Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
New Normal sama sekali bukan Normal
28 Mei 2020 11:41 WIB
Tulisan dari Transport For Jakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kondisi transportasi massal di Jakarta di 3 bulan terakhir ini berubah drastis. Penumpang TJ, MRTJ, LRT dan demikian juga KRL turun antara 80-90%. Trend yg sama di berbagai belahan dunia. Tentu ini dampak PSBB dan tidak menggembirakan bagi transportasi massal. Namun demikian ada banyak juga manfaat yang dihasilkan dari situasi ini. Ternyata langit Jakarta mendadak jadi bersih. Gunung bisa kelihatan. Dan data di dunia menunjukkan, emisi CO2 turun 17%.
ADVERTISEMENT
Bisakah itu kita pertahankan? Namun bagaimana dengan nasib transportasi massal yang turun drastis penggunanya tadi? Dalam talkshow Dr . Agung Wicaksono mantan direktur utama PT Transjakarta yang sekarang menjadi Dosen di Center for Policy & Public Management SBM ITB Kampus Jakarta
Sementara itu “New Normal” adalah sama sekali BUKAN NORMAL. Itu baru salah satu dari 4 skenario -menurut versi BUMN- sebagai kemungkinan2 yang dapat terjadi. Bergantung dari vaksin bisa ditemukan tidak, dan perilaku masyarakat bisa diatur tidak. Skenario lain adalah Donkeyman (meski ada vaksin, tapi perilaku tetap tidak sesuai protokol), bahkan Deathzone (tak ada vaksin, perilaku pun tak mendukung). Tentu idealnya adalah “Life Full of Hope” ketika sudah ada vaksin dan perilaku masyarakat bertanggung jawab sesuai protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Situasi New Normal saya lebih suka menyebutnya bukan “Newno” tapi “Parno”.
Situasi beraktivitas kembali, tapi harus lebih “parno” dalam bertindak dan berperilaku. Termasuk dalam bertransportasi massal.
Jadi, jangan berpikir bahwa naik transportasi massal, termasuk juga standard operasional dari operator, akan kembali seperti sebelum Covid19.
Prinsip yang diterapkan adalah ASI. Bukan minum Air Susu Ibu, meskipun ASI-lah yang biasanya berperan membangun imunitas bayi. Tapi ASI yang akan membantu menjaga imunitas kita dalam situasi “Parno” dalam bertransportasi
si massal ini adalah:
AVOID - travels, except only for essential.
SHIFT - to less human contact modes of transport. utamanya Walk, Bike, dan , sayangnya jika tidak bisa, maka kendaraan pribadi dulu. Menhubnya Inggris sudah menyarankan demikian. Namun menariknya, Walikota London malah akan mengutamakan Termasuk meningkatkan tarif congestion charge alias ERP.
ADVERTISEMENT
IMPROVE - cleanliness, quality, and safety & health standard di dalam transportasi (ini nanti saya akan jabarkan). Sebagian sudah dijalankan dengan baik oleh MRTJ, TJ, LRTJ, KRL, namun ingat, harus tetap Parno dalam berkendaraan unum massal karena itulah New Normal.
Pada akhirnya, keberpihakan kebijakan pemerintah harus menentukan. Meskipun warga disarankan SHIFT ke kendaraan pribadi jika mampu, namun harus dibuat lebih mudah juga dukungan bagi transportasi publik.
Pemotongan PSO transportasi publik di APBD DKI sebesar 50% tidak menunjukkan dukungan itu. Bagaimana nasib JakLingko sebagai program andalan Gubernur Anies Baswedan, kalau anggarannya dipotong setengah? Bagi TJ, PSO dipotong dari 3,2 T menjadi 1,9T, padahal biasanya setengah dari PSO itu adalah untuk bayar operator. Sekarang, Tj masih berupaya untuk menjaga SDM operator utk berpenghasilan meskipun bus sedang dan mikro tidak dijalankan. Namun kalau anggaran dipotong setajam itu, bagaimana masa depan transportasi massal di masa pascaCorona?
ADVERTISEMENT
Justru di saat krisis CoVid inilah, kesempatan untuk kita membangun masa depan transportasi massal yang lebih kuat lagi. Bukan dengan mengurangi dukungan anggaran, namun dengan menguatkan. Agar transportasi massal bisa minum ASI tadi. Terutama yang kedua, SHIFT ke arah Pedestrian dan Cycling jika mungkin, dan yang ketiga untuk IMPROVE kualitas layanan dan kebersihan, memungkinkan penerapan protokol distancing sebisa mungkin 2 meter, selalu bermasker, disinfektan sesering mungkin, dan menjaga jumlah armada agar frekuensi memungkinkan distancing dengan kapasitas max 50%.
Pada akhirnya, selain Supply Management juga perlu Demand Management. Dan New Normal dalam hal ini adalah, untuk perusahaan meneruskan sebisa mungkin pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah, untuk mengurangi commuting karyawan, dan mengefisienkan operasionalnya. Dengan demikian juga “work life balance” bisa dilakukan tanpa harus memisahkan tempat work dan tempat life. Manusia harus semakin bertanggung jawab dan disiplin, tetap bekerja di manapun meskipun tidak harus di hadapan atasan. Dan karenanya, tidak harus selalu commute setiap hari. Sehingga kapasitas transportasi massal akan berubah, tak sepadat sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Itulah the New Normal. Sama sekali tidak normal, karena harus “Parno” dalam berkendaraan umum massal, sama sekali tidak business as usual karena perusahaan harus terus melakukan transformasi cara bekerja digital, dan sekaligus harus ber-ASI dalam bertransportasi agar akhirnya sampai kita bisa menemukan vaksin yang membuat jadi kebal.
Talkshow dilakukan pada tanggal 22 Mei 2020 pukul 16.00-17.00 di live instagram Forum Diskusi Transportasi Jakarta dengan host Fagra Hanif
Editor : Adrianus Satrio Adi Nugroho