Konten dari Pengguna

Review Buku “Asia Tenggara dalam Kurun Niaga" oleh Anthony Reid

fadhila fajri
Mahasiswi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga
1 Desember 2020 5:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari fadhila fajri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anthony Reid adalah seorang sejarawan asal Selandia Baru yang banyak menulis tentang Asia Tenggara. Karya-karyanya banyak berkaitan dari mulai sejak berdirinya Kesultanan Aceh, sampai sejarah modern Hindia Belanda abad 20. Dia juga dikenal sebagai pakar sejarah Asia Tenggara. Buku Asia Tenggara dalam Kurun Niaga dihasilkan Ketika dia bepergian ke Belanda, Inggris, dan Prancis selama cuti sabbatical ketika dia menjadi pengajar di Australian National University (ANU) dan diterbitkan dalam 2 volume. Pada tahun 1999, ia meninggalkan ANU dan mendirikan Center of Southeast Asian Studies di UCLA, Los Angeles, sekaligus menjadi professor di sana. Dia juga menjadi direktur Asia Research Institute (ARI) dari Universitas Kebangsaan Singapura pada tahun 2002.
ADVERTISEMENT
Dalam buku ini, Anthony Reid menggunakan metode pendekatan yang dikenal sebagai “total history”, yaitu pendekatan yang tidak hanya fokus pada politik tetapi meliputi semua aspek. Bahkan dalam karyanya ini aspek politik cenderung diabaikan. Yang lebih menjadi perhatian Reid dalam buku ini diantaranya aspek geografi, demografi, pakaian, adat, sistem perumahan, material culture, makanan, dan sebagainya. Ini semua merupakan unsur dari total history yang membentuk sejarah secara total. Menurut reid, Asia Tenggara merupakan Kawasan geografis yang sangat terpisah dari kawasan sekitarnya seperti India, Asia Timur, dan Pasifik. Karena keterasingannya ini, Asia Tenggara sering disebut sebagai pinggiran dari peradaban besar seperti India dan Cina. Hal inilah yang menyebabkan studi mengenai Asia Tenggara belum begitu banyak bahkan hingga abad 20.
ADVERTISEMENT
Buku ini disusun secara sistematis sehingga memudahkan pembacanya mencari topik-topik yang diinginkan. Pada bab pertama buku ini membahas mengenai Asia Tenggara sebagai suatu kesatuan, baik kesatuan fisik maupun manusia. Reid menekankan persatuan Asia Tenggara dalam satu unit. Walaupun dia sendiri juga mengakui adanya perbedaan pola penduduk di pegunungan dan dataran rendah, yang disebabkan oleh letak geografisnya. Namun perbedaan-perbedaan ini tidak dibahas lebih lanjut, melainkan lebih menekankan pada bentuk-bentuk kehidupannya. Seperti terbentuknya hubungan antar daerah, serta kesamaan pola kehidupan. Kesamaan pola kehidupan di Asia Tenggara kebanyakan disebabkan oleh kesamaan iklim, sehingga ditemukan pula unsur-unsur bahan makanan yang relatif sama di semua daerah, misalnya dominasi beras dan ikan.
ADVERTISEMENT
Bab 2 membahas mengenai kesejahteraan fisik. Pada bagian ini, Reid menjelaskan secara detil mengenai pola kehidupan fisik di wilayah Asia Tenggara. Mulai dari pertunbuhan penduduk serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, pola pertanian yang sebagian besar bertumpu pada beras yang akhirnya menjadi makanan pokok bagi sebagian orang di wilayah ini, meski ada juga yang menggunakan ubi atau sagu sebagai makanan pokok. Bahan makanan lain juga dibahas secara detil dalam buku ini. Seperti dijelaskan bahwa wilayah Asia Tenggara kaya akan ikan segar karena wilayahnya yang dikelilingi laut, industri perikanan juga merupakan industri kedua terbesar di Asia Tenggara. Bahan-bahan lain seperti sayur dan buah memang juga cukup banyak didapat, namun rempah-rempah tetap menjadi yang paling menarik minat pendatang Eropa. Ada juga pembahasan mengenai kebiasaan mengunyah sirih yang dapat ditemui di beberapa kawasan Asia Tenggara. Masyarakat setempat menggunakan campuran tiga bahan pokok yaitu buah pinang, daun sirih, dan kapur. Campuran dari ketiga bahan itu akan menghasilkan alkaloid yang menenangkan otak dan sistem syaraf sentral. Bab kedua ini ditutup dengan pembahasan mengenai kesehatan masyarakat setempat serta kondisi pandemi yang pernah melanda Asia Tenggara kala itu.
ADVERTISEMENT
Pada bab ketiga akan dibahas mengenai kebudayaan material. Yang dibahas dalam bab ini adalah bentuk-bentuk kebudayaan seperti bentuk bangunan rumah dan kebiasaan masyarakat. Karena memiliki iklim yang mendukung serta banyaknya ketersediaan kayu sebagai bahan dasar, pembangunan tempat tinggal bukan merupakan prioritas utama, rumah-rumah yang dibangun juga tergolong sederhana. Reid juga membahas mengenai standar kecantikan dan cara merawat tubuh masyarakat. Beberapa tradisi yang banyak dilakukan ialah menghitamkan gigi atau melubangi dan menggembungkan daun telinga. Ada pula kebiasaan bertato yang kemudian dilarang seiring dengan masuknya pengaruh-pengaruh modern lainnya. Dijelaskan juga bagaimana kebiasaan berpakaian masyarakat yang sebelumnya terkesan “terbuka” menjadi lebih tertutup seiring kedatangan bangsa-bangsa Eropa pendatang yang memperkenalkan produksi pakaian dengan bahan-bahan yang lebihn modern. Bab ini ditutup dengan pembahasan mengenai pengolahan serta pemakaian hasil-hasil bumi seperti emas, besi, dan tembaga.
ADVERTISEMENT
Bab 4 buku ini akan membahas mengenai pengaturan masyarakat. Pada bagian ini, Reid menjelaskan mengenai sistem organisasi sosial pada masyarakat. Dimulai dari peperangan, yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan dan sosial. Seringkali persoalan status menjadi penyebab timbulnya pertempuran, sasaran nyata dari kedua pihak yang bertempur ialah untuk saling berebut pangikut atau abdi. Jalannya perang yang sebelumnya hanya menggunakan senjata-senjata lokal yang sederhana, menjadi semakin maju akibat adanya pengenalan senjata api dan meriam dari bangsa pendatang. Dijelaskan juga mengenai hukum yang berlaku di masyarakat. Seperti hukum Islam yang cukup keras yang diterapkan di beberapa wilayah khususnya Aceh, untuk menjaga ketertiban masyarakat sekitar. Serta sistem yang berkaitan dengan pernikahan seperti sistem pemberian mahar. Pembahasan dalam bab ini ditutup dengan pembahasan peran wanita dalam masyarakat Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Pada bab terakhir atau bab kelima buku ini, membahas mengenai pesta dan dunia hiburan masyarakat Asia Tenggara. Kondisi iklim yang mendukung serta banyaknya sumber daya alam sebagai makanan pokok membuat masyarakt Asia Tenggara tidak membutuhkan waktu lama untuk memperjuangkan hidupnya dan memiliki waktu lebih untuk bersenang-senang. Partisipasi dalam pesta keramaian menjadi sama pentingnya dengan kerja produktif. Salah satu hiburan rakyat yaitu pesta pertunjukan atau teater. Pesta-pesta kerajaan juga bisa menjadi kesempatan bagi raja untuk menunjukkan keagungannya di hadapan rakyat. Pesta keramaian selalu dirayakan dengan meriah, seperti penyertaan hewan, biasanya gajah atau kuda dalam arak-arakan. Bagi masyarakat umum sendiri, acara-acara keramaian seperti ini mempunyai tiga manfaat penting, yaitu : keikutsertaan dalam kebesaran dan hierarki negara, sebagai kegiatan ekonomi seperti pemasaran dan penyerahan upeti, serta sebagai hiburan. Pertunjukan istana merupakan suatu cara paling efektif di mana rakyat dikumpulkan dalam suatu negara yang bersifat hierarkis. Selain pesta istana, terdapat pula hiburan lain seperti perhelatan kerajaan atau keagamaan, yang menyajikan bukan hanya arak-arakan tetapi juga serangkaian acara musik, teater, dan olahraga. Masyarakat Asia Tenggara juga mengenal pertandingan antar hewan, umumnya hewan yang dipakai adalah gajah atau kerbau melawan harimau. Selain hiburan yang melibatkan orang banyak, masyarakat sendiri juga memiliki hiburan dalam lingkungannya sendiri, seperti beberapa permainan sederhana seperti layangan, gasing, atau takraw. Reid juga membahas mengenai tingkat literasi yang ditemukan cukup tinggi di kawasan Asia Tenggara, terutama pada kaum wanita. Sebagian besar warga juga mampu menulis pada bambu atau lembaran daun lontar pada abad ke-17. Namun ditemukan juga beberapa kejanggalan dimana tingkat baca-tulis di Asia Tenggara ternyata menurun drastis. Ini kemungkinan disebabkan oleh sistem pendidikan modern dan universalis yang diperkenalkan oleh Islam dan Kristen yang datang belakangan, pengenalan huruf Latin dan Arab menggeser pola baca-tulis dan tulisan lama yang sangat lain jenisnya.
ADVERTISEMENT
Dalam buku ini, Reid berhasil menggambarkan kondisi Asia Tenggara yang biasanya tidak digambarkan dalam literatur lainnya yang lebih berfokus pada peranan Eropa. Dengan metode total history yang dia gunakan dapat menjelaskan bagaimana kondisi masyarakat di wilayah itu secara detil dan lengkap. Namun, terdapat juga kekurangan yaitu Reid tidak memasukkan seluruh wilayah Asia Tenggara modern. Daerah-daerah seperti Vietnam Utara dan Irian Jaya tidak dimasukkan dalam buku ini karena dianggap memiliki kebudayaan dan pola hidup yang berbeda disbanding wilayah lain. Tetapi, terlepas dari kekurangan itu, buku ini tetap dapat menjadi salah satu rujukan paling penting dalam penelitian mengenai kawasan Asia Tenggara.