Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
Konten dari Pengguna
Nepotisme di Dunia Kerja: Ketika Orang Dalam Menghancurkan Meritokrasi
17 Maret 2025 11:57 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Frans Bangun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Frans Panalamenta Bangun

Dunia kerja seharusnya menjadi wadah bagi individu untuk berkembang berdasarkan kemampuan, usaha, dan prestasi mereka. Prinsip ini dikenal sebagai meritokrasi, yaitu sistem yang menilai dan memberikan penghargaan kepada seseorang berdasarkan kapabilitas dan pencapaiannya. Namun, dalam praktiknya, meritokrasi sering kali dikalahkan oleh nepotisme.
ADVERTISEMENT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nepotisme adalah tindakan memilih saudara, teman, atau kerabat sendiri untuk memegang jabatan tertentu tanpa memperhatikan kemampuannya. Praktik ini sangat umum terjadi dalam berbagai sektor, baik swasta maupun pemerintahan. Perekrutan atau promosi kerja lebih banyak ditentukan oleh kedekatan personal dengan atasan daripada kompetensi individu.
Fenomena ini tidak hanya menciptakan ketidakadilan dalam dunia kerja, tetapi juga membawa dampak jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM), efektivitas organisasi, dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana nepotisme merusak sistem kerja yang sehat dan mencari solusi untuk mengatasinya.
Nepotisme: Budaya yang Mendarah Daging dalam Dunia Kerja
Nepotisme dalam dunia kerja bukanlah fenomena baru. Di Indonesia, praktik ini sudah menjadi bagian dari budaya dalam berbagai organisasi, mulai dari perusahaan kecil hingga institusi besar.
ADVERTISEMENT
Beberapa bentuk nepotisme yang sering terjadi di dunia kerja antara lain:
1. Rekrutmen Berbasis Koneksi, Bukan Kompetensi
Banyak perusahaan membuka lowongan kerja secara formal, tetapi pada akhirnya posisi tersebut sudah "dipesan" untuk seseorang yang memiliki hubungan dengan petinggi perusahaan. Akibatnya, kandidat yang lebih layak sering kali tersisih hanya karena mereka tidak memiliki "orang dalam".
2. Promosi Jabatan yang Tidak Adil
Seorang karyawan yang telah bekerja keras selama bertahun-tahun dengan pencapaian yang baik sering kali diabaikan dalam promosi jabatan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki hubungan dekat dengan atasan bisa dengan mudah mendapatkan posisi strategis meskipun kemampuannya lebih rendah.
3. Pengangkatan Keluarga atau Kerabat dalam Posisi Kunci
Di banyak perusahaan, terutama yang bersifat family business, jabatan penting sering kali diberikan kepada anggota keluarga tanpa mempertimbangkan kompetensi mereka. Hal ini juga terjadi dalam sektor pemerintahan, di mana pejabat tinggi sering kali membawa saudara atau kenalannya ke dalam struktur organisasi.
ADVERTISEMENT
4. Penyalahgunaan Wewenang oleh Pimpinan
Banyak pimpinan perusahaan atau instansi menggunakan kekuasaannya untuk memberikan keuntungan kepada orang-orang terdekat mereka. Hal ini menciptakan lingkungan kerja yang tidak profesional dan menghambat kesempatan bagi individu yang lebih kompeten.
Dampak Nepotisme terhadap Dunia Kerja
Nepotisme membawa dampak negatif yang luas, tidak hanya bagi individu yang dirugikan, tetapi juga bagi perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan. Beberapa dampak buruknya antara lain:
1. Menurunkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Ketika seseorang mendapatkan pekerjaan atau promosi bukan karena kemampuannya, tetapi karena koneksi, maka kualitas tenaga kerja secara keseluruhan akan menurun. Individu yang tidak memiliki kompetensi dapat menghambat perkembangan perusahaan dan menurunkan standar profesionalisme di tempat kerja.
2. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Tidak Adil
ADVERTISEMENT
Ketidakadilan dalam dunia kerja dapat menurunkan semangat dan motivasi karyawan. Mereka yang bekerja keras dan memiliki kemampuan tinggi akan merasa tidak dihargai jika mereka terus-menerus kalah dari orang-orang yang mendapatkan posisi karena nepotisme.
3. Menghambat Inovasi dan Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan yang dipenuhi oleh individu yang tidak kompeten cenderung mengalami stagnasi. Kurangnya tenaga kerja berkualitas akan membuat perusahaan kesulitan untuk berinovasi dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
4. Merusak Kepercayaan Publik terhadap Institusi
Dalam sektor pemerintahan atau perusahaan milik negara, nepotisme dapat merusak kepercayaan masyarakat. Publik akan semakin skeptis terhadap kredibilitas institusi yang lebih mengutamakan hubungan personal daripada profesionalisme.
5. Meningkatkan Risiko Korupsi
Nepotisme sering kali berjalan seiring dengan praktik korupsi dan kolusi. Orang-orang yang mendapatkan posisi karena koneksi cenderung lebih loyal kepada pihak yang memberikan mereka jabatan, bukan kepada perusahaan atau masyarakat yang mereka layani.
ADVERTISEMENT
Solusi: Membangun Budaya Kerja Berbasis Meritokrasi
Untuk mengatasi masalah nepotisme, perlu ada perubahan mendasar dalam budaya kerja dan sistem rekrutmen. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
1. Menegakkan Transparansi dalam Rekrutmen dan Promosi
Setiap lowongan kerja harus diumumkan secara terbuka dengan kriteria seleksi yang jelas. Proses seleksi harus dilakukan secara objektif dan melibatkan pihak independen untuk menghindari intervensi dari orang dalam.
2. Menerapkan Sistem Evaluasi Berbasis Kinerja
Penilaian karyawan harus dilakukan berdasarkan capaian kerja yang terukur, bukan berdasarkan hubungan personal. Sistem insentif dan promosi harus diberikan kepada mereka yang benar-benar berprestasi.
3. Memperkuat Regulasi dan Pengawasan
Pemerintah dan otoritas ketenagakerjaan harus memberlakukan regulasi yang lebih ketat terkait praktik nepotisme. Sanksi tegas harus diberikan kepada perusahaan atau institusi yang terbukti melakukan nepotisme dalam rekrutmen dan promosi jabatan.
ADVERTISEMENT
4. Meningkatkan Kesadaran tentang Profesionalisme dan Etika Kerja
Perusahaan harus menanamkan budaya kerja yang berbasis profesionalisme dan integritas. Karyawan perlu diberikan pemahaman bahwa keberhasilan dalam dunia kerja harus didasarkan pada kompetensi, bukan hubungan personal.
5. Membangun Sistem Pengaduan yang Efektif
Perusahaan dan lembaga publik harus menyediakan mekanisme pengaduan bagi karyawan yang merasa dirugikan oleh praktik nepotisme. Perlindungan harus diberikan kepada pelapor agar mereka tidak mengalami diskriminasi atau pembalasan dari pihak yang berkepentingan.
Nepotisme dalam dunia kerja adalah masalah serius yang dapat menghambat kemajuan individu, perusahaan, dan negara secara keseluruhan. Jika dibiarkan, praktik ini akan terus merusak sistem meritokrasi, menurunkan kualitas tenaga kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak adil.
ADVERTISEMENT
Sudah saatnya dunia kerja di Indonesia berubah. Meritokrasi harus ditegakkan sebagai prinsip utama dalam rekrutmen dan promosi jabatan. Setiap individu harus diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang berdasarkan kemampuan dan usaha mereka, bukan karena siapa yang mereka kenal.
Dengan komitmen bersama untuk menolak nepotisme, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil, profesional, dan berdaya saing tinggi.
Penulis Mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Unika Santo Thomas Medan