebuah mesin?
ADVERTISEMENT
Kita harus mampu mengelola ekspektasi kita dan mencoba merasionalisasikannya. Teman-teman, akan lebih baik jika kita bisa mengelola ekspektasi daripada mencoba meyakinkan diri sendiri untuk tidak memiliki harapan sama sekali. Jadi, yuk kelola ekspektasi agar kita tidak menyakiti diri sendiri!
Referensi:
American Psychological Association. (2017). Managing expectations. Diakses pada 2021, from American Psychlogical Association: https://www.apa.org/topics/stress/managing-expectations
Hundred Life Design. (2018). How to Manage Expectations in Life. Diakses pada 2021, from Hundred Life Design: https://hundredlifedesign.com/how-to-manage-expectations-in-life/
Kishimi, I., & Koga, F. (2019). Berani Tidak Disukai. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Malveau, R., & Mowbray, T. J. (2003). Software Architect Bootcamp. New Jersey: Prentice Hall.
Olson, J. M., Roese, N. J., & Zanna, M. P. (1996). Expectancies. In E. T. Higgins, & A. W. Kruglanski, Social psychology: Handbook of basic principles (pp. 211-238). New York: Guilford Press.
ADVERTISEMENT
Quoidbach, Dunn, Petrides, & Mikolajczak. (2010). Money giveth, money taketh away: The dual effect of wealth on happiness. Psychological Science, 21, 759-763.