Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Post Pilkada dan Goes Native plus Java
21 Mei 2017 22:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Frans Thamura tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia sudah berubah, post pilkada membuat Indonesia masuk era baru, karena pilkada paling brutal dalam sejarah Indonesia, dan ribuan lilin dibakas untuk AHOK, tetapi permainan belum selesai.
ADVERTISEMENT
Kasus yang sama dengan teknologi yang memunculkan bahasa-bahasa baru, yang berloncatan dari satu platform ke platform lain dan berlabuh di native.
Angular memungkinkan mengembangkan aplikasi jadi native, tidak hanya berbasis javascript semata. ReactNative juga melakukan hal sama.
Kotlin yang baru diangkat sebagai "bahasa resmi Android", sebuah "politik" kekuasaan teknologi, dan "agama" baru karena Google dianggap dewa oleh beberapa orang. Juga memungkinkan menjalankan di native via LLVM. Ini blognya.
Yang tidak jelas itu Java dalam context bahasa, tidak kemana-mana hanya untuk dirinya, berlomba2 orang untuk menggantikannya, dari Groovy, Scala, Kotlin.. Groovy berlabuh di JCP.. Scala tidak ada kabar mau ke JCP, Kotlin dengan bisa native, sepertinya akan dunia sendiri.. dan Java akan tetap seperti ini sampai 10 th lagi..
ADVERTISEMENT
Tetapi dibalik semua kehebatan ini, sebenarnya berita ini tidak dapat saya dapat update lagi, setelah teman saya, Joshua Bloch tidak di Google,karena kasus 9 baris code yang sama antara Java dan Android.
Perlu 10 tahun, Google membuat runtime Android, mulai dari dalvik, ART (Android RunTime), sampai akhirnya di Nougat kembali ke Java, mengadopsi OpenJDK 8, memasukan Lambda kedalam Android.
Kasus ini menjadi menarik, karena kotlin (dibuat bukan oleh Google, tetapi JetBrains), dan Google menggantungkan Android IDE ke mereka, dengan Android Studio-nya, menjauh dari Eclipse dan membuat kita semua perlu RAM besar untuk memulai. Mekanisme membuat aplikasi yang tidak console friendly.. Padahal kami di dunia Java, menyukai console, sepertinya berbondong2 suka CLI (Docker apalagi).
ADVERTISEMENT
Arah inovatif semu terjadi, sebuah perusahaan yang dibanggakan inovatif, kembali ke platform yang bukan miliknya. Bagaimana dengan GMail, GCalendar dkk yang menggunakan Java (Google memiliki tim membuat OpenJDK sendiri, saya sempat bertemu mereka di Mountain View, dan patch patchnya disumbang ke OpenJDK, tetapi distop setelah Oracle menuntut Google atas kasus Android).
Jadi sebenarnya Google bisa membuat kekacauan Java dengan membuat OpenJDK binary, inget OpenJDK tidak keluar sebagai binary, Oracle mereleasenya dalam versi Oracle JDK (plus beberapa propietary).
Selain itu Google mengangkat evangelist Android menjadi GDE( Google Dev Expert), bkan Android Champion. Implementasi yang aneh, memasukan dalam "company brand", dan tanpa imbuhan, misalnya GDE-Android, GDE-Angular, kenapa?
Dengan adanya JVM didalam Android Nougat keatas, dan java.xxxx didalamnya, bagaimana Android didunia JCP, standard JSR apa yang ditemukan, atau Android menjadi layer terpisah dengan ekosistem Java. sesuatu yang aneh bagi dunia perJava-an, tetapi itu terjadi. Google dan Oracle, bagi saya 2-2nya gila, unrelevance company, tapi dalam kasus ini Oracle lebih gak relevan :). Agak lucu untuk sebuah perusahaan dg 500b capitalization, gagal membuat VM :)... Hai hai Sun Microsystems.
ADVERTISEMENT
Inget didunia Java, sekarang ada rebelion Java bernama JavaEE Guardian, silahkan ke webnya disini.
Android memang lebih mudah dilihat public karena dipakai oleh semua orang dimuka bumi (hampir semua).
Hanya kita melihat secara ecosystem, ini broken, Google telah membroke sebuah inovasi, menggeserkan menjadi Google Ecosystem, tetapi ternyata sebesar Google juga Ilham tidak datang selalu, buktinya Nougat kembali ke JVM.. hai hai jvm.
Dan otomatis spesifikasi didalamnya dibawah JCP, ini bukan sebuah yayasan seperti yang sekarang ramai (nodejs ke node foundation, dotnet juga, R juga), JCP tetap di tarh di Oracle dengan dilindungin paten software amerika. Sebuah proteksi yang sempurna untuk komersialisasi bagi yang tidak paham dan gak mau pusing.. Siapa diantara pembaca yang dikirim invoice untuk bayar ratusan ribu US$ karena pakai Java.. setelah lebih dari 20 th gratis, tis-tis gak pernah bayar.
ADVERTISEMENT
Dunia Google adalah, lo pakai cloud API gue, dan buat diatas Android or Web., tapi inget solusi tidak disana.
Saya personaly sedang melirik Go, sebagai bahasa yang ringan, karena beberapa network application saya pakai itu. tetapi apakah Go akan mengisi segment Java (JavaEE khususnya, ESB), atau akankan ada yang buat versi Hadoop dari Go, saya melirik Minio sebagai S3 container, menarik ini. Walaupun ada pemain lain Erlang dengan produk yang kami pakai yaitu Rabbit MQ.
Tahun ini resmi saya 20 tahun, sejak Richard Tirtadji memanasi saya dengan PERL di ruangan Pak Anwar, dg proyek KingRichard-nya, terus ke PHP, tetapi sebuah email dari Rasmus (founder PHP di php4-beta), membawa saya kemari. Padahal sudah hambis semua gaji saya selama kerja di 1997-1998 untuk ujian, ambil banyak ujian. Yang menarik kasus dg Richard adalah, 10 th setelahnya saya membuat satu PT dengan Arief Sentosa, dan Jeff, namanya PT Centro Inti Selaras, atas nama "etika bisnis" saya keluar, untuk menjaga nama saya di PT Intercitra, tetapi lucunya beberapa tahun setelahnya, lahir Kiostix dibawah PT ini, dan Richard CTO-nya. haha kecelakaan yang gila.
ADVERTISEMENT
Sekarang sudah lebih dari 8 tahun berjuang membuat brand sendiri, tech sendiri, dan ecosystem sendiri, disebuah negara yang belum siap berswasembada IT.. kita lihat hasilnya dalam beberapa tahun lagi... hai hai Meruvian.
Apakah brand yang kamu angkat didalam hidupmu, apakah kamu hanya mau pakai brand orang? Sejelek2nya rebranding lah.. atau ganti kulit..