Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
UXO: Problematika yang Tak Kunjung Usai
18 Maret 2018 11:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Fransiska Monika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berjalan dengan satu kaki selama lebih dari satu bulan, mengingatkan saya pada suatu tempat yang pernah saya kunjungi di Vientiane, Laos. COPE (Cooperative Orthotic and Prosthetic Enterprise), sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menyediakan klinik pelayanan dan program rehabilitasi bagi penyandang disabilitas di Laos.
ADVERTISEMENT
Bekerja sama dengan berbagai organisasi internasional dan perusahaan swasta, COPE membuat kaki, lengan dan tangan palsu, mendanai pembuatan perangkat orthotic (perangkat yang membantu menopang bagian tubuh), kursi roda dan sepeda roda tiga khusus penyandang disabilitas.
Yang menarik dari LSM ini adalah ketersediaan ruangan khusus pengunjung dimana kita dapat menyaksikan dan memahami sejarah kelam Laos di masa lalu sekaligus mengapa LSM ini hadir.
Dan justru sejarah kelam itulah yang membuat semua pengunjung yang datang, pulang dengan membawa pengalaman baru tentang pedihnya perang dan akibat yang ditimbulkannya. Tempat ini selalu menyisakan perenungan dan kesan yang mendalam bagi para pengunjungnya. Tempat yang menantang secara emosional dan sangat mendidik. Saya tidak akan lupa maupun menyesal telah berkunjung ke tempat yang satu ini.
Replika UXO di Pusat Pengunjung COPE . Sumber: flickr.com
ADVERTISEMENT
Laos di Masa Lalu
Antara tahun 1964 dan 1973, selama masa perang IndoCina ke - II, tentara AS menjatuhkan lebih dari dua juta ton senjata di Laos, menjadikannya sebagai negara yang paling banyak dibom per kapita dalam sejarah. Sebuah ironi mengetahui bahwa dalam catatan sejarah Laos justru tidak pernah terlibat dalam perang tersebut, namun harus menanggung akibat dari peperangan itu untuk jangka waktu yang sangat lama. Peristiwa itu menjadi awal mimpi buruk Laos yang masih berlanjut hingga detik ini.
Dari lebih dari 270 juta sub-amunisi, 80 juta di antaranya gagal meledak dan tetap berpotensi berbahaya setelah perang berakhir. UXO - Unexploded Ordnance, sebutan untuk senjata yang tidak berhasil meledak itu, masih terus membunuh dan melukai puluhan orang setiap tahunnya. Lebih dari 20.000 orang terbunuh atau terluka menjadi cacat dan 40% di antaranya adalah anak-anak.
ADVERTISEMENT
Dilema UXO
Hingga saat ini UXO masih tersebar di berbagai wilayah pedesaan di Laos. Sebagai hasil dari pertempuran darat yang ekstensif selama perang, beberapa bagian di Laos juga terkontaminasi oleh jenis UXO lainnya, seperti peluru artileri, roket anti-tank, peluru mortar, granat dan ranjau darat.
Anak-anak sering menjadi korban karena ketidaktahuan mereka akan UXO. Bentuk UXO yang seukuran bola tenis dan terkadang berwarna kuning terang, membuat anak-anak di pedesaan sering tergoda dan menyalahartikan bom sebagai mainan. Mereka mengambil, melempar dan kemudian membuangnya.
Selain itu, banyak juga anak-anak yang terlibat dalam perdagangan logam bekas, membuat mereka berani untuk membuka UXO, mengambil bahan peledak yang ada di dalamnya untuk dijual kembali. Hal inilah yang sering menjadi penyebab ledakan. Sebagian dari mereka terbunuh, sebagian terluka, kehilangan anggota tubuhnya dan menjadi cacat seumur hidup.
ADVERTISEMENT
Petani juga termasuk yang paling parah terkena dampaknya. Sebagian besar mereka terpaksa bekerja di ladang dengan UXO terpendam. Delapan puluh persen masyarakat Laos mengandalkan tanah mereka untuk menanam bahan pangan. Demi kelangsungan hidup keluarga, mereka masih terus memberdayakan lahan mereka, meski itu berarti risiko terhadap hidup mereka sendiri.
Mimpi yang Tak Kunjung Usai
"Bom itu jatuh layaknya hujan", demikian kesaksian dari mereka yang berhasil selamat dari peristiwa itu. Bom jatuh setiap delapan menit, setiap hari, selama sembilan tahun. 10 dari 18 provinsi di Laos terkontaminasi UXO.
Sebuah lembaga yang bertanggung jawab untuk membersihkan UXO di Laos memperkirakan bahwa masih terdapat 288m bom curah dan dan sekitar 75 juta bom yang tidak meledak, ditinggalkan di Laos setelah perang berakhir.
ADVERTISEMENT
Laos masih dan akan terus membutuhkan bantuan dari banyak negara untuk membebaskan mereka dari masalah UXO yang senantiasa menimbulkan ancaman dan merupakan warisan mematikan bagi masyarakat Laos.
Meninggalkan COPE Visitor Centre membuat saya lebih memahami apa yang masyarakat Laos telah dan masih lalui sebagai akibat dari perang yang telah usai lebih dari 45 tahun yang lalu.
Satu hal yang pasti, perang tidak pernah menyisakan sesuatu yang positif. Sejatinya, manusia harus mengakhiri perang, sebelum perang mengakhiri umat manusia. (csa)