Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
20 Ramadhan 1446 HKamis, 20 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Mahasiswa atau Mahasewa: Ketika Uang Mengganti Idealisme Dalam Demonstrasi
17 Maret 2025 11:43 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fransiskus Penalamenta Bangun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : Fransiskus Penalementa Bangun

Dapat kita lihat dalam beberapa waktu belakangan ini di tengah gelombang demonstranisasi yang melanda Indonesia Yang Bertajuk "Indonesia Gelap", kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhwatirkan beberapa masayarakat Indonesia yaitu tuduhan atas bahwa banyaknya mahasiswa yang dibayar untuk berpartisipasi dalam aksi protes. Praktik ini bukan hanya saja merusak integritas gerakan sosial, tetapi juga timbul pertanyaan mendalam tentang nilai idealisme yang seharusnya bisa menjadi landasan dari setiap demonstrasi di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Demonstrasi adalah sarana untuk setiap masyarakat,terutama para mahasiswa/mahasiswi, untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka atas kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Aksi tersebut didorong dari semangat idelisme mereka atas keinginan untuk memperjuangkan keadilan. Namun, ketika uang menjadi alat motivator utama, perjuangan tersebut mulai pudar.
Dalam konteks aksi penyeruan"Indonesia Gelap", mulai muncul banyak tuduhan-tuduhan bahwa mahasiswa menerima uang untuk ikut berpartisipasi dalam demon. Video dan foto yang beredar di media sosial tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang diduga mereka menerima imbalan finansial. Namun daripada itu, setelah dilakukan penelusuran mendalam, banyak dari klaim yang mereka dapat tersebut banyak terbukti hoaks.Ternyata beberapa foto yang mereka dapat di diklaim sebagai bukti bahwa bukti pembagian uang kepada mahasiswa merupakan uang mainan yang digunakan sebagai aksi simbolik menolak kebijakan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Praktik bayar mahasiswa yang digunakan untuk berunjuk rasa dapat merugikan beberapa individu yang terlibat dan sangat berdampak negatif pada citra gerakan mahasiswa secara keseluruhan. Ketika para publik melihat mahasiswa sebagai "Profesional Demonstran" yang lebih dahulu mementingkan uang daripada idealisme, kepercayaan terhadap gerakan sosial pun ikut menurun.
Krisisnya kepercayaan ini dapat menyebabkan apatisme di kalangan masyarakat terhadap isu-isu penting yang diangkat mahasiswa. Mungkin rakyat juga sudah merasa bahwa suara mereka tidak lagi diwakili oleh para aktivis yang sudah seharusnya memperjuangkan kepentingan mereka. Namun sebaliknya, mahasiswa yanng terlibat pada aksi berbayar kehilangan kesempatan untuk membangun hubungan terhadap komunitas dan memahami relitas yang dihadapi oleh masyarakat.
Ketika uang menjadi pengganti idealisme dalam demonstrasi, kita semua memang betul-betul menghadapi krisis etika yang sangat serius. Aktivisme yang memang seharusnya didasarkan pada komitmen moral untuk memperjuangkan kebaikan bersama, bukan sekedar transaksi ekonomi.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah ini, sangat diperlukan beberapa upaya kolektif dari seluruh elemen masyarakat, para mahasiswa, para akademisi, dan instansi pemerintah. Pendidikan mengenai etika berdemonstrasi harus menjadi bagian integral untuk kurikulum di seluruh perguruan tinggi. Para Mahasiswa perlu diajarkan bahwa suara mereka memiliki kekuatan dan menanggung tanggung jawab yang besar.
Universitas sudah sangat harus berperan aktif dalam membentuk karakter mahasiswa agar mereka lebih memahami arti aktivisme sejati tersebut. Diskusi terbuka mengenai etika pada berdemonstrasi sangat membantu mahasiswa untuk menyadari pentingnya menjaga integritas gerakan sosial. Sangat penting bagi organisasi kemahasiswaan untuk menetapkan kode etik internal yang memang betul jelas mengenai partisipasi dalam demonstrasi. Oleh karena adanya pedoman ini, mahasiswa juga dapat lebih memahami batasan moral dan etis pada saat terlibat dalam aksi protes serta menghindari potensi penyimpangan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masyrakat juga perlu membangun kesadaran lebih kritis terhadap informasi yang beredar mengenai aksi demonstrasi. Dengan memahami arti dari konteks dan motivasi dibalik setiap aksi, kita juga dapat lebih bijaksana dalam hal menilai kredibilitas gerakan mahasiswa. Masyarakat juga harus diajak untuk berdialog mengenai beberapa nilai-nilai aktivisme dan bagaiamana cara untuk mendukung perjuangan mahasiswa tanpa terjebak pada praktik-praktik yang tidak etis. Pepatah bijak mengatakan "Harga diri lebih berharga daripada uang."
Kesimpulannya, tuduhan bahwa mahasiswa dibayar untuk berpartisipasi dalam demonstrasi dapat merusak integritas gerakan sosial dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap aksi-aksi protes. Praktik ini menggantikan idealisme dengan uang, yang dapat merugikan citra gerakan mahasiswa dan menurunkan semangat perjuangan yang seharusnya berdasarkan nilai moral. Untuk mengatasi masalah ini, pendidikan etika berdemonstrasi dan kesadaran kritis terhadap informasi sangat penting, baik di kalangan mahasiswa, masyarakat, maupun pemerintah, agar gerakan sosial tetap menjaga integritas dan fokus pada tujuan yang benar.
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia akan menghadapi Australia di Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Laga yang digelar di Sydney Stadium, Kamis (20/3), sekaligus menjadi debut Patrick Kluivert sebagai pelatih Garuda. Mampukah Indonesia mencuri poin dari tuan rumah?