Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Sisi Gelap Anime Fantastis, Animator Menangis Tercekik Industri Kapitalis
16 Oktober 2022 23:49 WIB
Tulisan dari Manick Nessa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Anime sebagai kartun khas Jepang biasanya mengadaptasi cerita dari manga (komik atau novel bergambar) dengan tampilan dua dan tiga dimensi. Beberapa orang mungkin setuju animasi yang dibuat oleh studio di Jepang menawarkan grafis, alur dan ragam cerita yang menarik dan beragam meskipun bukan pionir.
ADVERTISEMENT
Isu eksploitasi pekerja dari upah dan jam kerja
Isu eksploitasi pekerja pada industri anime bukan hal baru di Jepang seperti rendahnya upah dan jam kerja yang panjang hingga berujung pada kasus mengakhiri hidup sendiri karena kerasnya tuntutan industri kapitalis dan keinginan konsumen yang tidak pernah habis.
The Japan Animation Creators Association (JAniCA) sebagai wadah pembuat animasi Jepang di tahun 2015 menerbitkan hasil kajian tentang kondisi kerja, pendapatan rata-rata dan jam kerja industri tersebut dari survei yang dilakukan terhadap 759 animator.
Hasilnya 84% animator yang bekerja penuh dan paruh waktu melaporkan bahwa mereka melakukan pekerjaan lebih dari 8 jam sehari (kurang lebih 240 jam per bulan) dan 15,9% animator melaporkan bekerja lebih dari 350 jam per bulan. Data terkait gaji, jam kerja dan hal lain semuanya menunjukkan hasil akhir yang sama.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain JAniCA juga melaporkan bahwa animator terus melakukan pekerjaan mereka di tengah tuntutan industri dan konsumen karena menyenangkan (dijawab oleh 65,1% responden) dan 60,9% menjawab untuk mendapatkan uang (Global Labour Research Centre, 2016: 85-91).
Seberapa menyenangkan pekerjaan tersebut dan seberapa banyak mereka menghasilkan uang, menghindari keadaan seperti stres dan kelelahan sangat mustahil. Seperti kasus sanimator di Jepang yang mengakhiri hidupnya sendiri pada tahun 2014 di mana setelah diselidiki ternyata almarhum telah bekerja lebih dari 600 jam dalam sebulan sebelum kematiannya.
Tekanan dan tuntutan masa kini dari luar dan dalam
Sachiko Kamimura seorang animator veteran mencatat bagaimana pekerjaan mereka cenderung dibayar berdasarkan jumlah bingkai animasi yang tergarap daripada gaji tetap atau upah yang dibayarkan berdasarkan jam. Tekanan dan tuntutan baik internal dan eksternal tentunya semakin tinggi mengingat perkembangan kualitas dan popularitas anime yang terus mendapatkan minat dari masyarakat terutama di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Kita dapat melihat perbedaan signifikan dari segi grafis maupun transisi antara generasi perintis dengan generasi baru saat ini, semakin tingginya kualitas animasi secara tidak langsung menimbulkan tantangan yang besar juga dihadapi para pekerja di studio untuk bisa bersaing dengan perusahaan lain.
Industri anime dan ekonomi politik global
Industri anime adalah bagian dari kegiatan dan produk ekonomi yang memiliki potensi selain keuntungan bagi perusahaan juga mendistribusikan kepentingan suatu negara secara politik dalam bentuk budaya populer sebagai kekuatan lunak.
Marxisme sebagai bagian dari teori kritis dalam hubungan internasional berfokus pada kelas dan kepentingan pekerja daripada negara (Williams & O'Brien, 2016: 16-18). Karl Marx sebagai penggagasnya menjelaskan bahwa kelas muncul dari posisi seseorang dalam struktur produksi yang menciptakan dua kelompok, yaitu pemilik alat produksi dan para pekerja yang menjual tenaga kerjanya.
ADVERTISEMENT
Kita dapat melihat perusahaan di sini sebagai instrumen atau alat yang berpotensi salah satunya untuk eksploitasi kelompok pekerja. Dalam kasus ini kita bisa melihat perusahaan atau studio anime sebagai pemilik alat produksi dan para animator mewakili kelompok pekerja yang menjual kemampuan, waktu dan tenaganya namun hubungan dua kelompok ini cenderung berat sebelah dari segi kekuasaan dan kekuatan.
Hobi dan uang untuk hidup daripada tidak sama sekali karena beberapa dari mereka bukan pekerja tetap adalah alasan mereka bertahan di industri tersebut. Marxisme memandang hubungan ekonomi politik global secara inheren tidak stabil dan konfliktual di mana salah satunya kecenderungan turunnya tingkat keuntungan membuat para kapitalis terlibat dalam persaingan sengit satu sama lain yang cenderung menurunkan upah pekerja.
ADVERTISEMENT
Pasar dan konsumen memegang peranan penting
Hal yang serupa apabila keuntungan yang didapatkan meroket, perusahaan cenderung meningkatkan kualitas dan kuantitas secara bertahap dan untuk menekan pengeluaran, salah satu jalannya adalah upah pekerja yang stagnan.
Anggaran dalam pembuatan anime cukup rendah di industri dengan perusahaan cenderung tidak mau dan takut jika anime tersebut kurang berhasil menarik minat konsumen, mereka akan terbebani oleh utang dan hal ini berpotensi merugikan perusahaan bukan karena pihak studio tidak mampu membelinya.
Terlepas dari pertentangan antara perusahaan dan kelompok pekerja yang dibahas dalam marxisme sebagai bagian dari teori kritis, menurut penulis mereka belum menyinggung lebih luas peran pasar dan konsumen yang memegang poin penting mengapa kapitalisme terus berkembang. Semakin banyaknya permintaan pasar dan konsumen dari segi kuantitas dan kualitas produk animasi lalu merambah pada konsumerisme menjadi potensi besar bagi perusahaan untuk mengambil keuntungan maksimal.
ADVERTISEMENT
Hal ini menimbulkan persaingan ketat untuk memikat konsumen atau penggemar lebih banyak dan cepat yang akhirnya sejurusan dengan tuntutan terhadap karyawan di dalamnya untuk bekerja ekstra menghasilkan produk yang mendekati minat dan kepuasan konsumen.