Konten dari Pengguna

Minangkabau : Identitas dan Kebudayaan

Frisnadhea Gusvita
Mahasiswa Sastra Jepang di Universitas Andalas
10 Oktober 2024 12:59 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Frisnadhea Gusvita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.canva.com/design/DAGTJR7-SNI/-H56iTWP_9JYE_1jDQvG8Q/view?utm_content=DAGTJR7-SNI&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=editor
zoom-in-whitePerbesar
https://www.canva.com/design/DAGTJR7-SNI/-H56iTWP_9JYE_1jDQvG8Q/view?utm_content=DAGTJR7-SNI&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=editor
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Minangkabau adalah kelompok etnik nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Daerah yang memiliki kebudayaan ini antara lain daerah Sumatera Barat, separuh daratan Riau, Bengkulu bagian utara, Jambi bagian barat, Sumatera Utara bagian selatan, Aceh bagian barat daya dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.
Nama Minangkabau, yang berasal dari ucapan 'Manang kabau' (artinya menang kerbau). Nama itu terdapat dalam suatu legenda khas Minang yang dikenal didalam tambo. Menurut legenda, nama ini muncul dikarenakan pertikaian antara kerajaan Minangkabau dengan pihak kerajaan Jawa (Majapahit) yang menuntut pengakuan kekuasaan di Melayu. Untuk itu, kedua belah pihak lalu sepakat untuk mengadakan pertandingan adu kerbau yang pada akhirnya dimenangkan oleh kerajaan Minangkabau.
ADVERTISEMENT
Suku Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu. Kelompok masyarakat ini diperkirakan merambah mulai dari timur Pulau Sumatera, menyusuri sungai Kampar, Siak, dan Batang Kuantan, hingga dataran tinggi bernama Darek. Di sana, mereka menemukan dan mendirikan tanah air yang kemudian menjadi asal usul masyarakat Minangkabau. Beberapa daerah Darek ini kemudian membentuk semacam konfederasi yang disebut Luhak, yang kemudian dikenal juga dengan nama Luhak Nan Tigo, yang meliputi Luhak Tanah Data, Luhak Agam, dan Luhak Limo Puluah. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, wilayah Luhak menjadi wilayah pemerintahan yang disebut afdeling, diperintah oleh penduduk Minangkabau yang disebut Tuan Luhak.
ADVERTISEMENT
Budaya Minangkabau sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam. Mayoritas masyarakat Minangkabau sendiri menganut agama Islam (muslim), sesuai dengan falsafah masyarakat Minang yaitu Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Yang merupakan filosofi hidup yang dipegang masyarakat Minangkabau yang menjadikan ajaran Islam sebagai satu- satunya landasan atau pedoman tata pola perilaku dalam kehidupan.
Islam menjadi agama mayoritas dan pondasi utama dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. sebagaimana masyarakat Minangkabau sangat menjunjung tinggi hingga tercermin dalam pepatah terkenal, "Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah", yang berarti adat bersendikan syariat, syariat bersendikan kitabullah, hal ini memiliki makna bahwa Adat bersendikan, bersumber maupun berpedoman kepada syari'at Islam, yang dimana syari'at Islam itu sendiri bersumber kepada Al-Qur'an suci dan hadis nabi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masyarakat Minang juga memanifestasikan nilai-nilai Islam kedalam upacara - upacara adat yang lainnya, layaknya Upacara Tabuik yang menjadi tradisi keagamaan dan budaya Minangkabau, khususnya di daerah Pariaman, dilaksanakan setiap tahun pada bulan Muharram untuk memperingati peristiwa tragis wafatnya Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW.
Adapun tradisi 'Mandi Balimau' yang dimana merupakan tradisi yang dilakukan secara turun temurun dengan membersihkan diri secara lahir dan batin menggunakan perasan jeruk nipis, dikarenakan tidak adanya sabun pada jaman dahulu. Hal ini dilakukan disaat sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Dengan adanya berbagai macam tradisi dan upacara tadi, hal ini menjadi bukti bagaimana Islam sangat berpengaruh terhadap keagamaan masyarakat Minangkabau.
ADVERTISEMENT
Bahasa sebagai unsur budaya berupa alat bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi dengan sesamanya. Kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik. Masyarakat minang sendiri menggunakan bahasa 'Minang' sebagai bahasa kesehariannya. Bahasa ini juga memiliki berbagai dialek yang berbeda, tergantung dengan wilayah, seperti dialek Payakumbuh, Bukittinggi, dan Padang.
Selain sebagai alat komunikasi, bahasa Minang juga digunakan dalam pembuatan kiasan dan peribahasa sangat kental dalam bahasa Minangkabau, hal ini dilakukan untuk menyalurkan nilai - nilai luhur dan upaya untuk melestarikan budaya Minangkabau untuk generasi seterusnya.
Menurut Harimurti Kridalaksana dalam Kamus Linguistik (1993) menjelaskan bahwa peribahasa merupakan kalimat atau penggalan kalimat yang bersifat turun menurun, digunakan untuk menguatkan maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau pedoman hidup.
ADVERTISEMENT
Peribahasa dalam Minangkabau atau pepatah, digunakan dalam percakapan sehari-hari sebagai mengemukakan maksud tertentu terhadap lawan bicara dengan menggunakan kata-kata perumpamaan, perbandingan, dan nasihat.
Contohnya antara lain :
Masyarakat Minangkabau memiliki kekayaan intelektual yang tertanam dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Pengetahuan ini tidak hanya sekadar informasi, tetapi juga menjadi pedoman hidup, nilai-nilai, dan cara pandang mereka terhadap dunia.
'Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah' menjadi prinsip masyarakat Minangkabau untuk hidup selaras dengan alam dan nilai-nilai agama Islam. Maka dari itu, untuk dapat mengembangkan nilai keagamaan kepada generasi muda didirikannya pondok pesantren, tempat dimana banyak pemuda Minangkabau yang menuntut ilmu untuk mendalami agama Islam.
ADVERTISEMENT
Pada zaman sekarang banyak sekolah-sekolah yang didirikan seiring perkembangan zaman di daerah Minangkabau, masyarakat Minangkabau juga sangat mementingkan pendidikan formal di sekolah, yang meliputi pengetahuan tentang adat istiadat dan sejarah Minangkabau diajarkan secara turun-temurun dalam keluarga dan masyarakat, dan juga pengetahuan umum yang mendunia sebagai bekal untuk melakukan perantauan negeri.
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi yang menjadi unsur-unsur budaya dalam suatu masyarakat menjadi fokus penting dalam kajian etnografi, yang dimana mengkaji bagaimana suatu kelompok masyarakat mencukupi kebutuhan hidupnya melalui mata pencaharian atau sistem perekonomian mereka.
Mata pencaharian suku Minangkabau merujuk pada jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat suku Minangkabau di Sumatera Barat. Di Minangkabau, masyarakatnya dikenal dengan pandai berdagang, dengan semangat merantau dan jiwa dagang yang kuat, Banyak orang Minangkabau yang sukses sebagai pedagang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, para penduduk Minangkabau pun juga mengkondisikan profesi mereka dengan keadaan geologi mereka, seperti masyarakat daerah pesisir pantai yang mengambil berprofesi sebagai nelayan dengan menangkap ikan lalu dijual kepada pedagang, begitu juga dengan penduduk daerah pegunugan yang mengambil profesi bercocok tanam dan beternak, produk-produk peternakan seperti daging, susu, dan telur menjadi sumber pendapatan mereka.
Kesenian Minangkabau, yang berakar di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, menampilkan keberagaman yang disesuaikan dari berbagai daerah sebagai bagian dari warisan yang memperkaya kesenian di Indonesia. Kesenian sendiri merupakan ciri khas tersendiri milik empunya, kekayaan kesenian Minangkabau ini terus dilestarikan dan masih diterapkan hingga zaman now ini sebagai upaya untuk mempertahankan nilai - nilai luhur dan identitas masyarakat Minangkabau itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Kesenian Minangkabau mencakup berbagai macam seni pertunjukan, contohnya tari-tarian seperti Tari Piring, Tari Rantak, Tari Randai, Tari Indang, Tari Payung, dan berbagai lainnya. Tarian - tarian tersebut dilaksanakan dalam upacara adat, persembahan, atau acara - acara penting lainnya.
Di samping itu, terdapat seni pantun dan sambah-manyambah, serta musik tradisional dengan instrumen seperti Saluang, Gandang Tabuik, Rebana, dan sebagainya. Pakaian adat juga merupakan bagian penting dari kesenian ini.
Pada masa modern, kesenian Minangkabau mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya berbagai jenis kesenian baru yang menggabungkan unsur tradisional dan modern.
Peralatan hidup mencakup barang - barang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari - hari, seperti peralatan rumah tangga, alat transportasi, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Minangkabau dulunya menggunakan kerbau sebagai alat transportasi, selain itu, kerbau juga berguna sebagai hewan pekerja di sawah untuk mengangkut hasil pertanian, dll.
untuk unsur rumah sendiri, Masyarakat Minangkabau memiliki rumah ikonik yakninya rumah gadang, sebagaimama berfungsi untuk pusat kehidupan sosial, tempat berkumpul keluarga besar, dan simbol status sosial.
Senjata tradisional Minangkabau merupakan keris, ruduih, kerambit, klewang, piarit, dan lain-lain. senjata tersebut berfungsi untuk menjadi alat perang, dan sudah berevolusi menjadi alat pusaka kini.
untuk pakaian keseharian pun masyarakat Minangkabau memiliki keunikannya sendiri, seperti perempuan Minangkabau yang memiliki pakaian adat yakninya Baju Kurung, yang terdiri dari baju kurung itu sendiri, disertai dengan kain songket dan selendang. Untuk para lelaki Minangkabau, pakaiannya disebut Teluk Belanga, yang terdiri dari baju teluk belanga, celana panjang, dan songkok.
ADVERTISEMENT
Kehidupan dalam setiap kelompok masyarakat diatur oleh adat istiadat dan aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup.
Kesatuan sosial yang paling dasar dan menjadi unsur-unsur budaya menurut Koentjaraningrat adalah kerabat, keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Kemudian, unsur-unsur budaya menurut Koentjaraningrat ini membuat manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial.
Budaya Minangkabau adalah satu-satunya budaya di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. yang dimana, Matrilineal itu sendiri merupakan garis keturunan diturunkan melalui ibu, sehingga perempuan memegang peranan sentral dalam keluarga dan warisan. aDi kehidupan Minangkabau sendiri, memiliki pola perkawinan yang bersifat eksogami, yaitu kedua bilah pihak atau salah satu dari yang menikah tidak lebur ke dalam kaum kerabat pasangannya.
ADVERTISEMENT