Dalam Hubungan Internasional, Twitter Lebih Dari Sekedar Sosial Media

Frisca Alexandra
Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Mulawarman
Konten dari Pengguna
19 November 2022 20:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Frisca Alexandra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Elon Musk mengakuisisi media sosial Twitter pada tanggal 14 April 2022 dan prosesnya sendiri berhasil diselesaikan pada 27 Oktober 2022, sekaligus menjadi hari dimana Elon secara resmi menjabat sebagai CEO dari Twitter. Semenjak itu, jagad Twitter nampaknya menjadi selalu gaduh. Mulai dari sejumlah selebritas yang memutuskan untuk berhenti menggunakan Twitter hingga puncaknya rumor bahwa Twitter akan berhenti beroperasi sebagai dampak cara kerja hardcore yang coba diterapkan Elon, yang membuat mayoritas pegawai Twitter memutuskan untuk resign massal. Tagar Goodbye Twitter dan RIP Twitter pun menjadi trending topic di platform sosial media yang sudah menjadi bagian hidup dari netizen sejak diperkenalkan kepada publik pada tahun 2006.
ADVERTISEMENT
Bagi para netizen, Twitter adalah salah satu media sosial dimana mereka biasa mendapatkan informasi atau pun berita. Netizen Twitter juga terkenal dengan segala canda recehnya sehingga meskipun popularitasnya kalah bila dibandingkan dengan Tiktok dan Instagram namun sebagian besar netizen mengatakan they’ll never leave Twitter.
Dalam hubungan internasional, Twitter ternyata lebih dari sekedar platform sosial media. Twitter juga dijadikan sebagai instrumen diplomasi bagi para pemimpin negara di dunia, para pemimpin Organisasi Internasional seperti Antonio Guterres (Sekjen PBB) maupun tokoh-tokoh berpengaruh seperti Dalai Lama hingga Paus Benedictus. Kondisi ini kemudian memunculkan istilah Twiplomasi.

Lalu bagaimana hingga Twitter bisa menjadi instrumen dalam berdiplomasi?

Perlu dipahami bahwa dalam praktik berdiplomasi, aktor yang dapat melakukan diplomasi tidak hanya Negara tetapi juga aktor-aktor non Negara. Pasca berakhirnya Perang Dingin peranan aktor non Negara dalam hubungan internasional menjadi semakin signifikan. Kondisi ini kemudian melahirkan istilah Multi-track diplomasi. Dimana didalamnya terdapat 9 track atau 9 aktor yang dapat melakukan diplomasi, antara lain : Negara, aktor non Negara, kelompok bisnis, private citizen, akademisi, aktivis, kelompok agama, kelompok pendanaan dan media massa.
ADVERTISEMENT
Signifikansi peran dari aktor-aktor non Negara juga berbanding lurus dengan instrumen diplomasi yang tidak melulu dilakukan secara tradisional dan formal. Kini diplomasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan budaya hingga makanan yang dikenal sebagai gastrodiplomasi.
Revolusi digital hingga perkembangan media sosial kemudian turut berpengaruh pada perkembangan praktik diplomasi.
Melalui Twitter para pemimpin Negara dapat mengutarakan pendapatnya terkait suatu fenomena dalam dunia internasional atau pun mengumumkan kerjasama bilateral atau multilateral dengan Negara lain hingga kicauan-kicauan provokatif yang menunjukkan tarik menarik kepentingan suatu Negara dengan Negara lain.
Mantan Menteri Luar Negeri Italia, Giulio Terzi dalam sebuah artikel yang ia tulis, yang berjudul “Twitter for Diplomats” mengatakan bahwa “media sosial mengungkap para pembuat kebijakan luar negeri kepada audiens global, disaat yang sama bisa membuat pemerintah menjangkau mereka secara instan”
ADVERTISEMENT
Namun dengan segala kegaduhan yang terjadi di Twitter dibawah kepemimpinan Elon Musk, bagaimana nasib Twiplomasi?
Apabila Twitter pada akhirnya akan berhenti beroperasi maka hubungan internasional akan mencatatkan sebuah sejarah bahwa dahulu ada sebuah platform media sosial bernama Twitter yang menjadi instrumen diplomasi. Selain itu, penulis juga berasumsi bahwa diplomasi digital tidak akan berhenti meskipun Twiplomasi nantinya menjadi kenangan. Diplomasi digital tetap dapat dilakukan melalui platform media sosial lain seperti Youtube dan juga Instagram.
Sama seperti Twitter, banyak pemimpin Negara, pemimpin organisasi internasional hingga tokoh-tokoh berpengaruh yang memiliki akun Instagram. Meskipun belum ada istilah Instaplomasi namun bukan tidak mungkin pergeseran itu akan terjadi jika Twitter akhirnya berhenti beroperasi.
Selain Instagram, Youtube juga menjadi platform yang mulai banyak dilirik oleh pemimpin Negara hingga Kementerian di Negara tersebut, melalui Youtube biasanya mereka memberikan edukasi tentang suatu kebijakan maupun sekedar memberikan update mengenai kegiatan pemerintah atau Kementerian tertentu.
ADVERTISEMENT
Diplomasi pada dasarnya adalah suatu praktik yang dinamis sehingga praktik diplomasi akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Praktik diplomasi yang dilakukan oleh para pemimpin Negara juga akan terus mencoba untuk tetap relevan dengan masyarakat internasional. Sehingga meskipun nanti Twitter berhenti beroperasi, praktik diplomasi digital tidak akan turut berhenti.
Twiplomacy atau diplomasi twitter (Foto: FRISCA ALEXANDRA)