Konten dari Pengguna

Senjata Pemusnah Massal di Irak: Dalih atau Kenyataan?

FPCI Chapter UII
Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) is a non-profit, non-partisan, non-politic and independent foreign policy organization established to discuss and introduce international relations issues to many relevant actors in Indonesia.
9 Februari 2025 16:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FPCI Chapter UII tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Negara Irak Setelah Invasi Tahun 2003 Source: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Negara Irak Setelah Invasi Tahun 2003 Source: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Invasi Irak yang terjadi pada tanggal 19 Maret 2003 diawali ketika Amerika Serikat (AS) bersama sekutunya melaksanakan serangan militer ke Irak. Serangan ini dipimpin oleh Presiden George W. Bush dengan latar belakang menjatuhkan rezim Saddam Hussein karena dianggap sebagai pelanggar hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT
Jatuhnya rezim Saddam diyakini akan membawa demokrasi dan perdamaian di wilayah tersebut. George W. Bush juga beranggapan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal (weapons of mass destruction). Invasi ini merupakan bagian dari strategi Amerika Serikat dalam melancarkan war on terror atau peperangan melawan terorisme setelah serangan teroris pada 11 September 2001.
Serangan 11 September 2001 atau yang lebih dikenal sebagai 9/11, adalah serangkaian serangan teroris yang dilakukan oleh kelompok ekstremis Islam Al-Qaeda terhadap Amerika Serikat. Serangan yang menelan hampir 3000 korban jiwa ini menjadi titik awal kebijakan luar negeri AS paling kontroversial yang diinisiasi oleh George W. Bush yaitu “perang melawan teror”.
Setelah 9/11 AS menyalahkan Al-Qaeda yang pada saat itu dipimpin oleh Osama bin Laden. Namun Taliban memberi perlindungan kepada Al-Qaeda dan AS melancarkan Operation Enduring Freedom untuk mengakhiri perlindungan kepada teroris dan memberi stabilitas di Afghanistan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, operasi ini dianggap sia-sia dikarenakan Osama bin Laden tidak kunjung ditemukan. Oleh karena itu, AS pun mulai mengaitkan Irak dengan perang melawan terorisme dengan alasan Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal dan hal ini dapat menjadi ancaman bagi keamanan dunia. Tak hanya itu AS pun beranggapan bahwa invasi ini sebagai bentuk pembebasan rakyat Irak atas kediktatoran Saddam Husein.
Terdapat kepentingan geopolitik dan ekonomi juga yang mendasari invasi Irak dimana menurut beberapa ahli AS ingin menguasai minyak Irak dengan mendirikan pangkalan militer di Irak untuk membangun dominasi di Timur Tengah dan pada akhirnya mengontrol pasokan minyak untuk membangun kontrol pada negara yang bergantung dengan minyak serta untuk menghilangkan ancaman terhadap Israel yang ditimbulkan Irak.
ADVERTISEMENT
Menghilangkan Ancaman Saddam Hussein adalah salah satu alasan yang sering diangkat karena invasi Irak bertujuan menghilangkan salah satu musuh utama yaitu Israel di kawasan Timur Tengah. Saddam Hussein juga dikenal sebagai sosok yang “anti-Israel” dan standar ganda lain yang terang-terangan ditunjukkan oleh AS adalah dengan membebaskan Israel dari berbagai resolusi PBB serta Saddam Hussein aktif dalam memberikan dukungan terhadap kelompok-kelompok yang berlawanan dengan Israel.
Dengan jatuhnya rezim Saddam Hussein, maka ancaman terhadap Amerika Serikat akan berkurang. Oleh karena itu, dampak dari invasi Irak pun masih dirasakan sampai saat ini, tidak hanya oleh rakyat Irak tetapi negara yang berada di kawasan Timur Tengah juga. Mulai dari ketidakstabilan politik, krisis ekonomi, hancurnya infrastruktur, munculnya kelompok radikal seperti ISIS, sulitnya kerja sama regional dan fenomena Brain Drain yang mana tenaga profesional terdidik seperti dokter, guru, profesor banyak yang terbunuh atau meninggalkan Irak untuk mengungsi ke luar negeri sehingga mengakibatkan hilangnya sumber daya manusia dalam membantu pembangunan negara secara holistik melallui bidang keilmuan.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, Invasi yang berawal dengan keyakinan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal ini pun tetap berakhir dengan tidak ditemukannya bukti yang mendukung klaim tersebut. Meskipun tujuan awalnya adalah untuk melawan teroris dan mengakhiri ancaman dari Saddam Hussein dan mempromosikan demokrasi, hasilnya menunjukkan bahwa tindakan tersebut menghasilkan ketidakstabilan jangka panjang yang terus berlanjut hingga saat ini.
Daftar Pustaka:
Malang B.S. Bojang (2016). The Hidden Agenda Behind the Invasion of Iraq: The Unjust War Over Iraq in 2003. Central European Journal of Politics, 2(2). https://www.researchgate.net/profile/Malang-Bojang/publication/318726424_The_Hidden_Agenda_Behind_the_Invasion_of_Iraq_The_Unjust_War_Over_Iraq_in_2003/links/597a4997a6fdcc61bb07583a/The-Hidden-Agenda-Behind-the-Invasion-of-Iraq-The-Unjust-War-Over-Iraq-in-2003.pdf
Malang B.S. Bojang (2016). The Hidden Agenda Behind the Invasion of Iraq: The Unjust War Over Iraq in 2003. Central European Journal of Politics, 2(13). https://www.researchgate.net/profile/Malang-Bojang/publication/318726424_The_Hidden_Agenda_Behind_the_Invasion_of_Iraq_The_Unjust_War_Over_Iraq_in_2003/links/597a4997a6fdcc61bb07583a/The-Hidden-Agenda-Behind-the-Invasion-of-Iraq-The-Unjust-War-Over-Iraq-in-2003
ADVERTISEMENT
Enemark, C., & Michaelsen, C. (2010). Just War Doctrine and the Invasion of Iraq. Australian Journal of Politics and History, 51(4), 545–563. https://www.researchgate.net/publication/227691763_Just_War_Doctrine_and_the_Invasion_of_Iraq
Hinnebusch, R. (2007). The US Invasion of Iraq: Explanations and Implications. Critique: Critical Middle Eastern Studies, 16(3), 209–228. https://doi.org/10.1080/10669920701616443
Steele, J. (2006, March 24). The Iraqi brain drain. The Guardian; The Guardian. https://www.theguardian.com/world/2006/mar/24/iraq.jonathansteele