Konten dari Pengguna

Kecerdasan Buatan (AI) vs. Kreativitas Manusia

Frisca SC
Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya
14 Oktober 2024 15:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Frisca SC tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : AI Generated
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : AI Generated
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kecerdasan buatan (AI) kini merambah hampir ke seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk seni dan kreativitas. Menurut Work Trend Index 2024, sekitar 92% pekerja kantoran di Indonesia telah memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) generatif di lingkungan kerja mereka. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global yang mencapai 75% dan di kawasan Asia Pasifik yang berada di angka 83%. Di samping itu, The Work Trend Index juga menunjukkan bahwa pengguna aktif mereka yang menggunakan Artificial Intelligence (AI) beberapa kali dalam seminggu dan menghemat setidaknya 30 menit setiap hari mendapatkan manfaat paling besar dari Artificial Intelligence (AI). Pengguna aktif ini juga mengungkapkan bahwa Artificial Intelligence (AI) meningkatkan kreativitas mereka 92% dan membantu mereka fokus pada pekerjaan yang paling penting 93%.
ADVERTISEMENT
Dengan ini banyak yang khawatir, Artificial Intelligence (AI) akan "membunuh" kreativitas manusia. Kemampuan Artificial Intelligence (AI) yang dapat menciptakan musik, menulis, bahkan menghasilkan gambar, ada pertanyaan yang muncul: apakah Artificial Intelligence (AI) benar-benar menggantikan kreativitas manusia, atau justru memperkaya proses kreatif itu?

Sinergi Kreativitas Manusia dan AI

Artificial Intelligence (AI) memang menawarkan kemudahan yang luar biasa. Menggunakan bantuan Artificial Intelligence (AI) kita dapat degan cepat menghasilkan tulisan, ide, atau gambar dalam watu yang singkat. Ini memicu kekhawatiran bahwa manusia akan semakin bergantung pada Artificial Intelligence (AI), yang nantinya akan mematikan proses kreatif asli dari individu. orang-orang mungkin merasa bahwa mereka tidak lagi perlu untuk berpikir keras, karena Artificial Intelligence (AI) bisa melakukannya untuk mereka. Dengan kata lain teknologi ini dapat menjadikan manusia malas berpikir kreatif. Namun, kehadiran Artificial Intelligence (AI) tidak dapat sepenuhnya dilihat sebagai ancaman. Sama seperti komputer atau internet, Artificial Intelligence (AI) memberi ruang baru bagi manusia untuk mengekspresikan diri. Dengan bantuan Artificial Intelligence (AI), seorang penulis atau seniman dapat mendapat inspirasi atau sudut pandang baru yang mungkin belum sempat terpikirkan oleh mereka hanya dengan mengetikkan beberapa kata dalam promt. Artificial Intelligence (AI) dapat membantu mempercepat proses kreatif dengan menyediakan solusi atau ide yang sebenarnya juga bisa dimodifikasi lebih lanjut oleh manusia.
ADVERTISEMENT

Daripada menganggap Artificial Intelligence (AI) sebagai ancaman, mungkin kita bisa mulai melihatnya sebagai mitra dalam proses bekerja kita. Artificial Intelligence (AI) bisa menjadi alat yang memperluas kemampuan manusia bukan menggantikan. Kreativitas manusia, dengan segala keunikan dan kompleksitasnya, tetap menjadi elemen yang tidak sepenuhnya dapat digantikan oleh teknologi.
Pada akhirnya apakah Artificial Intelligence (AI) akan "membunuh" kreativitas manusia atau justru memperkaya kreativitas tersebut, tergantung pada dua pilihan: membiarkan teknologi ini mengambil alih kreativitas kita atau menjadikannya sebagai alat untuk menggali potensi kreatif yang lebih dalam. Pada intinya, walaupun Artificial Intelligence (AI) memiliki andil, jiwa dan inovasi manusia tetap bersinar lebih terang.