news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

BRICeritadariHongKong; Saya jatuh ditangan sindikat jual beli visa

Konten dari Pengguna
21 Mei 2018 2:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fransisca Setyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
isi cerita: seorang buruh migran indonesia yang terjerat masalah jual beli visa oleh majikannya. Kasus yang berlarut-larut tanpa kejelasan membuat Siska terlunta-lunta di Hong Kong. dak diperbolehkan bekerja dan tidak pula diizinkan untuk meninggalkan Hong Kong kembali pulang ke negaranya.
ADVERTISEMENT
Namaku Siska, seorang buruh migran yang bekerja di Hong Kong. Ingin berbagi sedikit cerita tentang kisahku mulai dari awal mula kehidupanku, kenapa memilih untuk bekerja diluar negeri sebagai domestic worker, sederetan masalah yang melilitku hingga membuat hidupku terkatung-katung dan terlunta-lunta selama bekerja di Hong Kong.
Tidak sedikit desas-desus yang mengatakan bahwa “bekerja diluar negeri itu enak”, “Gaji banyak”, “Kerjaan gampang,.. dan blah blah”. Hanya karena seorang buruh migran berhasil dari hasilnya bekerja diluar negeri. Paling sering didengar hanya hal yang baik-baik saja, sedangkan yang buruknya tidak pernah digubris sama-sekali. Menggiurkan memang membeli sawah dan ladang, membangun rumah, membeli sepeda motor, bahkan sampai berhasil menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi. “Gelar sarjana”!, katanya memamerkan bangga. Namun itu bukan jaminan bekerja diluar negeri adalah pilihan terbaik, karena kenyataan dibalik itu tidaklah seindah desas-desus yang tersebar.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan-keberhasilan itu tadi adalah keberhasilan yang harus dibayar dengan mahal. Faktanya adalah si buruh migran harus berpisah dari keluarganya, 2(dua) tahun air mata, gaji dibawah UMR, penyiksaan, penipuan, perbudakan, kebebasan yang dikekang dan bahkan nyawa sekalian. Dan hal yang seperti ini lumrah dan menjadi keharusan bagi setiap buruh migran. Keberhasilan yang pincang! sungguh tidak pantas untuk dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan.
Selama kurang lebih 5(lima) tahun aku bekerja di KL Boutique Hotel, Malang, Indonesia. Dengan penghasilan yang lumayan perbulannya. Namun sejatinya belum mampu mencukupi dan menutupi beban dan tanggungan hidup yang begitu berat. Bunda yang mulai menua, harus keluar masuk rumah sakit. Adik yang butuh biaya sekolah. Hutang Bank dengan bunga membengkak setiap bulannya.
ADVERTISEMENT
Rentetan cobaan hidup membuatku hampir-hampir tak bisa menikmati masa muda. “kenapa hidupku semenderita ini?”, desisku,..sampai kapan semua penderitaan ini akan brakhir!. Beberapa tahun ini saja belum menunjukkan perubahan yang berarti. Tidak pula menunjukkan perbaikan kearah yang lebih baik. Seperti mengharap mukjizat dari Allah SWT. Melihat teman bisa memiliki tabungan dari hasil kerjanya, Travelling kemana-kemana, membeli baju baru , perhiasan , bahkan membeli sepeda motor dengan jerih payah keringat sendiri. Itu semua membuatku sedikit iri dan mempertanyakan hidup; betapa berbedanya aku dengan mereka yang memiliki semuanya. Keinginanku memang ga muluk-muluk sih, selama masih bisa membantu keluarga itu sudah lebih dari cukup; karena aku memang tidak mungkin mendapatkan hal yang lebih. Boro-boro beli ini dan itu , bisa nyaur hutang Alhamdulillah.
ADVERTISEMENT
“Apa yang salah dalam hidupku?”, lagi-lagi pertanyaan yang sama selalu ku lontarkan pada diri sendiri. Semuanya sudah ku jalani, Mulai dari menjual biji kopi, keliling kampung. Menjadi tukang ojek pribadi. Jual sate usus yang kutitipkan di koperasi SMA setempat. Keliling jadi penjual roti di Alun-alun Kota Batu, Malang. Sampai jadi makelar buah pun sudah aku jalani. Membawa karung yang beratnya 60 kg, demi mengirit bensin, karung-karung itu terpaksa ku apitkan pada bagian depan kedua kaki ku dan sisanya dibagian belakang. Perjalanan pulang pergi sejauh 25 kilometer tidak membuatku patah semangat. Walaupun Setiap harinya harus ku habiskan dengan bekerja dan bekerja aku tetap bersyukur pada Sang Pencipta.
ADVERTISEMENT
“Bekerja sekeras apapun toh hasilnya sama saja!”, gerutuku. Aku bahkan tidak bisa membeli sesuatu yang berarti. Entah kenapa? sepertinya kesialan belum juga mau meninggalkan aku dalam kedamaian. Seharian aku lupa diri, kehilangan kendali,.. sumpek, pikiran menjadi kotor tidak bisa berpikir jernih.
Astaghfirullah! apa yang harus aku lakukan?, aku hampir-hampir tidak kuat dengan semuanya. Apa harus aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga diluar negeri?, timbangku dalam hati. “Mendapatkan gaji lebih banyak, barang dua atau tiga tahun. Walau harus berpisah dengan keluarga tercinta, sepertinya tidak akan menjadi masalah yang berarti buatku. Ketimbang bekerja disini,; seumur hiduppun belum tentu akan membuahkan hasil.
Baiklah! Bismillahirahmanirrahim “bekerja keluar negeri” sudah kuputuskan. Kuyakinnkan diri sendiri. Kumantabkan hati. Aku harus berhasil, harus berhasil, membayar semua hutang bank, mengumpulkan biaya untuk pengobatan Bunda dan biaya sekolah untuk adikku.
ADVERTISEMENT
“Iya! hanya dengan bekerja keluar negeri mampu menyelesaikan semua masalahku”. Seenggaknya bisa meringankan sedikit bebanku. “Bismillahirrahmanirrahim”, kumantapkan hati pada Allah SWT untuk kesekian kalinya.
Aku mulai mencari-cari informasi tentang cara bisa kesana ( bekerja diluar negeri). Teringat akan teman, Amina namanya. Aku dengar kabar kalau dia sudah bekerja di Hong Kong selama hampir 6(enam) tahunan. Aku mencoba menghubungi dia melalui akun facebook miliknya, dan Alhamdulillah ternyata berhasil.
“Assalamualaikum Amina, ini saya Febrina Fransisca yg dulunya kamu suka panggil ‘Siskanthul’, lama kita tak jumpa. Maaf sebelumnya, kali ini saya butuh informasi dan bantuan kamu mengenai kerja keluar negeri, ini nomer WhatsApp saya. “ Jika kamu tidak sibuk , mohon bersedia menghubungi saya, Trimakasih”.
ADVERTISEMENT
Begitulah awalnya usahaku mencari informasi tentang bagaimana seluk-beluk bekerja diluar negeri sebagai buruh migran.
Keesokan harinya, ada Whatsapp masuk dengan kode +852 diikuti 8 digit dibelakangnya yang isinya , “hei siskanthul apa kabar , kamu baik-baik saja kan?” Saya langsung membalas “Hei Amina trimakasih sudah merespon inbox saya semalem” kemudian saya menyimpan nomer baru itu. Tapi, saya kirim pesan hanya centang 1, artinya belum dibaca. Aku rasa mungkin dia sedang sibuk, baru pada malam harinya sudah nampak centang 2 dan berwarna biru serta muncul notice online. Aku coba untuk memulai percakapan lagi via Whatsapps. “ Bolehkah saya menelpon kamu ?” . Setelah melihat whatsApp ku, Amina dengan segera menelponku. Notifikasi panggilan masuk, dan aku tau itu dari Amina. Segera ku jawab; “Assalamualaikum, Amina,…. apa kabar? Terima kasih sudah mau meluangkan waktu menelpon”. Ucapku membuka percakapan kami.
ADVERTISEMENT
Percakapan terus berlanjut, ku ceritakan semua keluh kesahku tanpa melewatkan sesuatu apapun. Setelah selesai keluh kesah ku ceritakan pada Amina, aku langsung menanyakan informasi lowongan pekerjaan diluar Negeri. Amina dengan jelas memceritakan semua persyaratan secara detail. Dia bersedia membantuku secepatnya.
Persyaratan yang dia sebutkan tidak terlalu sulit, intinya harus bisa berbahasa inggris. Jadi dengan itu aku tidak perlu mengikuti proses di PT. yang lama dan berbelit-belit. Aku hanya ingin prosesnya dipercepat dan segera bekarja. Mengetahui itu, Amina sempat menawarkan proses yang saat itu dia sebut dengan “Calling Visa” berbarengan dengan ada majikan yang membutuhkan pembantu secepatnya. Tanpa berpikir panjang, tawaran itu segera ku “Iya” kan. Kemudian dia menginstrusikan untuk membuat passport secara mandiri , medical check-up , serta melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan sebagai persyaratan. Tidak sampai seminggu, aku telah menyiapkan dokumen-dokumen tersebut. Setelah itu kukirimkan semua persyaratannya via e-mail ke alamat agency yang berada di Hong Kong. Tiga hari setelah mengirim dokumen, pihak agency Hong Kong menghubungiku, untuk membuat perjanjian interview dengan calon majikan yang akan menghubungiku untuk keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, tepat pukul 4 WIB ada telepon masuk dengan kode +852; yang aku yakini adalah calon majikan yang telah disebutkan oleh agensi sehari sebelumnya. Kami melakukan tanya jawab menggunakan Bahasa Inggris. Mulai dari perkenalan hingga pertanyaan mengenai pengalaman dan lain sebagainya semua tanpa terkecuali dengan menggunakan Bahasa Internasional itu. Setelah percakapan via telepon dengan durasi 45 menit berlalu, akhirnya calon majikan menyetujui dan melanjutkan proses dengan segera.
Perasaan bahagia tidak bisa kupungkiri setelah interview berlangsung, “Alhamdulillahhirobbilaalamin ya Allah”, seraya bersyukur atasa nikmat yang telah Allah berikan padaku. Insyallah Allah SWT juga memudahkan semua jalan dan urusan-urusanku, Amin ya Robbalalamin.
Pada keesokan harinya pihak D&K agency memberitahukan, calon majikan sudah tanda tangan dan menyetujui kontrak. Singkatnya kurang lebih 1 bulan sudah bisa berangkat ke Hong Kong. Alhamdulillah tanggal 2 january 2016 document dan tiket sudah sampai dirumah. Dengan penerbangan pukul 8 pagi tanggal 5 january 2016 dengan pesawat Cathay Pacific. Persiapan yang hanya 3 hari harus memantabkan keberangkatan saya dan meninggalkan Bunda tercinta untuk sementara.
ADVERTISEMENT
Setiba di Hong Kong International Air port saya dijemput oleh salah satu pegawai dari D&K agency yg beralamatkan di Mongkok. Setelah semua persyaratan selesai saya calon majikan menjemput di agency. Dan mulai hari itu aku bekerja pada tuan Jack Mak. Alhamdulillah aku dimajikan pertama bisa bekerja sampai finish.
Masih ingin bekerja di Hong Kong, aku melakukan proses lagi untuk kontrak baru dan majikan baru. Melalui perantara salah seorang kenalan aku mendapatkan tawaran untuk bertemu langsung dengan calon majikan di North Point.
Melalui seorang kenalan teman, aku diajak langsung menemui calon majikan. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana awal kenaasan menimpa hidupku.
Berawal basa-basi perkenalan kami,… “ Hi’m Jenniffer”, calon majikan memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan dan aku pun menyambutnya dengan uluran tangan sekaligus menyebutkan nama; I’m Siska !
ADVERTISEMENT
Sejam interview calon majikan menyetujui untuk bekerja sama dengan kata menyetujui kontrak kerja kami.
Setelah tanda tangan kontrak sampai tunggu visa selesai, mulailah aku bekerja dirumah Jennifer. Pagi sebelum memulai kerja, karena hari pertama maka majikan memberitahukan tugas-tugas yang harus aku kerjakan. “Kamu harus selalu menuruti semua perintah saya karena saya adalah bos kamu dan dalam 3 bulan pertama tidak mendapatkan libur dan sementara passport , kontrak kerja saya bawa, karena masih harus bayar agency”tutur beliau. Karena kurangnya pengetahuan tentang hukum tenaga kerja di Hong Kong aku menyetujui dan mengiyakan.
Tanggal 16 juli 2017 Genap 1 bulan aku bekerja. Bulan pertama aku hanya mendapatkan sisa gaji sekitar $1000 . Majikan membebankan tiket pesawat padaku.
ADVERTISEMENT
Memasuki bulan ke 3 tepatnya pada tanggal 16 september 2017, Jennifer memerintahku untuk bekerja dirumah seseorang yang aku tidak tahu-menahu tentangnya. “tenang saja saya ini orang kaya dan punya banyak rumah jadi jangan khawatir dengan gajimu” itu kalimat yang sering diucapkan Jennifer padaku. Keesokan hari nya saya bersama majikan berangkat ke Wong tai sin , Lion Rise buildings. Sampai disana saya terkejut karena melihat rumah yang berantakan. Majikan mulai memerintahkan bersihkan ini , angkat itu , pindah barang , lap sampai bersih , membersihkan langit-langit rumah, sampai mengangkat hiasan patung yang terbuat dari batu. Pekerjaan yang diperintahkan Jennifer hampir-hampir tak mampu selesaikan tapi tetapkan ku paksakan diri untuk menjalankannya. Hari-hari kulewati dengan bekerja pada orang yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Memasuki bulan ke empat ku harapkan kalau gaji yang akan kuterima sudah harus sesuai UMR Hong Kong. Jauh diluar dugaan gaji, gaji yang terima tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan. Gaji yang seharusnya 4310 HKD, yang kuterima hanya $810. Mataku membeliak “What???..”dengan entengnya Jennifer menjelaskan “Rincian yg $3800 untuk bayar Asuransi $1500 dan $2300 untuk tiket keberangkatan kamu ketika berangkat ke Hong Kong”jawab majikan dengan Lantang.
Perdebatan terjadi malam itu karena jerih payah saya tak pernah dihargai. Saya marah tapi majikan saya hanya tersenyum. sambil saya mengusap dada dan berlinangan air mata. Saya pun menuju kelantai tempat saya tidur sambil tengkurap. Melihat air mata berlinangan Menda bergegas membisikkan kata-kata Sabar. Saya hanya menjawab ‘’kurang sabar bagaimana saya?’’. Kemudian menda memberikan segelas air putih kepada saya namun saya tidak menghiraukan dia. Saya hanya ingin tenang malam itu. Keesokan harinya saya diajak Majikan ke Mid level , Corona Tower untuk mengambil bantal , guling dan selimut ,serta saya akan dikenalkan dengan orang yang akan menyewa Apartmen nya, dengan tersenyum sambil membisikkan “Today i will change your name , i call you Lucky”. Saya pura-pura tidak merespon. Saya sempat menolak karena untuk menuju ke Midlevels harus naik Bus. Mabuk darat adalah penderitaanku sejak kecil.
ADVERTISEMENT
Petugas Apartmen yang ramah membukakan pintu utama tak lupa diiringi dengan menyebut nama majikan saya. “Mulut saya mencibir mengisyaratkan saya tidak suka” Tapi dalam hati saya berkata “Astaghfirullohhaladzim”. Petugas mengantarkan saya dan majikan ke lantai 6 yang kata majikan saya Apartemen Elit.
Tak lama kemudian majikan saya mempertemukan saya dengan Orang yang akan menyewa Apartemen. Perempuan yang bermake-up Glamour itu menatap mata saya sambil menyebut namanya “Lavender”, begitupun saya my name is Lucky. “berbohong itu dosa”dalam hati saya.
Majikan saya mulai menawarkan rayuan manisnya. “jika kamu menyewa apartment saya, saya akan memberi kamu bonus, lucky bisa membersihkan apartment kamu sekali dalam sebulan”Terang Jennifer majikan saya. Lalu Lavender setuju dengan bonus yang Jennifer berikan. Segeralah hari itu juga membuat perjanjian jual beli Apartmen. Majikan menyuruh saya pulang lebih awal. Sesampai dirumah saya istirahat sebentar karena perut berasa kurang enak dan kepala yang kliyengan. Tak lama kemudian telepon rumah pun berbunyi kring…kring…kring Menda segera mengangkat telepon. Setelah telepon ditutup Menda menyuruh saya pergi ke Bus stop untuk menjemput majikan saya. Perasaan kesal semakin membara. Rasa pilih kasih sudah nampak terlihat jelas. Tampak terlihat jelas bahwa pembantu yang satunya diistimewakan sementara saya diperbudak. Rasa iri saya terhadap Menda bertambah kuat.
ADVERTISEMENT
Bertemulah dengan Majikan saya. Tugas saya membawakan tas mewah yang terbuat dari kulit ular asli yang berukuran sedang dan berbentuk segi empat. Layaknya seperti orang terkaya sejagad raya “dalam hati saya “.
Sesampainya dirumah Majikan menyampaikan bahwa Lavender telah menyewa Apartment nya. Sudah tampak jelas saya yang akan membersihkan Apartemennya itu secara gratis alias cuma-cuma. Hari mulai gelap menandakan hari mulai malam. Saatnya beristirahat.
Keesokan harinya tepatnya hari Selasa 24-10-2017, saya memberanikan diri untuk meminjam passport dan kotrak kerja dengan alasan keperluan untuk pembukaan rekening bank dan saya ijin mengambil libur sehari ini saja.
Alhamdulillah majikan percaya dengan alasan yang saya sampaikan dan memberikan saya libur. Rasa senang campur aduk ketika selama bekerja 4 bulan baru ketemu dengan yang namanya hari libur. Sekitar jam 1 siang saya nyampe di Mongkok MTR exit E yaitu Wing Lung Bank , saya langsung menuju Net.Travel dan menanyakan tiket promo paling murah. selama 15 menit menunggu akhirnya petugas memberitahukan bahwa ada tiket promo seharga $1700an dengan maskapai Brunei Airlines tepatnya di tanggal 11 january 2018. Saya menyetujuinya dan segera membayar. Karena bagi saya ini kesempatan yang pertama dan terakhir , karena menurut saya majikan tidak akan memberi saya hari libur lagi. Alhamdulillah , perasaan lega karena keinginan saya membeli tiket sudah terkabul. Alasan saya setuju dengan pemberangkatan bulan january 2018 karena masih ada sisa 3 bulan gaji saya rasa cukup untuk buat uang saku pulang ke negara asal.
ADVERTISEMENT
Akhirnya dengan perasan bangga saya pulang membawa selembaran kertas yang bertuliskan electronic-ticket. Saya berharap sampai detik keberangkatan saya tak ada seorang pun yang mengetahui nya, dalam fikiran saya ketika tiba saat kepulangan saya nanti saya pergi tanpa membawa koper dan berangkat dengan seorang diri saja asalkan semua document tak ada yang tertinggal.
Aku dijajakan oleh Jennifer dengan keuntungan yang diambilnya untuk dirinya sendiri. Satu bulan kulewati sudah . Setelah bekerja tentunya yang kita harapkan adalah gaji. Tepatnya di tanggal 16 november 2018 . Jauh diluar tebakanku, saya rasa semuanya sudah terbayarkan mulai dari potongan agen, asuransi, hingga tiket keberangkatan saya. Gaji kamu saya kasih bulan depan karena dalam bulan ini kamu hanya beberapa kali aja membersihkan 2 Apartement, kalo 8 Apartmen sudah rutin mengerjakannya pasti gaji kamu besar,ungkap Jennifer. Saya pun menjawab saya tidak butuh gaji besar ,’’saya hanya butuh gaji sesuai kesepakatan dulu yaitu sesuai kontrak $4310, tapi kamu selalu tidak suka ketika tiba waktu gajian saya , selalu ajak berdebat “Jawab saya sambil menangis dengan nada tinggi. Saya pun bertanya dengan nada yang sangat tinggi “sampai kapan saya dipekerjakan seperti ini,sampai kapan,sudah 5 bulan saya diperlakukan seperti ini hanya bisa sabar dan diam, tapi kesabaran saya tak pernah dihargai , niat saya bekerja, mencari uang, tapi apa hasil yang saya dapatkan?? Nihil!!!”teriak saya. Majikan saya melotot sambil sedikit ketakutan melihat saya berbicara keras , karena selama ini saya tak banyak berbicara dengan majikan. Kali ini saya benar- benar jengkel dengan majikan. Tanpa panjang lebar saya langsung menuju ke toilet untuk menangis sambil melihat kaca dan ngomel-ngomel sendiri. “Maafkan anakmu ibu belum kirim uang , saya janji saya akan selalu dokan ibu , maafkan anakmu ibu doa terbaik yang hanya saya kuberikan , maaf buk, sebentar lagi anakmu akan pulang , “ . Sudahlah kataku sudahlah bersabarlah dan langsung membasuh muka dengan Air. Rasa jengkel tak mau pergi ketika memandang wajah majikan. Saya melanjutkan aktifitas yang kebetulan hari ini tugasnya bersih-bersih rumah dan menjaga kakek.
ADVERTISEMENT
Satu bulan kemudian tepatnya di awal bulan Desember 2018, ketika itu saya baru pulang dari mengambil laundry yang tempatnya hanya berseberangan dengan rumah saya. Ketika saya menekan bel rumah, ada 2 orang laki-laki yang sedang membawa kertas dan bolpoin dan 1 perempuan yang membukakan pintu. Dengan tegas seorang perempuan menyampaikan bahwa kami dari kantor Immigrasi , sambil menunjukkan identitas kartu nama dengan tali warna biru yang dikalungkan di lehernya. Petugas itu menanyakan “Siapa kamu, sedang apa kamu disini, tolong berikan Hong Kong id”. Saya langsung membuka tas saya dan menyerahkannya sambil melirik ke arah majikan yang sedang diwawancarai oleh petugas yang lainnya, saya berkata” saya febrina fransisca pembantunya Jennifer yang bekerja disini sudah 6 bulan jalan. Kemudian petugas itu menunjukkan foto keluarga yang terpajang didinding di ruang tamu “apakah itu foto bos kamu?” saya menjawab “iya”. Dengan raut muka yang geram sambil berbisik-bisik ke petugas 2 orang laki-laki itu. Saya pun disuruh keluar menunggu di lobby. Saya pun segera turun sambil berfikir arti dari kalimat yang mereka berbisik-bisik.
ADVERTISEMENT
Kalo tidak salah kalimat yang diucapkan oleh ke-3 petugas Imigrasi yaitu saya telah membohongi petugas Imigrasi karena dokument nya tidak sesuai. Sambil duduk di sofa lobby sambil berfikir dengan kalimat yang ia bicarakan. Rasa takut mulai menghantui saya , namun saya coba mengingat kembali kejadian awal mula ketemu majikan sampai proses di Mtr. Saya mengingat satu persatu, passport,bertemu agency, Hong Kong id , kontrak kerja , dimana letak kesalahan saya ??. Jantung berdenyut lebih kencang lagi ketika melihat majikan saya dan petugas imigrasi turun langsung menuju keluar dan menuju mobil Imigrasi. Saya pun langsung naik menuju ke rumah majikan , dan langsung mempertanyakan kepada Menda. Ada kejadian apa tolong beritahu, karena perasaan saya tidak karu-karuan. Lalu Menda memeluk saya , sambil berkata “Maafkan aq Sis , saya memang yang salah , tak seharusnya saya memperkenalkan diri kamu ke majikan saya, waktu pertama kali datang memang majikan saya butuh seorang pembantu yang nantinya anak pertama nya akan menikah kemudian kamulah yang akan jadi pembantunya dia. Namun sayang Majikan tanpa berfikir panjang bahwa sebenarnya nama yang tertera di kontrak kerja kamu adalah nama suaminya yang sudah cerai beberapa tahun yang lalu dan kini beliau ada di Taiwan , Seharusnya nama yang tertera di kontrak kerja itulah yang berhak menandatangani dokumen tersebut. Astaghfirullohhaladzim,”sahut saya sambil menangis. Perasaan semakin semrawut , jelas sudah saya bakal divonis bersalah , karena keteledoran saya tidak membaca dengan teliti. Apa yang harus saya lakukan jika seperti ini, air mata terus berjatuhan. Apalagi sejak 2 hari majikan digelandang ke Immigrasi belum juga pulang dan belum ada kabar juga. Malam itu juga rasanya lemas, letih ,lesu, linglung tak karuan. Bergegas mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya majikan pulang dengan raut wajah yang kusam. Begitu membuka pintu langsung disambut dengan Menda. Berdua masuk kedalam kamar, perasaan iri dan rasa penasaran yang saya rasakan. Satu jam setelah bercakap-cakap dikamar mereka keluar menemui saya diruang tamu. Mereka menyampaikan “secepatnya harus pulang Indonesia karena jika tidak pulang Indonesia kamu akan segera dipenjara seumur hidup”. Astaghfirullohhaladzim ya Allah dosa apa saya. Saya pun menjawab alasannya apa ? saya ingin penjelasan secara detail ada apa sebenarnya??. Majikan menjawab , “Sudahlah ikuti saya saja daripada kamu harus mendekam dipenjara”. Tidak !!! Saya tidak akan pulang karena kedatangan saya kesini melalui proses yang menurut saya telah saya lakukan sesuai prosedur , pembayaran agency juga sudah saya bayar, apa yang kamu perintahkan saya selalu kerjakan dan tidak pernah menolak, sekarang giliran saya memerintah kamu, Tolong dengan hormat kamu harus mempertanggungjawabkan dengan apa yang telah kamu lakukan dan kamu perbuat terhadap saya, tujuan saya kesini hanyalah bekerja, namun faktanya sejak kedatangan saya kesini hingga saat ini saya tidak pernah menerima gaji sesuai kontrak kerja, kamu memperkerjakan saya di berbagai rumah juga melaksanakan perintah dan tak pernah berkata tidak, saya mencoba bertahan kerja bersama kamu namun saya juga telah mempunyai rencana lain yang tidak diketahui oleh siapapun, tapi sungguh diluar dugaan ternyata ada kejadian seperti ini. Sungguh malang nasib ku , jika tau kebiadabanmu seperti ini saya tidak akan mau. Tapi tak ada yang perlu saya sesali karena semua sudah terjadi. Asal kamu tau sampai kapanpun saya butuh keadilan dan berpegang teguh bahwa saya adalah hanyalah korban. Camkan itu!!!Tutur saya dengan suara lantang. Lalu majikan menjawab dengan nada pelan “be patient , be patient, must follow the procedur”. Saya pun sudah malas untuk menjawabnya. Saya duduk diruang tamu sambil berbicara dalam hati “Masa depan saya sudah hancur, bagaimana dengan orangtua saya ?? Sedangkan dalam keluarga saya , saya adalah satu-satunya yang diharapkan. Kakak saya Mentalnya agak lemah sejak lahir , adik saya masih SMP , sementara ibu saya keluar masuk rumah sakit karena menderita penyakit diabetes sudah hampir 6 tahun. Ya Allah beri hamba jalan keluar ya Allah , tak ingin saya bermasalah dinegerin orang ya Allah”sambil melamun. Hari sudah mulai malam lagi , rasa lapar rasa kantuk kini sudah tidak terasa lagi, yang ada hanyalah rasa penyesalan saja. Rasa penasaran dan kecurigaan saya terhadap majikan dan Menda semakin menggebu. Karena ada yang dirahasiakan dibelakang saya.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya Ke3 orang ini telah membeli visa di majikan ini dan perbedaan saya dengan ke3 orang itu adalah saya tidak membeli visa namun saya malah dipekerjakan tidak sesuai kontrak kerja bahkan melanggar hukum sedangkan ke3 orang itu telah membeli visa dimajikan saya, kabar burungnya sesuai pengakuan dari mereka yang saya dengar kisaran $30.000 HKD. Itu bukan urusan saya karena saya tidak tahu menahu dengan hal itu. Hasil rapat hari ini bahwa majikan menyuruh kita secepatnya malam ini pergi ke Indonesia agar terhindar dari ancaman penjara. Mereka ber3 menyetujui akan hal itu , Saya tidak setuju, karena atas dasar apa saya disuruh secepat ini untuk pulang. Saya tidak merasa bersalah kenapa harus dipenjara. Siang itu ke3 orang bergegas pulang kerumah masing-masing karena menyetujui hasil rapat tadi siang mereka akan mempersiapkan untuk kepulangan malam ini. Rasa takut yang sangat dahsyat menghantui saya malam itu. Karena sebelum jam 12 malam harus sudah meninggalkan Hong Kong. Kita ber 5 yaitu Saya, Menda, P , S , Y , segera naik taxi dan menuju ke Sheung Wan . Sesampainya di Sheung Wan, Menda segera menuju loket dan membeli 4 tiket untuk menuju ke Macau. Menda tidak ikut keluar Hong Kong karena Menda dalam titik aman dikarenakan ia sudah bekerja disini 23 tahun dengan pekerjaan yang sesuai kontrak kerja. Hanya saja dibalik itu semua saya memanggil dia sebagai bandar. Kekhawatiranku saat itu adalah pihak Immigrasi tidak mempercayaiku. Menyamakan statusku dengan mereka yang membeli visa. karena Nama majikan kami berempat sama namun beda alamat. “ saya niatnya disini bekerja. Bukan seperti mereka yang tujuannya hanya mengunakan kertas biru(kontrak kerja) sebagai formalitas saja.
ADVERTISEMENT
Jam 11 malam waktunya check in , sebelum check in Menda berpesan “ini nomer telepon lawyer”. Jika terjadi apa-apa tolong segera telepon lawyer , dan jika ada petugas imigrasi bertanya tolong jangan menjawab apapun , jawablah menunggu lawyer”.
Tiket dan passport saya serahkan ke petugas penjaga tiket. Setelah sampai ke petugas Imigrasi bagian pengecekan passport. Petugas mengarahkan saya menuju kesebuah ruangan. Selang beberapa waktu kemudian kami digiring ke mobil Imigrasi.
Sesampainya di mobil tahanan ,petugas Immigrasi melontarkam pertanyaan yang bertubi-tubi. “Apa yang terjadi pada kamu hingga seperti ini ? Siapa yang menyuruh kamu?”. Saya menjelaskan “bahwa semua ini terjadi atas perintah majikan saya. Tolong percayalah pada saya, saya akan cerita semuanya, “jawab saya sambil meneteskan air mata. Tapi kamu yakin akan bercerita hingga tuntas ?. Saya menjawab “saya berjanji”, sambil memegang tangannya sambil mengatakan tolong jangan penjara saya. Saya sangat menyayangi ibu saya, sehari tidak telepon saja beliau khawatir. tolong percaya saya , saya akan jujur. Petugas itu hanya menganggukkan kepalanya. Digelandanglah kami kesebuah tempat yang aku sendiri tidak kenal.
ADVERTISEMENT
Pertama masuk, baris hingga menuju tempat duduk didalam ruang interogasi, yang ada di banyangan saya hanya jeruji besi . Sejak pukul 1 dini hari hingga pukul 9 pagi kami melalui proses interogasi. Mulai dari interview hingga sidik jari dan lain sebagainya. Sarapan yang disajikan pun menerimanya saja. Rasa lapar, rasa kantuk telah pudar yang saya rasakan hanyalah ketakutan yang luar biasa.
Pukul 10 pagi kita digelandang lagi menuju mobil tahanan entah akan dibawa kemana kita tidak tahu karena didalam mobil kacanya dikelilingi korden yang berwarna gelap jadi tidak bisa melihat dan berbicara antar teman pun dilarang. Istighfar tanpa henti, berdoa dalam hati sebanyak-banyaknya. Perjalanan durasi 30 menit akhirnya sampai, Kami turun dari mobil dan baris rapi karena setiap 1 orang didampingi satu petugas Imigrasi. Benar-benar kejadian yang menyeramkan. Sesampainya disana disambut dengan petugas Imigrasi yang berseragam biru muda dengan paras wajah yang menakutkan. Setelah kami diserahkan, kami digiring ke jeruji besi. 2 petugas perempuan yang memakai sarung tangan menyuruh kita melepas semuanya tanpa terkecuali. Walau sesama perempuan rasa malu itu tetap ada, saya melepas baju pelan-pelan tapi bentakan maut dari sang petugas menyuruh cepat. Saya pun bergegas melepas baju hingga celana dalam. Setelah diperiksa satu persatu, petugas menyuruh memakainya lagi dengan cepat, lalu digiringlah lagi menuju ruangan khusus untuk menaruh tumpukan selimut. Petugas menyuruh kami masing-masing orang mengambil 1 bantal berukuran sedang dan 6 selimut yang berukuran Lebar tapi tipis. Saya menyebutnya seperti kain perca, karena selain diletakkan dilantai dan ditumpuk begitu saja dan warnanya yang gelap dan keliatan kumuh. Digiringlah kejeruji besi yang ruangannya telah berpenghuni 8 orang. kami ditempatkan dijeruji yang terpisah terbagi 2 bagian. Saya dengan orang yang berinisial P dan 2 orang berinisial S dan Y diruang tahanan sebelahnya. Tetap dalam 1 ruangan namun kita hanya terhalang dinding saja. Seorang perempuan yang bisa di bilang Lansia itu mengajari saya cara menata selimut diatas papan kayu yang berukuran pas dengan seorang diri saya. “seperti kuburan”dalam hati saya.
ADVERTISEMENT
Dengan mengikuti pengarahan dia tapi menggunakan bahasa isyarat tangan, buka 1 helai dan kamu letakkan diatas papan kayu satu persatu sejumlah 3 helai. Kemudian setelah ke tiganya rapi, lalu kamu taruh diatasnya hingga tertumpuk 3 untuk menyelimuti tubuhmu. Setelah rapi saya disuruh masuk kedalam selimut dan langsung istirahat. Namun saya tidak ingin tidur, saya ingin bersandar didinding sambil berdoa meminta pertolongan sama Allah, tapi Ibu lansia itu mengajak saya untuk berbicara. Saya pun mulai bercakap-cakap mengucap terimakasih kepada Ibu lansia itu dan menanyakan namanya. Maaf bu nama ibu siapa? dengan bahasa inggris . Ibu itu menganggukkan kepala , menjawab dengan isyarat tangan yang menunjukkan ke dadanya “LEY , 58 “. Ternyata ibu Ley ini tidak bisa berbahsa inggris dan tidak bisa berbahasa cantonesse, Ibu Ley hanya bisa berbahasa vietnam saja. Jadi sedikit tertawa karena kita berbahasa pakai tangan dan menganggukkan kepala . Menurut gerakan tangan beliau saya mengartikannya bahwa “jangan takut , saya saja sudah 3 bulan disini kok , kita kan baik-baik saja”. Dalam hati saya berkata ,” Astaghfirullohaladzim belum semalem saja udah seperti setahun apalagi 3 bulan. “ Ya Allah saya tidak sanggup”, sambil menangis. Ibu Ley memeluk saya sambil memegang tangan kanan saya. Tak henti-hentinya air mata bejatuhan. Siapa yang betah hidup diruangan seperti ini?
ADVERTISEMENT
Tempat tidur bersebelahan persis toilet terbuka , jam dinding tidak ada, ventilasi udara yang minimalis. Perputaran pagi, siang, malam pun tak tau. Apalagi petugas yang tegas dan bermuka serem, membuat ku tak betah disini. Tidur malam pun tak bisa karena sangat berat bagiku memulai kehidupan pertama kali di penjara.
Dengan mata lebam karena kebanyakan menangis, tiba-tiba datang seorang petugas menuju ke depan ruang penjara, dengan lantang menyebutkan nomer tahanan. Tidak ada yang merasa angkat tangan saat itu. Rasa takut dan khawatir saya dimarahi lagi karena jujur saya lupa nomer tahanan saya. Saya angkat tangan sambil mengatakan “Excuse me , sorry , May be me but im forgot , can you let me know about the name ?”sambil terbata-bata. Lalu petugas menyebutkan “Febrina Fransisca” . Jantung berasa copot. Kemudian diajaklah aku menuju ruangan yang disana telah ada petugas Imigrasi yang pertama kali saya ketemu. Setelah mereka bercakap-cakap dengan petugas yang dinas dibagian penjara, kami pun menuju ke mobil tahanan. Didalam mobil tahanan saya dibikin jantungan lagi, katika petugasnya bilang “Kamu tau kenapa hanya kamu saja yang saya panggil ? karena kamulah yang paling parah dari mereka “. Saya kaget sambil berkata “saya minta maaf saya tidak bersalah tolong percaya saya, saya mau dibawa kemana lagi, tolong saya hanya ingin pulang bertemu ibu, saya ingin segera memeluk ibu saya ”sahut saya sambil menangis. Sekitar 15 menit perjalanan, sampailah ditempat area parkir yang seingat saya tempat dimana saya pertama kali digelandang. Sampai di ruangan saya bertemu dengan patugas Imigrasi, penerjemah Indonesia dan pengacara. Setelah dibacakan 6 lembar kertas yang isinya banyak pertanyaan yang membuat saya lupa untuk menulisnya , saya hanya ingat saya menulis di akhir lembaran kertas yang telah dibacakan itu “ Tolong segera pulangkan saya, saya hanya ingin pulang untuk merawat Ibu saya yang sedang sakit”setelah itu saya menulis nama terang dan tanda tangan. Mereka bercakap-cakap entah yang dibahas apa intinya saya hanya melamun. Pengacara turun di daerah Mongkok dan saya bilang ke pak sopir jika turun di North Point di daerah Island Place. Sesampainya di North point saya lari ke rumah. Pencet tombol bel dan kebetulan yang membukakan pintunya adalah majikan saya. Saya ingin segera masuk dan beristirahat namun lagi-lagi masih berdiri di depan pintu saja sudah berdebat.”Kamu mau kemana ?? Kamu sudah bukan pembantuku lagi, jadi saya tidak mengijinkan kamu tidur disini lagi dan semua bajumu sudah tidak ada disini.”Ucapnya. Saya pun menjawab dengan nada tinggi “Apa…?? Kamu bener-bener majikan yang tidak bertanggung jawab, bukannya malah ditanyain kabar malah mengatakan saya seperti itu. Saya tidak akan tidur disini lagi, asal kamu ingat ya sampai kapan pun saya akan mengejar keadilan dan saya akan membongkar kejahatanmu selama ini, saya juga punya hak untuk berbicara”. “Silahkan , karena saya punya banyak uang jadi saya bisa pakai pengacara”,sahut majikan. “Oke saya akan pergi saya tidak dendam namun kejahatanmu yang kau tanam suatu saat nanti akan tumbuh, karena kamu telah merampas hak-hak saya”ucap saya dengan nada lantang.
ADVERTISEMENT
Dan kemudian saya menangis dan segera meninggalkan rumah itu. Bayangan saya malam itu adalah mandi, ambil air wudhu, sholat dan langsung cepat tidur. Tapi itu hanya bayangan saja, malam itu sekitar jam 12 malam tak tau kemana arah dan tujuan. Saya pergi ke taman yang tidak jauh dari rumah tepatnya disekitar pasar North Point. Saya mencoba duduk disana, tapi rasa takut menghampiri saya karena disekeliling saya tidak ada orang perempuan satu pun, yang ada hanyalah 2 orang kakek, dan 3 orang berkulit hitam saya tidak tau mungkin saja orang pakistan tapi ditempat yang berpencar. Saya memberanikan diri tetap duduk disitu karena dekat dengan toilet umum. Sebernernya rasa kantuk berat yang saya rasakan , tapi mau gimana lagi keadaanlah yang tidak memungkinkan saya untuk tidur. Saya pun berjalan-jalan menuju pinggir laut ,lalu balik lagi ke taman, begitulah bolak balik hingga melihat sudah ada beberapa orang perempuan yang menuju ke pasar, saya fikir itu adalah penjual sayur jadi sedikit lega kalo sudah ada orang kepasar berarti keadaan sudah aman. Saya balik ketaman dan memberanikan diri tidur dikursi berwarna coklat tanpa bantal dan tanpa sehelai kain yang menyelimutiku. Saya bersandar dikursi lalu memejamkan mata. Alhamdulillah sudah bisa tidur walau beberapa jam saja. Karena Musim dingin jadi badan mulai berasa meriang. Saya berjalan menuju kepasar North Point untuk membeli roti. Tapi ketika hendak menyeberang saya melihat ada orang Chinese tapi cakap berbahasa Indonesia. Orang itu membagikan brosur dan saya baca di banner bagian depan berlogo “CARITAS yang berjudul KETAHUI HAK-HAK DAN PERLINDUNGAN ANDA DI HongKong. Saya pun meminta brosur dan membaca sambil berdiri tepat didepan banner yang terpajang. Mrs.W mengucapkan selamat datang , sambil terkejut melihat saya ,”loh bukannya ini yang mbak tadi pagi ketemu di North Point ,?” kata Mrs.W Saya menjawab “betul sekali , sambil menangis”. Mrs.W memberi ku minum dan menunggu sampai tangisku mereda. Setelah saya tenang saya pun bercerita dari awal sampai saat itu juga. Akhirnya alhamdulillah Caritas memberi solusi dan memberikan saya selembar kertas yang bertuliskan alamat yang akan saya tempati. Mrs.W memberi saya nomer telepon dan menyuruh saya jika sampai ditempat suruh menghubungi Sr. Madeena. Saya pun pamit dan akan menuju ke Cause Way Bay naik tram. Alamat yang diberikan jelas sehingga mudah dicari. Sampai depan pintu persis saya menelpon Sr.Madeena dan beliau menyuruh saya untuk menunggu sebentar karena ada kakak yang mau jemput. Tak lama kemudian ada yang menjemput saya. Sesampainya di Shelter kakak semua baik-baik mereka segera menyuruh saya mandi istirahat, sholat, makan dan tidur. Saya hanya bisa menyampaikan terimakasih saja . Saya bergegas mandi , sholat , makan dan langsung istrht .
ADVERTISEMENT
Nah alhamdulillah bisa tidur pulas .
Keesokan harinya saya masih seperti orang trauma, ketika kakak-kakak shelter bertanya saya hanya bisa menangis. Saya hanya mengurung dikamar. Hari ke3 mulai berkomunikasi dengan teman-teman shelter. Satu persatu mereka semua menyemangati saya. Bersyukur bertemu orang yang baik. Beruntung sekali saya saat itu. Hari demi hari kulewati. Alhamdulillah masih bisa diberi kesempatan untuk pergi ke KJRI karena menurut saya KJRI adalah orang tua saya disini. Disana langsung ditangani dengan petugas yang ramah, sampai diarahkan ke bagian yang menangani kasus saya yaitu bagian Legal Section ( Fungsi Kejaksaan) tepatnya di 11/F. Di KJRI lah bertemu dengan orang yang bener-bener mengerti kasus saya. Beliau memberi solusi , kritik dan saran serta memberi semangat tentunya. Saya bangga sekali untuk bertemu dengan mereka pun tidak susah, bahkan tidak segan-segan jika butuh bantuan beliau menyuruh hubungi langsung ke nomer handphone nya. Kesempatan yang luar biasa karena setidaknya saya tidak takut lagi dengan masalah yang saya hadapi. Semangat mulai tumbuh kembali walau dalam 9 bulan kedepannya tidk boleh bekerja. Dalam fikiran saya tidak masalah jika itu yang terbaik buat saya asal masih bisa beribadah, komunikasi dengan keluarga dan tidak dipenjara lagi.
ADVERTISEMENT
Karena gaji yang tidak sesuai dan ditambah lagi 5 bulan yang sedang menunggu proses telah dilarang kerja. sudah tidak lagi diperbolehkan maka untuk menambah penghasilan hanyalah mencoba mengikuti lomba-lomba yang berhadiah uang tunai. Seperti halnya mengikuti lomba karya menulis BRIceritadariHongKong. Semoga Allah memberi rizki untuk saya. Semoga kasus saya segera terselesaikan dan berharap bisa segera bertemu bunda saya yang sedang sakit. Terimakasih buat IU(Islamic Union), beserta seluruh staffnya sister.Madeena, Bunda Sari, Bunda ida , Bu.Aik dan seluruh teman-teman shelter tanpa terkecuali yang tidak bisa disebut satu persatu.
Bulan demi bulan sambil menunggu proses kasus saya yang sampai detik ini belum ada titik terang. Alhamdulillah banyak bantuan yang berdatangan, mulai dari ACP , Internanational Organisation Migrant(IOM) , dan masih banyak lagi yang lainnya.
ADVERTISEMENT