Konten dari Pengguna

Pembelajaran Akhirat dalam Manuskrip Inilah Syair Unggas

Frida Rohmyni
Nama saya Frida Rohmyni biasa dipanggil Frida. Lahir di Jakarta, 29 Mei 1999. Saya salah satu mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
15 Desember 2020 19:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Frida Rohmyni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: https://digital.soas.ac.uk//tree/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://digital.soas.ac.uk//tree/
Pada zaman ini kita masuk ke dalam zaman yang serba modern. zaman dimana kita dapat mendapatkan berbagai macam hal yang kita mau dan impikan dengan mudahnya, salah satunya adalah mendapatkan sebuah informasi. Jika ingin mencari sebuah informasi yang kita inginkan, banyak cara untuk mendapatkannya, bukan hanya dari buku semata saja, tetapi bisa melalui berbagai macam media, salah satunya adalah media sosial ataupun Internet. Dengan adanya internet ataupun media sosial kita dapat menemukan berbagai macam informasi yang kita inginkan dengan sangat mudah.
ADVERTISEMENT
Jika zaman sekarang kita dipermudah dalam mencari informasi dengan adanya internet maupun media sosial, tetapi bagaimana caranya masyarakat pada zaman dahulu yang jauh dari kata moderanisasi mendapatkan suatu informasi? sebenarnya sama saja, yang membedakannya hanya mereka tidak menggunakan media sosial ataupun internet seperti masa sekarang. Mereka mendapatkan informasi dari naskah-naskah atau manuskrip kuno yang ada pada zaman tersebut.
Apa itu Manuskrip atau Naskah Kuno?
Mungkin masih banyak masyarakat sekitar yang belum tau atau mendengar tentang manuskrip itu sendiri? sebenarnya hal ini sangat disayangkan, padahal manuskrip itu sendiri adalah sebuah warisan budaya dan bukti sejarah yang ada di dunia termasuk Indonesia.
Pada masa lalu atau ribuan tahun yang lalu manuskrip digunakan sebagai catatan pribadi maupun catatan khalayak ramai. Dari manuskrip itu sendiri juga terdapat banyak sekali informasi yang berguna bagi masyarakat pada zaman sekarang.
ADVERTISEMENT
Manuskrip itu didefinisikan sebagai bahan fisik yang digunakan sebagai alas penulisan sebuah naskah kuno. Naskah atau manuskrip ini haruslah ditulis tangan tidak boleh di cetak, jadi wajib ditulis tangan, jika bertuliskan tangan tetapi dicetak maka naskah tersebut tidak dapat dibilang sebagai naskah kuno. Naskah kuno atau manuskrip ini biasanya beralaskan daun, bambu, kertas kuno, dan sebagainya, manuskrip ini pun biasanya berbentuk lembaran namun ada juga yang berbentuk gulungan.
Situs Digital dan Inilah Syair Unggas
Manuskrip itu adalah naskah yang ditulis pada zaman dahulu, sehingga kita sulit menemukannya saat ini, sekalipun ada manuskrip tersebut dapat kita temukan di perpustakaan. hal ini karena naskah-naskah tersebut kondisinya sudah sangat memprihatinkan, ada yang rusak, ada yang hilang lembar naskahnya, bahkan ada yang hilang seutuhnya, sehingga butuh orang-orang khusus untuk merawat manuskrip-manuskrip tersebut. Tetapi dengan berkembangnya zaman dan teknologi, banyak manuskrip-manuskrip yang sudah digitalkan, sekaligus sebagai upaya melestarikan manuskrip-manuskrip kuno agar dapat terus dilihat oleh orang banyak. Banyak situs-situs yang menyediakan manuskrip dalam bentuk digital, di antaranya yaitu Khasanah Pustana Nusantara (Khastara), Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA), The British Library, School of Oriental and African Studies (SOAS), dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Situs-situs tersebut banyak mendigitalisasi naskah-naskah nusantara khususnya yang berbahasa Melayu, Jawa, dan Bali. Salah satu situs yang mendigitalisasikan naskah berbahasa Melayu adalah School of Oriental and African Studies (SOAS). Situs portal ini menampilkan banyak sekali koleksi-koleksi naskah kuno berbahasa melayu. salah satu naskah kuno yang digitalkan oleh SOAS adalah naskah "Inilah Syair Unggas".
Naskah Inilah Syair Unggas menggunakan bahasa melayu dan berjumlah 42 halaman. Naskah tersebut dipublikasi pada tahun 1876. Naskah Inilah Syair Unggas ditulis menggunakan tinta hitam. Pada halaman terakhir naskah ini menggunakan bahasa melayu dan bahasa arab. Naskah ini terbagi menjadi dua di setiap lembaran halamannya dan naskah memiliki keunikan yang tidak dapat kita temukan pada naskah-naskah lain.
ADVERTISEMENT
Keunikan yang terdapat dalam naskah ini adalah di dua halaman depan naskah ini terdapat ornamen daun dan bunga, suatu hal yang tidak pernah kita temukan dalam naskah-naskah yang lain tetapi terdapat dalam naskah ini.
Isi Inilah Syair Unggas di mulai dengan menyebutkan nama Tuhan yang maha esa pemilik lautan dan daratan. Selanjutnya di dalam syair ini kita diajarkan harus patuh kepada-Nya (Tuhan)dan patuh kepada guru yang mengajarkan kita untuk kebahagiaan kita (di akhirat) nanti.
Naskah ini juga terdapat gambar Unggas-unggas di dalamnya yang digunakan sebagai perumpamaan. Ada banyak unggas yang digunakan sebagai perumpamaan dalam Inilah syair unggas. Contohnya adalah burung nuri, burung cendrawasih, dan masih banyak lagi. Dalam naskah ini juga diceritakan bahwa kita harus tau perbuatan yang halal akan mendapatkan pahala dan perbuatan haram akan mendapatkan dosa.
ADVERTISEMENT
Dari manuskrip Inilah Syair Unggas kita bisa belajar banyak tentang agama dan akhirat. Jadi, kita harus menjaga manuskrip-manuskrip yang ada, agar tetap menjadi ilmu yang berguna untuk masyarakat saat ini dan untuk masyarakat pada zaman yang akan datang.