Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Dominasi Republik Bajak Laut di Nassau pada Abad 18
22 Juli 2022 21:27 WIB
Tulisan dari Tegar Ridho Evanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak kita lihat beragam produk yang memiliki tema bajak laut didalamnya. Kita bisa menemukannya pada film dan video game. Berbicara mengenai bajak laut, salah satu produk video game yang menarik minat saya untuk menggali lebih dalam bagaimana sejarah dari para pelaut yang dikenal sangar dan kejam ini adalah Assassin's Creed IV: Black Flag.
ADVERTISEMENT
Pada seri Assassins’s Creed ini, Ubiosft selaku developer membawa pemain ke dunia pada abad 18 di sekitaran kepulauan di laut Karibia. Pada game ini kita memainkan suatu karakter protagonist yang bernama Edward Kenway dalam menuntaskan misi-misi yang diberikan grandmaster Assasins’s. Selama dipermainan, kita bisa mengunjungi pulau-pulau yang terdapat di sekitaran Laut Karibia Jamaica, Kuba, Tortuga, dan yang menjadi topik kita kali ini yaitu Kota Nassau yang sekarang menjadi bagian dari negara Bahama.
Terlepas dari begitu banyak unsur-unsur sejarah pada permainan ini, penulis tertarik untuk mengulas kota Nassau yang merupakan basis bagi para perompak karena memiliki nilai yang sangat strategis hingga mendeklarasikan terbentuknya Republik Bajak Laut.
Era bajak laut sewaan (privateers)
Kota Nassau didirikan pada tahun 1670 yang ditandai dengan kedatangan para penjajah Inggris. Kemudian, mereka membuat sebuah permukiman yang digunakan sebagai basis dari para perompak sewaaan (privateers) selama perang suksesi spanyol yang terjadi antara tahun 1701-1714.
ADVERTISEMENT
Selama berlangsungnya peperangan, masing-masing kerajaan membuat kebijakan untuk menyewa para perompak untuk menjadi bagian dari angkatan perang mereka dengan tugas menghancurkan kapal-kapal dagang milik musuh. Kebanyakan dari mereka merupakan para kriminal yang terlibat dalam kejahatan kecil dan terlibat pemberontakkan sosial dan politik. Mereka adalah pelaut, pelayan kontrak, dan budak pelarian yang memberontak melawan penindas mereka: kapten, pemilik kapal, dan otokrat perkebunan budak besar Amerika dan Hindia Barat.
Akan tetapi, berakhirnya perang pada tahun 1713 membuat puluhan ribu pelaut sewaan menjadi pengangguran. Angkatan Laut Kerajaan mengalami kebangkrutan akibat perang yang berlangsung selama dua belas tahun. Hal ini diikuti dengan angkatan perang yang didemobilisasi dan memberhentikan hampir tiga perempat tenaga kerjanya yang berjumlah lebih dari 36.000 orang, dalam dua puluh empat bulan pertama setelah penandatanganan Perdamaian Utrecht.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari nasib para perompak sewaan yang tidak menentu ini, tersiar kabar bahwa terdapat seorang privateers yang bernama Henry Aveny yang membajak kapal dagang dari Maroko yang mengangkut para jemaah haji di Laut Madagaskar. Henry Avery sendiri merupakan seorang pelaut yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut selama tiga puluh enam tahun dengan menjadi bagian dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris, menjabat sebagai perwira junior di atas HMS Rupert dan HMS Albemarle.
Setelah melakukan serangkaian aksi pembajakan di Samudra Hindia, Henry mengunjungi Nassau pada tahun 1696 untuk mencari perlindungan. Namun, setelah mengetahui bahwa Perusahaan Perdagangan India Timur (EIC) melacak keberadaannya di Bahama, Henry kemudian melarikan diri dan menghilang. Selama di Nassau, dia menceritakan kisah suksesnya dalam menghindari tangkapan dari angkatan laut Inggris. Sehingga menjadi inspirasi bagi para bajak laut pada generasi selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Jaringan Bajak Laut Nassau
Terbentuknya Republik Bajak Laut ini bisa kita telusuri dari tahun 1713, di mana dua mantan privateers yaitu Henry Jennings dan Benjamin Hornigold pergi ke Bahama untuk mencari perlindungan. Kondisi Bahama yang dipimpin oleh pejabat Inggris yang lemah dan mayoritas penduduk kota Nassau merupakan para perompak, menjadikan hal ini sebagai faktor pendorong bagi kedua orang ini untuk mendeklarasikan berdirinya Republik Bajak Laut dan menjadi penguasa tidak resmi Nassau.
Kota ini menjadi tempat perlindungan bagi bajak laut karibia terbesar lainnya pada zaman itu. Kita bisa menemukan beberapa legenda bajak laut seperti Charles Vane, Calico Jack' Rackham, Anne Bonny, Mary Reed, dan Edward Teach. Bersama-sama, para legenda ini bersatu dan membentuk jaringan bajak laut yang dikenal sebagai The Flying Gang dan melakukan teror di New Providence dengan menyerang kapal-kapal dagang milik Spanyol selama hampir lima tahun.
ADVERTISEMENT
Runtuhnya Republik Bajak Laut Nassau
Pada 1717, para The Flying Gang menguasai perairan Karibia, kehadiran mereka mendatangkan malapetaka bagi kapal-kapal dagang. Dari sana perompak mendapatkan kekayaan dari kapal yang mereka bajak. Pemerintah Kerajaan Inggris kemudian menyadari bahwa kehadiran The Flying Gang ini harus segera dihentikan. Karena pembajakan atas kapal-kapal dagang Inggris ini menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar dan mengganggu kepentingan Inggris di Laut Karibia.
Upaya Kerajaan dimulai pada tanggal 5 September 1717. Dengan dikeluarkannya dekret yang bernama “The King’s Pardon” oleh Raja George I. Dekret ini menjadi suatu cara diplomatis untuk menumpas para perompak, karena akan menimbulkan risiko korban jiwa apabila melalui pendekatan militer. Dekret ini berisi pengampunan bagi para perompak yang menyerahkan dirinya kepada Pemerintah Inggris.
ADVERTISEMENT
Langkah selanjutnya adalah meneruskan isi dekret ini kepada para perompak dengan menunjuk Wooden Roger untuk melakukan misi diplomasi di Nassau. Pada tanggal 6 Januari 1718, kapten Inggris Woodes Rogers diangkat menjadi Kapten Jenderal dan Gubernur Kepala Nassau, yang secara efektif mengakhiri dominasi bajak laut di Bahama dan meruntuhkan pemerintahan Republik Bajak Laut. Mayoritas perompak yang tinggal di Nassau pada saat itu menerima pengampunan dari Raja. Tidak terkecuali Henry Jenning dan Hornigold yang justru berbalik memburu para bajak laut yang tersisa seperti Edward Teach, Charles Cane, dan Bellamy.
Untuk mengatasi para bajak laut yang menolak pengampunan ini, Roger melakukan aksi blokade di pantai-pantai Bahama. Namun, Edward Teach dan Charles Vane masih bisa untuk melakukan perlawanan terhadap Angkatan Laut Inggris dan bertahun-tahun masih menjadi teror. Hingga pada akhirnya, para legenda bajak laut ini tewas dalam petualangannya masing-masing. Jaringan bajak laut The Flying Gang kemudian dibinasakan secara penuh pada 1721 melalui serangkaian operasi militer.
ADVERTISEMENT