Ketimbang selimut, balsam adalah perangkat yang paling menentukan kenyamanan tidur Hajara. Barang yang satu itu selalu terselip di bawah bantalnya, seperti pusaka. Setiap malam tiba, sesaat sebelum tidur, dia tidak pernah absen melakukan ritual tolak bala: melumuri dua lubang hidung dengan balsam otot.
“Kalau malam memang busuknya berlebihan, lebih menusuk dari tahi kucing,” kata wanita baya itu. “Pakai balsam pun tetap tembus!”
Di teras rumah beratap daun kelapa, Hajara sedang berkumpul dengan beberapa orang dewasa. Sore itu, semua manusia yang tinggal di sana menjalani hidup yang wajar dan tampak memiliki hidung yang sama, kecuali saya. Waktu pertama kali tiba di sana, sulit untuk tidak kaget dengan bau aneh yang menyapa dan tidak mau berhenti meneror hidung. Seperti masuk ke dimensi tangki septik, bau tahi di mana-mana.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814