Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kita, Laut dan Sampah Plastik
4 Maret 2018 22:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Fransiska Monika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: www.flickr.com/photos/tedxgp2/5143679378, Seal trapped in plastic pollution
Sampah plastik di laut telah menjadi perhatian utama karena kehadirannya yang terus menerus di laut. Pelepasan plastik ke lingkungan laut terjadi melalui berbagai jalur, termasuk transportasi sungai, kegiatan yang secara tidak langsung mengotori pantai dan langsung ke laut seperti kegiatan akuakultur, perkapalan dan perikanan.
ADVERTISEMENT
Masih membekas dalam ingatan kita video viral petugas kapal yang membuang sampah di laut. Hal ini menunjukkan masih minimnya kesadaran untuk menjaga laut dan kehidupan yang ada di dalamnya.
Jenna Jambeck, seorang peneliti dari Universitas Georgia, pada tahun 2015 mengungkapkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia setelah RRT. Indonesia membuang limbah plastik sebanyak 3,2 juta ton per tahunnya.
Permasalahan yang kemudian timbul adalah bahwa sampah plastik bertahan dalam ekosistem laut dan kemudian menimbulkan konsekuensi buruk bagi kehidupan laut dan kesehatan manusia. Hal ini terbukti ketika pada tahun 2014 dan 2015, University of California Davis, melakukan penelitian yang menemukan bahwa 28 persen dari sampel ikan di pasar tradisional di Makassar, memakan plastik.
ADVERTISEMENT
Menteri Lingkungan Hidup dan Kesehatan, Siti Nurbaya, mengatakan kandungan plastik dalam ikan dapat menyebabkan beragam masalah kesehatan bagi manusia, mulai dari peradangan tubuh, kematian sel, sampai kerusakan saluran pencernaan.
Selain berdampak pada kesehatan manusia dan ekosistem laut, permasalahan sampah plastik di laut juga merugikan dari sisi ekonomi. Pendapatan negara dari sektor kelautan mengalami penurunan. Kerugian yang tercipta telah mencapai USD 1,2 miliar atau setara dengan 16 triliun rupiah.
Fakta ini menjadi suatu ironi karena Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim dan ingin menjadikan laut sebagai pusat pembangunan ekonomi, justru mengalami kendala dengan laut yang penuh sampah. Hal ini tentunya akan menghambat Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia.
Sadar akan hal ini, pemerintah Indonesia telah merancang Rencana Aksi Nasional (RAN) terkait Sampah Plastik Laut. RAN ini terdiri dari empat pilar dan merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk mewujudkan komitmen pengurangan 70% kontribusi Indonesia terhadap sampah plastik di laut sebelum tahun 2025.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, persoalan sampah plastik, jelas bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai masyarakat. Perubahan pola pikir kita tentang kebersihan perlu ditingkatkan, utamanya tentang penggunaan plastik, agar sampah tersebut tidak berakhir di laut.
Kita harus ingat bahwa 80% populasi sampah di laut berasal dari praktik pengelolaan limbah yang buruk di darat. Untuk itu, kita merupakan mitra kunci dalam menyelesaikan masalah sampah laut. Mari kita mulai dengan aksi minimal, dimulai dari diri kita sendiri, start small grow bigger.
Indonesia telah memiliki sejumlah aktor dalam membangun kesadaran mengenai masalah sampah plastik laut. Para aktor ini melakukan kegiatan pembersihan, mendidik orang tentang konsekuensi membuang sampah sembarangan, dan membangun koalisi pemangku kepentingan yang unik, yang dapat bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut.
ADVERTISEMENT
Di Bali, ada dua remaja lokal, Melati dan Isabel, yang giat mengkampanyekan penolakan penggunaan kantong plastik 'Bye Bye Plastic Bag'. Selain itu, bersama dengan remaja/pemuda lainnya, mereka juga sering melakukan kegiatan untuk pembersihan pantai di Bali dari sampah plastik.
Komunitas Divers Clean Action Indonesia, Swietenia Puspa Lestari, menyerukan kepedulian untuk kebersihan pantai dan laut. Switenia sering melakukan berbagai sosialisasi dan aktivitas di sejumlah pulau kecil agar masyarakatnya mampu mengelola sampah secara mandiri.
Melati, Isabel dan Swietenia, hanya sebagian kecil dari pemuda Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap persoalan bangsa. Persoalan sampah plastik bukan lagi hanya masalah bagi laut itu sendiri. Ini adalah masalah yang kompleks, namun bisa dipecahkan. Solusi inovatif tentunya diperlukan untuk mengurangi jumlah sampah plastik secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Kita, utamanya para pemuda, memiliki peran penting untuk bisa menjadi bagian dari solusi, dimulai dari apa yang kita punya. Pemanfaatan media sosial untuk memberikan kesadaran pengelolaan sampah, penggunaan plastik, bahkan kebiasaan 6R (reduce, reuse, recycle, respect, replenish dan refuse) bisa jadi pilihan. Selain itu, kebiasaan untuk membawa botol minuman sendiri juga jadi pilihan yang paling mudah untuk dilakukan mulai dari sekarang.