Etika Berkomunikasi dalam Menggunakan Media Digital di Era Society 5.0

Frila Nurfadila
Dosen Ilmu Komunikasi Unpad
Konten dari Pengguna
8 Agustus 2023 17:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Frila Nurfadila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi komunikasi terjaga dengan rekan kerja. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi komunikasi terjaga dengan rekan kerja. Foto: Shutterstock

Pentingnya menjaga etika dalam berkomunikasi di media digital

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dengan berkembangnya era Society 4.0 banyak perubahan di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Masyarakat mulai memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk mempermudah pekerjaannya. Tak terkecuali pada bidang komunikasi. Komunikasi yang dilakukan pun bisa lebih cepat dan efisien.
ADVERTISEMENT
Namun, trend bersifat dinamis dan terus mengalami perubahan. Era Society 4.0 dirasa terlalu mengandalkan teknologi dengan kurangnya partisipasi aktif dari manusia. Situasi tersebut mendorong munculnya era Society 5.0 sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Society 5.0 adalah sebuah konsep ketika pengembangan Internet of Things, Big Data, dan Artificial Intelligence (AI) diorientasikan untuk kehidupan manusia yang lebih baik (Mathews, 2015). Konsep ini dicetuskan pertama kali oleh negara Jepang dan merupakan penyempurnaan dari konsep-konsep sebelumnya.
Dalam era Society 5.0, komponen utamanya adalah manusia dan teknologi berperan sebagai faktor pendukung dalam meningkatkan kualitas hidup. Hal ini tentunya berbeda dengan era Society 4.0 yang hanya berfokus pada penggunaan teknologi dengan kurang memperhatikan aspek manusia.
ADVERTISEMENT
Era Society 5.0 memungkinkan terjadinya integrasi di antara manusia dan teknologi. Sebagai contoh, penggunaan AI oleh berbagai perusahaan, seperti presenter asli manusia digantikan oleh presenter yang berbentuk AI. Hal ini merupakan sebuah terobosan baru dalam penyampaian berita di mana teknologi dapat dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan manusia. Dengan adanya presenter AI tersebut, beban kerja dapat berkurang dan dapat digantikan peran presenter manusia jika sedang berhalangan karena sakit dan alasan lainnya.
Selain itu, integrasi teknologi juga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Hal ini karena aktivitas kerja yang dilakukan oleh teknologi serba otomatis yang dapat menghemat waktu dan tenaga manusia. Penggunaan AI dalam penyiaran berita menjadi salah satu bukti pekerjaan bisa menjadi lebih efisien.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pekerjaan lain seperti menulis, desain, hingga pendidikan sudah mudah dilakukan oleh bantuan AI dengan cepat. Jika sebelumnya orang harus bersusah payah mengerjakan sesuatu dengan lama maka kini hal itu tidak terjadi lagi karena semuanya bisa dilakukan secara instan. Kemajuan teknologi adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari.
Walaupun begitu, kehadiran teknologi tidak selamanya baik bagi manusia. Efek negatif selalu menyertai dalam setiap hal instan yang diberikan oleh teknologi. Masalah-masalah baru akhirnya muncul ketika manusia terlalu tergantung dengan teknologi. Apalagi dalam hal etika dan komunikasi yang semakin lama semakin tergerus keberadaannya. Keadaan seperti ini tidak dapat dibiarkan terus menerus.
Dampak negatif yang muncul dapat mengancam kesejahteraan digital (digital well-being) dari manusia. Akankah teknologi menjadi penasehat atas segala permasalahan atau hanya berujung menjadi buah simalakama? Pertanyaan tersebut harus dapat dijawab oleh semua pihak agar dapat menciptakan atau menjaga kesejahteraan dan kualitas hidup yang lebih baik bagi manusia.
ADVERTISEMENT
Untuk menciptakan kesejahteraan digital, etika komunikasi harus kuat dan dipahami oleh semua orang. Pengelolaan etika komunikasi yang baik dapat membantu untuk mengurangi dan mencegah dampak negatif dari adanya teknologi digital. Maka dari itu, dibutuhkan strategi-strategi yang efektif agar etika komunikasi dapat menjadi hal yang melekat pada diri masyarakat. Strategi ini adalah bagian dari usaha manusia untuk memberikan rasa aman dan nyaman dalam hidup di dunia digital.
Untuk mengelola etika komunikasi, hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan memahami aturan-aturan yang berlaku terutama di dunia digital. Dengan memahami aturan tersebut, seseorang dapat mengetahui batasan antara yang boleh dan tidak boleh dalam berkomunikasi di media sosial.
Walaupun seseorang memiliki kebebasan, tetapi ada ruang-ruang yang harus dipatuhi oleh semua orang. Apabila seseorang sudah mematuhi regulasi yang ada, seseorang dapat mengeksplorasi dunia digital dengan lebih aman dan nyaman agar tidak memberikan efek negatif kepada orang lain.
ADVERTISEMENT
Unggahan yang disebarkan ke media digital harus lebih diperhatikan agar sesuai dengan etika yang berlaku. Pengelolaan unggahan ini berkaitan dengan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu mengenai keamanan data privasi. Dengan mengelola unggahan secara tepat, seseorang tidak akan menyebarkan informasi pribadinya dan hanya akan mengunggah hal-hal yang bermanfaat dan memiliki dampak bagi orang lain. Contohnya, seseorang dapat mengunggah konten motivasi, perjuangan, serta konten kebaikan yang dapat mengajak orang lain untuk melakukan hal serupa. Seseorang dapat mengajak orang lain untuk bermanfaat bagi orang lain.
Masalah yang sudah dijelaskan di atas seperti berita bohong, hate speech, atau cyberbullying berawal dari ketidakmampuan masyarakat memilih informasi yang benar. Maka dari itu, strategi yang dapat dilakukan adalah menyaring informasi dahulu sebelum menyebarkannya (sharing). Informasi yang diterima dapat dicek terlebih dahulu di sumber yang lain.
ADVERTISEMENT
Masyarakat dapat membandingkan sumber satu dengan sumber yang lainnya. Jika dianggap valid maka masyarakat bisa menyebarkannya. Penting untuk tidak tergesa-gesa dan selalu berhati-hati dengan segala informasi. Tidak semua informasi di media sosial benar dan tidak semua informasi salah. Oleh karena itu, masyarakat harus kritis untuk memilah dan memilih informasi.
Untuk memperkuat ketiga hal tersebut, tahapan lebih lanjutnya adalah dengan meningkatkan literasi media. Hal ini adalah tahapan lebih lanjut dari saring sebelum sharing. Literasi media dapat berarti kemampuan seseorang untuk berpikir kritis dalam menggunakan media dan kemampuan untuk menggunakan teknologi media secara baik.
Literasi media ini harus ditingkatkan terutama oleh pemerintah selaku pemangku kebijakan demi membangun sumber daya manusia yang siap dengan teknologi digital. Lalu, bagi masyarakat harus lebih banyak membaca dan belajar mengenai media. Mulai dari manfaat, cara penggunaan, hingga bahayanya agar masyarakat tidak salah mendapatkan informasi.
ADVERTISEMENT