Konten dari Pengguna

Rumah Pasionis di Bukit Celio, Roma

Fransiskus Nong Budi
Budi merupakan seorang imam Katolik Roma. Anggota biarawan Kongregasi Pasionis (CP) dari Provinsi Maria Regina Pacis (Indonesia). Ia bertugas di Melbourne, Australia.
15 Agustus 2024 13:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fransiskus Nong Budi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Salah satu taman yang tampak dari sebuah jendela kamar di biara Pasionis (Sumber: dokumen pribadi penulis).
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Salah satu taman yang tampak dari sebuah jendela kamar di biara Pasionis (Sumber: dokumen pribadi penulis).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di atas fondasi domus, rumah-rumah Romawi yang terletak di bawah Basilika, dibangunlah sebuah oratorium pertama kali, yang kemudian diikuti dengan pembangunan basilika. Tempat ini memiliki makna sejarah yang mendalam karena merupakan lokasi di mana dua saudara prajurit, Yohanes dan Paulus, menjadi martir pada masa Kaisar Yulianus si Murtad (+ 363).
ADVERTISEMENT
Di samping basilika, didirikan pula bangunan untuk menampung para pengikut kultus para martir serta mereka yang bertugas merawat bangunan-bangunan suci tersebut. Namun, informasi mengenai bangunan-bangunan ini dan para pengelolanya sangat minim hingga sekitar tahun 1000. Yang diketahui hanyalah bahwa tempat tinggal religius pertama dibangun di sebelah utara basilika, meskipun jejaknya hanya sedikit karena bangunan ini kemudian menyatu dengan struktur lain di Basilika.
Dokumentasi yang lebih rinci baru muncul setelah tahun 1118, saat pemugaran dan perluasan biara selesai. Biara ini meluas hingga ke menara lonceng dan memanfaatkan struktur kuat dari Claudianum, yang merupakan sisa-sisa Kuil Claudius. Pekerjaan pemugaran ini dipimpin oleh Kardinal Theobald, yang menjabat pada masa Paus Paschal II (1099-1118), setelah basilika dan biara tersebut mengalami kerusakan parah akibat penjarahan milisi Robert Guiscard pada tahun 1084.
ADVERTISEMENT
Perubahan arsitektur yang mengadopsi gaya Sistersien, serta yurisdiksi klerus basilika yang berada di bawah Biara Casamari, memberikan informasi penting tentang komunitas monastik yang pernah tinggal di sini. Namun, pada abad ke-15, ketika kota ini mengalami kemunduran serius, basilika dan biara ini mengalami kerusakan yang semakin parah, dan para biarawan yang tersisa tidak berdaya untuk menyelamatkannya.
Kardinal Latino Orsini, pemegang gelar basilika saat itu, menggantikan para biarawan dengan frater Gesuati dari Beato Giovanni Colombini dari Siena. Beato Antonio Bettini (+ 1487) mendirikan dan memimpin komunitas pertama di Bukit Caelian. Para Gesuati tinggal di sini dari tahun 1454 hingga 1668, menjalankan pelayanan yang khas, yang kemudian berkembang menjadi sebuah Ordo. Mereka dikenal dengan karya-karya amal serta bantuan bagi yang termiskin dan paling membutuhkan, terutama selama wabah dan kelaparan. Mereka juga dikenal sebagai "Bapa Acquavite" karena larutan sulingan yang mereka buat dan digunakan sebagai disinfektan dan pewangi. Pada periode 1624–1630, komunitas ini terdiri dari 50 orang religius dan biara ini mencakup dua halaman, kebun sayur, kebun buah-buahan, dua sumur, dan sebuah tangki air, serta tanah dan bangunan lain di sekitarnya. Namun, pada tahun 1668, Ordo Gesuati dibubarkan oleh Klemens IX.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, antara tahun 1668 hingga 1671, tampaknya ada biarawati Karmelit (Filippine) yang tinggal di sini, kemudian diikuti oleh biarawan Dominikan dari Inggris dari tahun 1671/2 hingga 1697. Komunitas ini terus berkurang hingga kedatangan para Vincentian pada tahun 1697.
Para Dominikan Inggris diundang oleh Kardinal Philip T. Howard dari Norfolk, O.P. (+ 17 Juni 1694, Roma) untuk mendirikan sebuah Perguruan Tinggi di Santo Yohanes dan Paulus, namun rencana ini tidak pernah terwujud. Kardinal Howard melakukan perubahan besar pada bangunan-bangunan monastik, terutama di area pintu masuk utama yang sekarang. Kemudian, Paus Innosensius XII (Antonio Pignatelli) memberikan Santo Yohanes dan Paulus kepada putra-putra Santo Vincentius a Paulo, yang dikenal sebagai Vincentian atau Bapa Misi, "untuk mempersiapkan seminaris muda—untuk novisiat dan fungsi lainnya yang membutuhkan lebih banyak ketenangan".
ADVERTISEMENT
Komunitas ini juga memiliki kebun dan pendapatan yang cukup untuk menjamin kehidupan komunitas, yang sebagian besar terdiri dari para religius dalam masa formasi. Mereka melayani basilika dan para peziarah. Pada awalnya, komunitas ini terdiri dari 19 orang religius yang terdiri dari imam, siswa, dan saudara religius.
Akhirnya, pada tahun 1773, para Passionis tiba. Setelah pembubaran Serikat Yesus (Jesuit), para Vincentian memutuskan untuk pindah ke gereja dan novisiat Jesuit sebelumnya di Sant'Andrea al Quirinale, sebelum akhirnya dipindahkan ke San Silvestro al Quirinale. Pada 9 Desember 1773, Paulus dari Salib bersama 17 rekannya, yang sebelumnya tinggal di Hospis Salib Suci di Via San Giovanni di Laterano, mengambil alih bangunan tua yang terhormat ini dan segera mulai menjalankan jadwal komunitas sesuai dengan Aturan Institut.
ADVERTISEMENT
Selain melayani di Basilika dan menerima peziarah, komunitas religius di "Celimontana" ini juga mengabdikan diri untuk melayani seluruh Kongregasi sebagai Pusat Umum. Mereka juga tidak mengabaikan kegiatan berkhotbah, baik di kota maupun di pedesaan sekitar Roma. Mereka juga melayani di Rumah Sakit San Giovanni yang terletak di dekatnya. Pelayanan mereka selalu dihargai dan sangat diminati.