Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Queen Anne Revenge, Sahabat Berlayar dan Berpetualang Kapten Teach
27 Desember 2022 17:17 WIB
Tulisan dari Tegar Ridho Evanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam dunia bisnis, istilah flagship seringkali kita dengar ketika memilih suatu produk. Dari mulai hp hingga ke produk elektronik dan transportasi pun tidak luput dari istilah ini. Flagship diartikan sebagai produk unggulan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang memiliki kualitas dan fitur terkini. Namun, penggunaan istilah flagship pada awalnya tidak dipakai dalam dunia bisnis. Melainkan dalam dunia kemaritiman atau lebih jelasnya dipakai oleh para angkatan laut dan bajak laut.
ADVERTISEMENT
Istilah flagship diberikan kepada kapal yang digunakan oleh komandan dalam suatu armada angkatan laut. Pada zaman kapal layar, kapal yang memiliki buritan yang luas diberikan istilah flagship. Buritan ini berfungsi sebagai ruang rapat para kapten armada dan tempat staf laksamana untuk membuat rencana. Flagship ditujukan kepada kapal yang memiliki ukuran yang sangat besar, persenjataan yang banyak, dan cepat.
Berbicara mengenai flagship, terdapat suatu kapal yang kecepatan, kemegahan, dan keganasannya menjadi suatu legende dan ditakuti di lautan. Kegagahannya menjadi saksi bisu dari ambisi seorang kapten bajak laut dalam aksi perompakannya. Kapal tersebut dengan namanya, menjadi kidung yang terus dinyanyikan para pelaut, dan legende bagi para pendongeng.
La Concorde, Kapal Budak dari Nantes
Kapal Queen Anne's Revenge memulai pelayaran perdananya sebagai kapal privateer dari Prancis, yang diberi nama La Concorde. Selama Perang Ratu Anne (1702-1713) dan setelah peperangan tersebut, kapal La Concorde masih terus beroperasi sebagai kapal pengangkut budak dari Nantes, Prancis.
ADVERTISEMENT
Penelusuran sejarah dari kapal ini tertuang dalam suatu penelitian yang disusun oleh Jacques Ducoin (2001) dari arsip yang disimpan di Nantes, Prancis. Penelitiannya memberikan bukti sejarah yang meyakinkan bahwa Queen Anne's Revenge pada awalnya adalah kapal Prancis La Concorde.
Pembangunan kapal La Concorde diperkuat oleh informasi dari dokumen pemerintah Prancis yang mengatakan pembangunan kapal diakomodir oleh Montaudon, yang merupakan keluarga terkaya dalam hal perdagangan budak. Kapal ini pertama kali muncul pada tanggal 21 Juli 1710 sebagai kapal bertipe fregat dengan bobot 300 ton, dilengkapi dengan senjata sebanyak 26 meriam. Keluarga Montaudon banyak berinvestasi dalam kapal-kapal yang terlibat dalam perdagangan budak sepanjang abad ke-18.
Di bawah komando Kapten Le Roux, kapal kemudian melakukan pelayaran perdananya pada 21 Juli 1710 Dikarenakan gangguan cuaca, La Concorde harus mendarat di pantai barat Afrika di mana para awak kru menangkap beberapa budak. Karena lambung kapal yang bocor dan kebutuhan untuk perbaikan lainnya, La Concorde harus berlayar ke Martinique. Perjalanannya ke Karibia inilah yang membuat Kapten Le Roux memiliki kesempatan untuk menjual budak.
ADVERTISEMENT
Dua hari setelah penandatanganan Perjanjian Utrecht dengan Inggris yang mengakhiri Perang Ratu Anne. Terlepas dari gencatan senjata internasional, kapal dagang masih tidak aman dari ancaman bajak laut. Sehingga pemilik kapal melakukan alokasi dana besar-besaran untuk mengupgrade kapal dengan menyesuaikan senjata di kapal dengan tingkat ancaman. Sehingga dengan pelayaran perbudakan ketiganya, Montaudon telah mengurangi persenjataannya menjadi 14 atau 16 senjata karena menyesuaikan dengan tingkat ancaman.
Selain pengurangan meriam, La Concorde melakukan modifikasi untuk memiliki ruangan yang dialokasikan untuk kargo manusia. Untuk mencegah pemberontakan, kastil di buritan berfungsi sebagai area perlindungan bagi perwira.
Pada tanggal 22 Maret 1717, La Concorde meninggalkan Nantes menuju pusat perdagangan Afrika Barat Whydah pada pelayaran perbudakannya yang ketiga. Namun, ironisnya dalam perjalanan ini juga bertepatan dengan pelayaran yang dilakukan oleh Blackbeard dengan berbekal 6 sloop dan memimpin 70 orang awak kru.
ADVERTISEMENT
Pada pelayaran ketiganya ini La Concorde ditangkap oleh Blackbeard dan krunya di dekat pulau Martinique di Karibia. Kapten Prancis dan krunya melakukan sedikit perlawanan, walaupun kalah jumlah karena awak kru lainnya terserang penyakit. Hal ini memudahkan anak buah blackbeard untuk melumpuhkan mereka. Sebanyak 10 anggota awak kapal Prancis ditawan, namun kemudian membebaskan sisanya, termasuk juga para budak.
Sahabat Setia dalam Penaklukkan Samudra
Setelah diambil alih, kapal pengangkut budak ini kemudian dimodifikasi agar bisa menampung banyak persenjataan. Selain itu, kapal yang semula bernama La Concorde ini berubah menjadi Queens Anne Revenge yang merujuk kepada Ratu Inggris asal Skotlandia bernama Anne yang memerintah tahun 1665-1714. Nama Anne dipilih tidak lain karena Blackbeard merupakan seorang Jacobites.
ADVERTISEMENT
Melalui flagshipnya yang telah di modifikasi, Blackbeard menggunakannya sebagai alat intimidasi para korbannya agar menyerah, Selama beberapa bulan pada 1717-18, Blackbeard secara efektif menggunakan Queen Anne's Revenge untuk melakukan perompakkan di lautan Atlantik. Perampokan menjadi leluasa karena kapal yang dipersenjatai dengan baik ditambah dengan beberapa sloop yang lebih kecil dan lebih cepat sehingga menjadi kekuatan tempur yang substansial.
Queen Anne's Revenge yang telah diupgrade persenjataannya sehingga bisa menampung 40 meriam menjadikannya kapal yang setara dengan kapal kelas 5 Kerajaan Inggris. Hal inilah yang memotivasi Blackbeard melakukan aksi blokade terhadap Charlestown pada enam bulan kemudian. Untuk memperkuat armada, Blackbeard menggantikan kapal Bonnet dan menempatkan orang kepercayaannya Letnan Richards sebagai komando kapal revenge.
ADVERTISEMENT