Konten dari Pengguna

Dampak Krisis Peran Ayah pada Tumbuh Kembang Anak

Despa Liana Sari
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas.
28 September 2024 15:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Despa Liana Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peran ayah sangat besar terhadap tumbuh kembang anak (Foto : Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Peran ayah sangat besar terhadap tumbuh kembang anak (Foto : Pixabay)
ADVERTISEMENT
Saat ini, di media sosial ramai perbincangan tentang Indonesia sebagai salah satu "fatherless country," yang dimaknai sebagai kurangnya figur ayah dalam kehidupan anak. Krisis peran ayah ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah budaya patrilineal yang menganggap bahwa mengurus dan menjaga anak merupakan kewajiban ibu semata. Akibatnya, banyak anak yang tumbuh kembangnya tidak optimal, dan ibu dianggap sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab. Budaya inilah yang menjadi salah satu alasan utama banyak anak yang hingga dewasa masih mengidamkan kehadiran sosok ayah, karena jarang merasakan kehadirannya sejak kecil. Fenomena ketidakdekatan anak dengan ayah juga sering kita jumpai, misalnya ketika seorang anak merasa canggung berbicara dengan ayahnya sendiri.
Masih banyaknya anggapan bahwa ibu adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mendidik anak (Foto : Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Masih banyaknya anggapan bahwa ibu adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mendidik anak (Foto : Pixabay)
Pengguna media sosial menilai fenomena ini dengan tolok ukur banyaknya anak yang kurang mendapatkan perhatian dari sosok ayah. Terlepas dari benar atau tidaknya anggapan tersebut, kehadiran ayah dalam tumbuh kembang anak memang memiliki pengaruh yang sangat besar. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa untuk memastikan tumbuh kembang anak yang optimal, diperlukan peran ayah dalam mendidik dan melindungi.
ADVERTISEMENT
Kehadiran ayah di samping anak sejak dini berperan besar dalam pembentukan kepribadian. Studi oleh Father Involvement Research Alliance menunjukkan bahwa balita yang sering menghabiskan waktu bersama ayahnya cenderung lebih berani bereksplorasi dengan lingkungan, memecahkan masalah, dan bersosialisasi. Hal-hal seperti ini menjadi pemicu munculnya kepribadian positif pada anak sejak usia dini.
Kehadiran figur ayah juga berdampak pada keberanian anak dalam menghadapi situasi dan masalah yang dihadapinya. Jika ibu cenderung khawatir terhadap banyak hal yang dilakukan anak, ayah mampu memberikan pendekatan yang berbeda, membantu anak untuk berani keluar dari zona nyaman. Hal ini bukan tanpa alasan; anak merasa berani karena ia tahu ada sosok ayah yang akan melindungi dari bahaya. Kepercayaan diri timbul dalam diri anak karena ia tahu bahwa ayah selalu ada di sekitarnya. Dengan demikian, anak lebih berani mencoba hal-hal baru seperti mengajak orang lain berinteraksi, melakukan aktivitas di luar ruangan, dan mengikuti latihan fisik.
ADVERTISEMENT
Keberadaan ayah menjadi pelindung bagi anak (Foto : Pixabay)
Lalu, bagaimana jika fenomena fatherless ini terus berlanjut dan menimpa semakin banyak anak di Indonesia? Dampak itu akan terasa saat anak mulai berinteraksi lebih luas dengan lingkungannya. Anak yang tidak mendapatkan peran ayah cenderung mudah kehilangan kepercayaan diri, mudah cemas, takut, tidak mandiri, dan rentan menarik diri dari pergaulan. Hal ini tentu berdampak langsung pada kesehatan mental. Masalah dalam pembentukan identitas seksual juga dapat muncul akibat tidak adanya peran ayah. Anak akan kesulitan menentukan identitas seksualnya karena tidak ada contoh atau bimbingan dari ayah.
Dampak lain yang lebih serius akan muncul ketika anak beranjak dewasa. Anak perempuan yang tidak mendapatkan kasih sayang dari ayah di masa kecil mungkin akan berusaha mencari sosok pengganti ayahnya melalui pasangan. Ia akan mudah jatuh cinta kepada lawan jenis dan cenderung menyerahkan dirinya pada orang lain. Sementara itu, anak laki-laki bisa menjadi sosok yang tidak mampu memperlakukan pasangannya dengan baik karena tidak ada contoh, nasihat, atau bimbingan dari seorang ayah.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, fenomena fatherless bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Jika keadaan ini terus berlanjut di Indonesia, akan ada banyak anak yang tumbuh kembangnya terganggu, yang pada akhirnya memengaruhi pilihan hidup mereka di masa depan. Tugas kita adalah mengedukasi orang-orang di sekitar kita tentang pentingnya peran ayah dalam membentuk kepribadian dan prestasi anak. Setiap orang tua tentu berharap anaknya menjadi sosok yang membanggakan. Namun, harapan tersebut tidak akan terwujud tanpa usaha orang tua sejak dini dalam membentuk kepribadian anak.