Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Bretton Woods, Petrodolar, dan Melelehnya Dolar (1)
21 Maret 2019 12:34 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Frass Kamasa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sistem moneter internasional dan sistem perbankan internasional adalah fenomena yang sangat unik dalam sejarah moneter dan ekonomi manusia. Dengan kata lain, tidak pernah di dalam sejarah manusia pernah mengalami ketidakadilan secara unik yang sekarang di alami dalam dunia uang dan perbankan.
ADVERTISEMENT
Hal itu, mungkin, menjelaskan mengapa terjadi ketidaktahuan yang aneh atas realita perbankan dan uang modern. Dalam kaitan itu, uang-petro bahkan memainkan peran yang tidak wajar dalam sistem moneter baru yang akan muncul untuk menggantikan sistem yang ada saat ini, sebagai akibat dari ambruknya dolar AS yang tidak dapat dihindari.
Hal itu karena di dalam sistem moneter internasional terdapat 'kanker' yang tertanam di dalamnya. 'Kanker' itu adalah ketika sistem moneter internasional mengeluarkan moralitas dari kebijakannya.
Tidak ada hubungan antara uang dengan moralitas. Dengan demikian, sistem moneter internasional dan perbankan internasional telah memainkan peran yang tidak adil di dunia saat ini. Hal ini tidak cukup dijelaskan apabila kita membatasi diri untuk menjelaskannya murni dari analisis ekonomi dan moneter.
ADVERTISEMENT
Menjelang akhir Perang Dunia II, di dalam konferensi moneter internasional antara negara-negara Sekutu di Bretton Woods pada tahun 1944, sistem moneter internasional secara formal terbentuk dan melahirkan persetujuan-persetujuan untuk membentuk lembaga-lembaga keuangan multilateral yang mengenakan bunga.
IMF, Bank Dunia dan IBRD terbentuk pada 27 Desember 1945, kemudian GATT pada 1947. IBRD kemudian diserap oleh Bank Dunia menjadi grup Bank Dunia, yaitu IBRD, IDA, IFC, MIGA, dan ICSID.
GATT akhirnya dibubarkan tahun 1995 dan sebagai gantinya dibentuk WTO. Persetujuan-persetujuan Bretton Woods ini memberikan enam implikasi terhadap sistem moneter internasional hingga saat ini, yaitu:
ADVERTISEMENT
Dari enam implikasi itu, timbul dua pertanyaan:
Banyak kajian dan keadaan faktual yang menjelaskan bahwa emas mempunyai korelasi negatif dengan dolar. Apabila harga dolar naik maka harga emas turun. Apabila dolar mengalami penurunan maka emas akan terus meroket.
Di samping perannya dalam perekonomian, emas juga memegang peran penting dalam percaturan politik internasional.
Pada Februari 1965, Presiden Prancis, Charles de Gaulle , menyatakan bahwa penetapan dolar AS yang membuatnya dapat menjadi sama bagusnya dengan emas membuat AS dapat berhutang dan berhutang secara gratis atas tanggungan negara lain. Sebab, apa yang telah menjadi utang AS dibayar, setidaknya sebagian, dengan dolar yang hanya dapat mereka ciptakan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2004, PM Malaysia, Mahathir Mohamad, melancarkan kritik bahwa sistem moneter yang berlaku sekarang ini adalah tidak adil. Untuk menghapus ketidakadilan tersebut, ia mengusulkan agar dunia kembali pada emas dan perak sebagai alat tukar.
Menurut Mahathir , ketidakadilan itu terjadi karena tiga hal.
Berdasarkan implikasi dan kritik di atas diperoleh berbagai kemungkinan alasan pelarangan penggunaan emas dan ketertarikan AS untuk mengetahui cadangan emas negara-negara di dunia adalah untuk:
ADVERTISEMENT
Tekanan dan tantangan dari negara-negara, utamanya Prancis dan negara-negara Arab penghasil minyak kepada AS, terhadap sistem Bretton Woods, beban biaya Perang Vietnam, dan gejolak minyak pada tahun 1973 berperan sebagai katalisator yang substansial bagi berakhirnya sistem Bretton Woods.
Tekanan itu terjadi karena defisit pada neraca pembayaran internasional. Neraca pembayaran mempengaruhi kurs mata uang lokal terhadap dolar AS karena dari neraca pembayaran akan terlihat besarnya permintaan dan penawaran mata uang dolar AS.
ADVERTISEMENT
Jika posisi neraca pembayaran sedemikian rupa sehingga lebih banyak kewajiban membayar ke luar negeri daripada penerimaannya, permintaan dolar akan bertambah dan berarti nilai mata uang lokal menurun.
Di sisi lain, hal itu juga membuat AS menumpuk utang dalam jumlah yang besar dan konsekuensi logisnya daya beli dolar AS merosot lebih dari setengah nilainya.
Mengetahui permainannya telah terkuak, Presiden Richard Nixon secara unilateral mengakhiri sistem Bretton Woods pada 15 Agustus 1971.
Presiden Nixon menyebut tindakan para 'spekulator' sebagai alasan pengingkaran kewajibannya daripada mengakui ketidakmampuan, atau lebih tepat disebut sebagai kejahatan moneter, AS untuk memenuhi kewajibannya dalam Pasal-Pasal Persetujuan IMF.
Hal itu pada gilirannya memberikan AS kebebasan untuk mendevaluasi mata uang dolar dan menjalankan defisit secara besar-besaran. Devaluasi itu dilakukan AS karena nilai dolar menciut terhadap nilai emas.
ADVERTISEMENT
Menciutnya nilai dolar ini dilakukan akibat memburuknya situasi ekonomi AS yang ditandai dengan besarnya angka inflasi. Sejak Nixon shock, AS mengalami inflasi yang terburuk dalam sepanjang sejarah mereka dan ekonomi yang paling stagnan sejak Depresi Besar pada era 1930-an.
Inflasi itu mengakibatkan daya beli dolar AS yang disimpan di tahun 1971 jatuh hanya seharga 18 sen di tahun 2010, atau kehilangan 92% dari daya beli aslinya sejak 1944-2009.
Dan karena dolar berkorelasi negatif dengan emas, maka harga emas terus meroket dari USD 35 di tahun 1971 menjadi USD 1.800 per ounce di tahun 2012, atau susut sebesar 98% nilainya.
Dengan praktik semacam ini, AS telah melanggar prinsip dasar pacta sunt servanda yang menjadi inti hukum internasional dan hubungan internasional.
ADVERTISEMENT
Pacta sunt servanda adalah prinsip yang mensyaratkan bahwa kesepakatan yang telah ditandatangani harus dipenuhi.
Ketidakadilan dan ketidakbebasan dalam sistem moneter ini secara aneh dan misterius masih diterima oleh negara-negara di dunia sebagai sistem moneter internasional yang menentukan hajat hidup orang banyak.
Sistem ini merusak tatanan pasar yang bebas dan adil karena setiap persetujuan yang mensyaratkan bahwa emas hanya dapat dijual dengan dolar AS merupakan pelanggaran terhadap pasar yang bebas.
Dan karena dolar AS tidak dapat lagi ditukar dengan emas maka hal itu juga merupakan pelanggaran terhadap pasar yang adil.
(bersambung)