Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Love-Bombing: Bahasa Cinta yang Manipulatif dan Eksploitatif
28 November 2021 22:28 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Freya Alodia Fredlina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernah nggak sih kamu melihat teman kamu bucin banget sama pasangannya? Atau jangan jangan kamu sendiri nih yang bucin banget sama pasangan kamu karena dia terlalu sempurna menurut kamu? Hati-hati, bisa saja kamu sedang dimanipulasi, loh!
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, apasih love bombing itu?

Love bombing adalah kondisi di mana seseorang memengaruhi pasangannya dengan kasih sayang, perhatian, pujian, hadiah-hadiah, bahkan cenderung semua yang dimilikinya diberikan untuk pasangan. Istilah love bombing pertama kali dikenal di Amerika Serikat dan dipopulerkan oleh David Koresh dan Jim Jones, yang merupakan pemimpin sekte kontroversial pada tahun 1970. Para pemimpin sekte tersebut menggunakan istilah love bombing sebagai taktik dalam mengontrol para pengikutnya. Hingga akhirnya istilah ini dikenal oleh masyarakat luas hingga segala penjuru dunia dan dalam ilmu psikologi didefinisikan sebagai ungkapan kasih sayang yang manipulatif dan eksploitatif. Ada orang yang bahasa cinta atau love language-nya give contohnya sering memberi bunga, cokelat, kado, dan bahkan dalam bentuk materi. Ada juga word of affirmation yang memang lebih suka memuji dan dipuji seperti “kamu keren banget deh”, ”aku bangga punya kamu”.
ADVERTISEMENT
Tetapi dalam kasus love bombing ini bahasa-bahasa cinta tersebut ditujukan dan memiliki maksud dan tujuan tersendiri atau bahkan bisa dibilang tidak tulus karena bertujuan untuk membuat seseorang merasa bahwa pasangannya adalah yang terbaik. Mereka yang terkena love bombing awalnya diperlakukan sangat manis bahkan hingga merasa dirinya diperlakukan seperti raja atau ratu oleh pasangannya, namun seiring berjalannya waktu ada perubahan yang membuatnya berpikir “kok dia berubah ya, apa ada yang salah dari aku?”.
Pelaku love bombing sama halnya mayoritas orang di media sosial, dalam arti bahwa yang kamu lihat tidak sesuai dengan kenyataannya. Dalam love bombing ini lebih cenderung terdapat unsur paksaan, karena sebenarnya pelaku tidak memiliki keinginan untuk memberi sesuatu kepada pasangannya namun dia harus memberi hal itu sebagai modus untuk mendapatkan tujuan yang terselubung seperti “Kan aku udah kasih segalanya buat kamu, emangnya kamu gak mau kasih balik ke aku?”. Pelaku love bombing cenderung memiliki gangguan kepribadian narsistik.
ADVERTISEMENT
Narsistik di sini merupakan kondisi di mana terjadi gangguan kepribadian pada diri seseorang yang akan berpendapat bahwa dirinya istimewa sehingga harus dikagumi. Biasanya pelaku memposisikan bahwa dunia hanya berpusat padanya, sehingga selalu ingin dijadikan prioritas. Namun jika pasangannya kurang peka terhadapnya atau gagal mengerti keinginannya maka sifat asli dari pelaku love bombing akan muncul dan menyebabkan kecenderungan yang bersifat mendominasi, mengontrol, dan mengekang. Namun, tidak semua pelaku love bombing itu adalah seorang narsistik atau seseorang yang mau melakukan manipulasi pada kehidupan pasangannya.
Menurut Rachel Amanda (2021), jika ingin menyelesaikan konflik dalam hubungan, perlu untuk melihat faktor internal dalam hubungan tersebut terlebih dahulu bukan langsung menyalahkan faktor eksternal. Dalam menyelesaikan suatu masalah, jika kita selalu menyalahkan pasangan tanpa intropeksi diri terlebih dahulu, bisa jadi kita sedang melakukan love bombing. Supaya kita tidak salah dalam membedakan antara love language dan love bombing tentunya kita harus mengetahui apa ciri-ciri dari love bombing.
ADVERTISEMENT
Kira-kira apa ya ciri-ciri dari love bombing itu?
• Memberikan perhatian, hadiah, pujian, bahkan materi yang berlebihan. Memberi di sini dapat diasumsikan bahwa salah satu cara untuk menarik perhatianmu sehingga kamu merasa spesial.
• Pelaku merasa emosi pada saat kamu membuat batasan dalam hubungan, waspadalah karena sesungguhnya orang yang benar-benar mencintaimu akan menghargai batasan-batasan yang telah kamu buat.
• Dalam hubunganmu terasa tidak seimbang, menurutmu apa sih yang dikatakan tidak seimbang dalam masalah ini? Jadi, dapat dikatakan tidak seimbang jika pada awal hubungan kamu merasa sangat diistimewakan tidak seperti hubungan-hubungan yang telah kamu jalani sebelumnya. Namun ciri-ciri tersebut tidak bisa kamu jadikan patokan apakah kamu atau pasanganmu melakukan love bombing, tetap berhati-hatilah dalam memilih pasangan.
ADVERTISEMENT
Kalau begitu apa yang dapat kita lakukan jika kita mengalami love bombing?
• Berhati-hatilah kepada seseorang yang memberi perhatian cinta, hadiah, dan pujian yang berlebihan.
• Janji-janji yang dibuat pada saat awal pendekatan perlu untuk diwaspadai, namun tidak menutup kemungkinan bahwa memang benar janji yang telah diucapkannya nyata. Solusinya dengan mengubah harapan kita hingga waktu dapat membuktikan hal itu menjadi nyata.
• Pada saat kamu merasa tertekan dalam hubunganmu, sadarilah lalu keluar dari situasi ini dan cobalah untuk menceritakan apa yang terjadi padamu saat ini kepada ahli-ahli yang berkompeten dalam masalahmu, contohnya psikolog.
• Kamu juga perlu membuat batasan dalam hubungan, karena batasan itu penting untuk melindungi dirimu bukan untuk mengontrol orang lain. Sehingga kamu dapat membedakan antara keinginanmu dan keinginan orang lain.
ADVERTISEMENT
• Ajaklah pasanganmu untuk membicarakan hal ini dan katakan bahwa apa yang telah dilakukannya itu terlalu terburu-buru dan berlebihan. Namun jangan lupa untuk selalu berhati-hati dalam berbicara karena bisa jadi topik pembicaraan ini menyinggung perasaannya.
Referensi:
Dimas Danang & Rachel Amanda (2021). Love Bombing: Aku yang Paling Baik Buat Kamu. CXO Media. https://podcasts.apple.com/id/podcast/lintas-makna/id1547580787
Raskin, R. N., & Hall, C. S. (1979). A narcissistic personality inventory. Psychological Reports, 45(2), 590. https://psycnet.apa.org/doi/10.2466/pr0.1979.45.2.590
Raskin, R., Novacek, J., & Hogan, R. (1991). Narcissistic self-esteem management. Journal of Personality and Social Psychology, 60(6), 911–918. https://psycnet.apa.org/doi/10.1037/0022-3514.60.6.911
Strutzenberg & Claire (2016). "Love-Bombing: A Narcissistic Approach to Relationship Formation". Human Development, Family Sciences and Rural Sociology Undergraduate Honors Theses. 1. http://scholarworks.uark.edu/hdfsrsuht/1
ADVERTISEMENT